Bab 3 -sebuah hubungan

7 0 0
                                    

Selepas Dara pulang kerumah, ia tak langsung mengganti pakaian nya. Sebab setelah jadwal kuliah Dewa selesai mereka akan melaksanakan makan malam bersama. Dipikir lagi, mengapa Dewa punya jadwal kuliah di hari minggu?, tidak salah lagi. Jadwal itu seharusnya hari Jumat. Karena dosen berhalangan hadir, maka harinya di ganti minggu.

Malam itu, sekitar jam 19.00 Dewa menghampiri rumah sahabat kecilnya itu dengan membawa motor cbr kesayangannya. Pintu kamar kos Dara sudah berada dihadapannya saat ini, tanpa ragu ia langsung memencet bel rumah Dara. Sang empunya rumah pun keluar. Pakaiannya memang tak ganti sejak pagi tadi tapi masih terlihat rapi. Padahal Dewa sendiri sudah ingin muntah mencium bau tubuhnya sendiri, namun ia singkirkan bau menyengat itu dengan parfumnya.

Sesampainya mereka di sana, Dara yang memilih tempat yang nyaman untuk menikmati angin malam di hari minggu ini. Dara memilih rooftop untuk tempat makan malam mereka berdua. Sementara Dewa sibuk memesan makanan.

Kecanggungan menjajah Dara dan Dewa. Namun diantara mereka berdua, Dewa merasa nyaman entah mengapa rasanya indah melihat langit malam di sertai bintang bintang yang tak beratur di atas sana. Bercampur dengan angin sepoi sepoi dan dihadapannya. Seorang wanita yang mengenakan dress berwarna putih yang di lengkapi dengan pita di belakang kepalanya sebagai hiasan rambut. Dewa menyukainya.

"permisi? ini americano sama lecchy tea nya ya, mas"

Ucapan sang pelayan seketika memecah lamunan mereka. Dewa hanya mengangguk.

"apa ini?", ucap Dara penasaran
"lecchy tea", balas Dewa
"kok tau kalo aku suka lecchy tea?"
"kamu pernah bilang."
"hah?, kapan??"
"sepuluh tahun yang lalu"

Dara terkejut, ternyata ingatan nya kuat. Dara ingat, ia pernah bilang saat masih berusia 6 tahun, ia pernah diajak makan malam oleh orang tuanya dan mencoba lecchy tea pesanan ibunya. Saat di coba, Dara langsung jatuh cinta pada minuman itu. Tak disangka sampai sekarang ia masih menyukainya dan tak pernah bosan dengan rasanya.

"Dewa sekarang tinggal dimana?"
"masih sama kok, rumah yg dulu"
"eh?, masih deketan sama rumahnya ayah dong?"
"sekarang ayah kamu pindah, ikut istri barunya"

Dara terdiam

"ohh gitu ya.."
"r u okay?, sorry"
"amann", balasnya Dara sambil tersenyum miris. "udah gausa di pikirin, hehe", lanjutnya.

Tidak bisa di deskripsikan lagi, langit gelap yang cerah di tengah rembulan yang berwarna merah. Terlihat begitu senada dengan wanita di hadapannya sekarang. 'cantik' ucapnya dalam hati. –Dewa

Tak terasa, malam gelap itu semakin pekat. Terlihat sudah sekitar 3 jam mereka di sana, bercanda, tertawa. Hanya itu yang bisa mereka lakukan tanpa bosan. Sekarang sudah jam 21.30, sudah terlalu malam bagi seorang wanita berada di luar.

"pulang yuk?", ajak Dewa

Ajakan itu di iyakan oleh Dara. Mereka langsung beranjak dari tempat itu, Dewa mempersilahkan Dara berjalan lebih dulu di depannya. Dan sampailah mereka di parkiran. Tempat itu sudah sepi, sangat sepi. Bisa dilihat hanya ada 2 motor yang bersinggah di sana.

Dewa menaiki motor kesayangannya, motor itu cukup tinggi sehingga Dara agak kesulitan menaikinya.

"motor tinggi banget si anjr", Dara mengomel
"hehehe makanya tinggi",

Merasa di kucilkan, Dara tidak terima. Ia lantas menjotos pundak Dewa pelan namun bertubi tubi

'lucu' gumam Dewa

"hah?", Dara mendengar Dewa menggumamkan sesuatu
"gpp", ucapnya sambil tersenyum
"kamu ngeselin."

Sesampainya di depan kos yang di tinggali Dara, Dewa langsung berpamitan, ia tidak ingin berlama lama di luar malam ini. Udara yang dingin membuat tubuh Dewa sedikit sedikit tidak nyaman.
Dara melihat Dewa yang perlahan menjauh dalam gelapnya malam. Setelah benar benar tak terlihat, Dara pun memasuki kamar kos nya.

Dara membawa dirinya ke kamar mandi untuk membersihkan badannya. Setelah selesai ia langsung melempar tubuhnya ke tempat tidur dengan keadaan masih terbalut kain handuk.

"males pake bajuu", monolognya

Dara melihat ke arah langit langit, lalu ke arah lemari. Ia melihat sebuah hoodie yang tergantung. Itu hodie milik Dewa, lebih tepatnya hoodie yang di berikan Dewa. Ide cemerlang pun terbesit di pikirannya. Malam ini dia akan tidur menggunakan hoodie. Dara memakai hoodie itu dan tercium aroma yang tidak asing, parfum Dewa. Aromanya masih menempel di kain hoodie nya. Dara menutup kupluk hoodie itu dan kembali merebahkan dirinya ke tempat tidur. Terasa nyaman.

*tring*

Suara itu berasal dari ponsel Dara yang ikut terbaring di samping tubuhnya. Dara langsung mengambil ponsel itu dan melihat sebuah pesan

"pasti Dewa", Dara mencoba menebak

Ternyata salah, pesan itu bukan dari Dewa. Melainkan Zerga, Pacarnya. Dara membuka pesan itu.

"enak ya?, makan malem ga ngajak, malah sama cowo lain?"

Dara terkejut, dari mana ia tau kalau dirinya baru saja selesai makan malam bersama Dewa?. Pesan itu juga sekaligus di sertai foto paparazi mereka berdua.

"i-ini kan..", Dara panik. Ia takut ini akan menjadi hal buruk yang bisa berujung hubungan mereka akan rusak. Padahal Dara sama sekali tak berniat berselingkuh di belakang Zerga. Zerga hanya salah paham. Dara dengan reflek memencet tombol bergambar telepon itu. Mencoba menelpon Zerga, Dara hanya ingin menjelaskan semuanya secara suara.

–bersambung

jangan lupa vote dan komen yaks sayangku:> see u
–author






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang