Hari ini, dua bahagia datang padaku secara berturut-turut.
Pertama, aku diterima part-time di cafe milik kak Hera. Aku seneng. Pikiranku jadi lebih ringan, semenjak kak Hera kasih kabar baik ini. Kak Hera benar-benar baik. Aku gak akan lupain kebaikan dia yang satu ini. Aku harap, kak Hera akan selalu dikelilingi oleh orang-orang baik.
Yang kedua, ini bahagiaku, yang aku bahkan tidak tahu cara mengungkapkan kebahagiaanku yang satu ini. Pokoknya, aku bener-bener bahagia. Sebuah perasaan membuncah benar-benar aku rasakan saat ini. Terlalu bahagia hingga rasanya aku ingin terus tersenyum sepanjang waktu.
Aku punya sahabat baru. Namanya Jihan, gadis dengan sejuta tingkah aneh, yang anehnya justru aku selalu tersenyum karena tingkah anehnya.
Dia yang selalu menyembunyikan minumannya di kolong meja. Dia yang selalu meletakkan dasinya di loker alih-alih menggunakannya. Dia yang selalu berburu diskon hingga bertengkar dengan pelanggan lainnya. Dia yang akan selalu marah saat ada yang mengusiknya.
Tapi, dia juga selalu memasang badannya untuk membelaku. Dia yang juga ikut tertawa di antara banyaknya bahagiaku. Dia yang mengulurkan tangannya lebih dulu untuk membantuku. Dia yang selalu berusaha membuatku tersenyum.
Dan dia yang menyayangiku walau perbedaan membentang jauh diantara kami.
Jangan pernah berubah, Jihan. Jadi Jihan yang selalu aku kenal.
Jihan, aku juga menyayangimu. Harapanku hanya satu, Jihan. Aku harap, kamu selalu sehat dan bahagia.
Reina, 2015
—------
Cuaca pagi ini begitu dingin. Angin yang berhembus, sedikit lebih kencang dari biasanya. Daun Maple yang berguguran, berserakan di sepanjang jalan. Hari ini, musim gugur telah menyambut mereka.
Sangat cantik, tapi begitu dingin.
Reina yang kini tengah menunggu kedatangan bus, kembali mengeratkan jaket yang dikenakannya kala suhu di sekitarnya terasa semakin menusuk. Sesekali gadis manis itu terlihat menggosokkan kedua tangannya untuk menciptakan hangat di sekitar pipinya yang terasa begitu dingin.
Netranya terus melirik ke arah kiri, dimana biasanya Jihan selalu muncul dan akan meneriaki namanya dengan suara yang cukup keras. Tapi, hari ini seperti ada yang aneh. Pasalnya, sampai saat ini, Jihan juga belum menunjukkan keberadaan batang hidungnya.
Sekali lagi ia menyalakan ponselnya, barangkali satu dua pesan gadis itu sampaikan padanya. Namun semuanya kosong. Tidak ada satu pesan pun yang dikirimkan oleh gadis itu.
Lantas, kemana ia sebenarnya? Tidak biasanya Jihan seperti ini.
Sementara, jam sudah menunjukkan pukul 7, yang artinya 30 menit lagi gerbang Nusa akan segera ditutup. Apa ia akan terlambat lagi untuk yang ketiga kalinya?
“Kamu kemana sih, Jihan?” gumam Reina resah.
“Reirei!”
“Reina!”Seorang pemuda yang ia kenal, berjalan dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam kantung celananya. Dia Raigan -seseorang yang baru saja memanggilnya sambil mengukir senyum tipis di wajah tampannya.
“Loh, Raigan? Kamu mau naik bus lagi?” tanya Reina heran. Pasalnya, semenjak laki-laki itu mengantarnya hingga ke depan gerbang rumahnya, ia sudah tidak pernah lagi melihat Raigan menaiki bus yang sama dengannya.
“Hah? Siapa tadi kata lo, Rei? Raigan? Gak salah denger nih gue? Dia yang sering muncul di sosmed Nusa, kan?” tanya Jihan bertubi-tubi.
Reina mengangguk. “Iya, ini Raigan. Raigan, ini Jihan, temen sekelas aku sekaligus sahabat aku,” ucapnya memperkenalkan mereka berdua satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Fall In Love With Me
Teen Fiction'Kisah cinta yang kita ukir bersama berakhir indah dengan bunga sakura yang jatuh ke bumi' Bagaimana jadinya nasib seorang gadis dengan pribadi yang begitu tertutup dan pendiam justru dipertemukan dengan laki-laki yang selalu penuh kejutan seperti...