[1] Peristiwa yang Mengubah Segalanya

6 0 0
                                    

Nadia tersenyum manis begitu melihat pesan dari Sam. Pria itu menyuruhnya untuk datang ke dapur yang terletak tidak jauh dari ruang tamu. Saat ini, ia berada di rumah Sam. Nadia memang cukup sering berkunjung ke rumahnya. Biasanya, karena memang disuruh oleh Sam atau ibunya.

Sesampainya di dapur, Nadia tampak kebingungan. Ia tidak menemukan siapa pun di sana, kecuali hanya Revan, kakaknya Sam.

Revan menatapnya menggoda. "Datang juga lo ke sini."

"Apa maksudmu?" tanya Nadia mundur-mundur. Ia berusaha menghindari tatapan menjijikan itu. Tanpa sadar, tubuhnya menabrak kasar tembok dapur. Revan menggunakan kesempatan ini, ia melangkah dengan cepat ke arah Nadia dan menarik kasar pergelangan tangan wanita itu.

Nadia mengaduh kesakitan. Rasa ketakutannya semakin mencekiknya. Ia berusaha melepaskan cengkraman tangan Revan, namun nihil. Pria berumur tiga puluhan itu menarik tubuhnya paksa ke arah kamar mandi yang memang terletak tidak jauh dari dapur.

Nadia mencoba berteriak, tapi percuma. Ia ingat bahwa keluarga Sam saat ini sedang tidak ada di rumah. Ayahnya bekerja, dan ibunya sedang mengikuti arisan keluarga. Sam, pacarnya pun tidak diketahui sedang di mana. Begitu mendapatkan pesan WhatsApp dari Sam. Ia menganggap bahwa pemuda itu sedang di dapur dan menyuruhnya mendekat. Tadinya, Nadia berada di ruang tamu menunggu Sam. Begitu datang ke dapur, Nadia melihat ponsel Samuel tengah dipegang oleh Revan.

Di kamar mandi yang sempit, Revan mengelus kasar pipi Nadia. Ia mencengkram pipi gadis itu dengan keras, seolah ingin menancapkan rasa takut padanya. Air mata Nadia mengalir deras membasahi kedua pipinya. Nadia benar-benar ketakutan. Ia tidak tahu bagaimana nasib ke depannya. Dalam temaram lampu kamar mandi, Revan menyeringai ke arahnya, memaksa gadis itu melihat wajahnya yang tersenyum meremehkan.

"Jadi ini pacar kesayangan si Sam!"

"Lepasin!" seru Nadia dengan suara serak, tenggorokannya tercekat oleh ketakutan. Tangan Revan berpindah ke lehernya yang jenjang, memberikan bekas cengkraman tangan yang memerah di sana.

"Gue harus cicipin lo!"

"Tolong jangan lakukan!"

"Diam lo! Kalo lo berontak, gue akan melakukan lebih!" ucap Revan yang semakin membuat Nadia frustasi. Wanita berumur dua puluh enam tahun itu menangis seperti anak kecil begitu mendengar penuturan pria di depannya.

Revan mencengkeram pucuk kepala Nadia dengan kasar, menahan gerakannya sebelum mendorong wajah gadis itu mendekat. Tanpa izin, ia menempelkan bibirnya ke bibir Nadia dengan paksa. Aroma napasnya yang tajam bau alkohol memenuhi indera penciuman Nadia, membuat gadis itu merasa semakin mual dan tersiksa.

Bibir mereka terlepas, Nadia memohon dengan tatapan memelas. "Kumohon jangan lakukan ini!" Air mata Nadia membasahi seluruh wajahnya. Revan semakin senang dengan rengekan wanita itu, seakan menjadi candu baginya selain alkohol, rokok, dan tentu saja wanita.

Revan selalu menyukai kekuasaannya terhadap wanita, memperlakukan mereka sesuai dengan keinginannya. Namun, yang menjadi candu baginya adalah suara tangisan wanita. Bagi pria itu, tidak ada yang bisa mengalahkan harmoni suara tangisan wanita dengan apapun.

Pria itu menarik kemeja Nadia, sehingga dua kancing bagian atas terlepas sempurna. Ia memandangi tubuh gadis itu dengan penuh nafsu. Darahnya mendesir dan memberikan amunisi pada nafsunya yang seakan meminta lebih. Hormon testosteronnya langsung aktif begitu melihat pemandangan di depannya.

Nadia langsung mencengkram bagian atas kemejanya. Revan dengan sigap langsung menepis tangan Nadia. Ia memegang tangan kanan Nadia dengan tangan satunya, sedangkan tangan yang lainnya dengan bebas menjelajahi hal yang bukan menjadi miliknya.

"Lepas!"

"Jangan harap lo bisa gue lepas!

"Kenapa kamu lakuin ini?" tanya Nadia yang masih terisak menangisi nasibnya.

"Gue mau nyicipin punya Sam. Sebelum dia yang pertama, gue yang harus duluan!" seru Revan dengan diiringi tawa. Bagi Nadia, tawa Revan semakin membuat dirinya tidak berharga.

Tanpa pikir panjang, Revan melakukan kegiatannya secepat mungkin. Ia tidak mau Sam menemukan mereka dalam keadaan seperti ini. Nadia semakin berteriak histeris, yang membuat Revan bersemangat melancarkan aksinya. Dalam keadaan pakaian yang masih menempel di tubuh mereka, Revan melakukan aksinya dengan cepat seakan dikejar waktu.

Nadia merasakan jantungnya berdetak dengan cepat. Hatinya terasa sakit yang teramat dalam, dan bagian bawah tubuhnya terasa tertusuk benda runcing. Baginya, menangis pun semakin memperburuk keadaan. Di antara cobaan hidup yang menimpa, ia berpikir bahwa Tuhan tidak adil dengan hidupnya. Selama ini, ia tidak pernah merugikan orang lain, ia selalu berdoa, sibuk mengejar mimpinya. Tapi, kenapa ia harus menerima nasib yang begitu perih– diperkosa oleh calon kakak iparnya sendiri di rumah pacarnya.

Revan tertawa senang. Rambutnya yang biasanya lusuh karena jarang keramas pun semakin tidak karuan tampilannya. Giginya menguning karena kecanduan rokok dan alkohol. Selain itu, hidupnya juga menganggur karena pria itu tidak suka diatur dan lebih senang bergantung dengan uang orang tuanya, tanpa ada niatan untuk menjalani hidup normal.

Wajah Revan dan Sam jika dilihat-lihat memang tidak terlalu mirip. Sam lebih mirip ibunya yang keturunan China, sedangkan Revan berwajah kental seperti Suku Minang yang merupakan keturunan dari ayahnya.

Setelah dirasa puas dengan apa yang sudah ia dapatkan. Revan meninggalkan tubuh Nadia yang menangis tersedu-sedu. Tangis Nadia terdengar memilukan, hatinya semakin terasa perih seperti tersayat benda tajam. Ia merasa jijik dengan tubuhnya yang dipenuhi dengan cairan putih kental. Dalam lolongan tangisannya, Nadia membersihkan dengan kasar tubuhnya menggunakan air keran. Ia merasa tidak pantas bagi siapapun– bahkan ia tidak pantas bagi pria sempurnanya, Samuel Rizky Mahendra.

Nadia meninggalkan kediaman Sam dengan terburu-buru. Berharap tidak ada seorang pun yang melihatnya dalam keadaan compang-camping. Bajunya yang kotor dan kusut, air matanya yang mengering, dan rambut panjangnya yang acak-acakan. Ia tidak sanggup bertemu dengan kekasihnya sekarang, atau sampai kapan pun.

Dipaksa Menikahi Calon Kakak IparTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang