Jika harus memilih, tentu saja Rajendra dengan mantap akan memilih Dimitri ketimbang harus tinggal dengan keluarga Narvara.
Rajendra sesayang itu dengan pamannya, apapun akan ia lakukan, termasuk mengorbankan kehidupan bebasnya agar si om bisa hidup dengan baik.
Beberapa hari lalu, Rajendra tidak sengaja mendengar pembicaraan Dimitri dengan seseorang yang ia kenal betul siapa, Denta, kepala bodyguard di keluarga Narvara.
"Jika tidak mau menyerahkan Tuan Muda, Anda tahu apa yang akan terjadi, kan? Saya akan memporak-porandakan rumah ini, termasuk pemiliknya."
Kalimat itu sudah menjelaskan apa yang terjadi, buat Rajendra uring-uringan selama beberapa hari.
Dimitri memang kuat, tapi untuk melawan papanya seorang diri, Jendra yakin Dimitri hanya tinggal nama.
Aduhh, beban itu membuat Rajendra kehilangan fokus.
Entah apa yang ada dipikirkan remaja itu, tapi sepertinya dia sudah membuat keputusan.
"Om, aku pengin balik."
Ucapnya kala itu pada Dimitri yang sibuk dengan beberapa tumpukan dokumen.
Si om menoleh terkejut, bingung, tapi juga tampak marah.
"Serius kamu, Jendra?" suara Dimitri mengalun berat setelah keheningan lama, buat Rajendra diam-diam menghela nafas takut.
"Iya.."
.
.
.
.Rajendra's New Life
1
By: Probe // yokoajza
.
.
.
.Rajendra sudah dikecewakan berkali-kali, menelan pahit-pahit realita yang tak seindah ekspektasi itu. Namun, kali ini Rajendra baru benar-benar merasakan apa itu namanya sakit hati.
Ketika Dimitri -si om yang sudah merawatnya selama beberapa belas tahun ini dengan wajah ceria mengantar kepergian dirinya. Dimitri melambai penuh semangat ketika melihat Rajendra dengan ransel di pundaknya memasuki pesawat. Sialan, awas saja kalau mereka bertemu. Akan Rajendra peluk pria paruh baya itu hingga dia tak tega melepaskannya.
"Awas aja lu, gua gibeng kalo ketemu."
Jendra kira si om setidaknya akan menangis, histeris karena akan berpisah dengan dirinya. Tapi.. Memang salah berharap pada manusia.
Matahari semakin bersinar terang di atas ketika pesawat yang ditumpangi Rajendra akhirnya mendarat di salah satu bandara besar di ibu kota.
Sudah ada mobil yang menunggu sehingga Jendra hanya tinggal menaikinya.
Supir yang selesai memindahkan barang-barang Tuan Mudanya segera masuk, dia melirik lewat kaca di dalam mobil, memperhatikan wajah Rajendra yang tampak kusut.
Dia jadi ingat dengan kejadian beberapa belas tahun lalu, di mana kejadian itu hampir membuat si bungsu Narvara itu kehilangan nyawa, membuat geger para pekerja di kediaman utama Narvara.
Menggeleng, supir itu mulai menyalakan mesin dan menginjak gas.
Mobil merek A berwarna hitam itu membelah jalan raya. Siang itu tampak ramai, mungkin karena ini adalah akhir pekan. Muda mudi berjalan di trotoar, ada juga penjual keliling yang dengan sabar menawarkan jualannya dan banyak lagi. Tapi, yang menarik atensi Jendra hanya satu. Sekumpulan pemuda yang duduk di atas motor yang terparkir tak jauh dari cafe di dekat lampu merah.
Manik emas Jendra mengerjap antusias, antara penasaran dan kagum.
Sebelum lampu berubah warna, remaja itu lebih dulu mencuri kesempatan untuk melihat tulisan di belakang jaket kulit yang dikenakan pemuda-pemuda itu, dengan gambar serigala dan mahkota di atasnya. Lagi-lagi berhasil mencuri atensinya.
T' Enigma, akan Jendra ingat baik-baik nama itu.
Perjalanan memakan waktu lama, entah karena supir yang mengendarai dengan pelan atau karena posisi mansion Narvara masuk ke dalam hutan.
Hingga setelah satu jam perjalanan, mobil memasuki pekarangan mewah. Sebuah bangunan dengan gaya klasik berdiri gagah di tengah-tengah halaman yang luas. Di sekitarnya adalah pohon pohon tinggi, terhalang oleh tembok besar yang mengitari tanah milik Narvara.
Supir keluar dan membukakan pintu, Rajendra dengan hati-hati keluar. Di depannya ada barisan pria-pria berpakaian rapi, berbaris seolah menyambutnya.
Kaki jenjang yang dibalut training abu-abu melangkah mantap, melewati tubuh pria-pria berpakaian rapi yang berbaris saling berhadapan dengan menyisakan ruang lebar di antara mereka.
Rajendra menyeringai kala netra emasnya melihat sosok pria paruh baya dengan setelan santai di ujung sana -berdiri di pintu dengan wajah datar.
'I'm back, Narvara.'
"Welcome home, Rajendra," sapaan hangat terdengar dari sosok pria paruh baya tadi, senyum tipis tersungging pada bibir tebal Alejandro, pria paruh baya yang berhasil menyandang gelar pewaris utama keluarga besar Narvara.
Rajendra mengangguk angkuh, sifat khas Narvara yang membuat Alejandro terkekeh.
"Ayo masuk, Jendra, papa sudah siapkan makanan kesukaan mu."
Lagi-lagi nada hangat itu keluar dari mulut Alejandro, buat Rajendra sedikit bimbang.
Baiklah, mari kita lihat, apakah Rajendra bisa bertahan di dekat keluarga Narvara-atau apakah Narvara bisa tahan menghadapi sikap keras Rajendra?
-Probe
lufa....
KAMU SEDANG MEMBACA
Rajendra's New Life -on going
FanfictionDua belas tahun hidup bersama sang om, Rajendra terpaksa kembali ke kediaman utama Narvara, kembali sebagai bungsu yang kehadirannya dikecam Tuan Besar Wilder. Satu persatu fakta mulai terkuak, dan itu, sukses membuat mental Jendra terguncang. -Pr...