Dua hari ospek telah berjalan sukses, penuh dengan energi, keceriaan, dan berbagai aktivitas yang menginspirasi para mahasiswa baru. Kini, semua perhatian tertuju pada malam inaugurasi-puncak acara yang akan menjadi perayaan spektakuler. Malam itu dijanjikan penuh semangat, dengan tata panggung megah, penampilan kreatif, dan kejutan tak terduga.
Di ruang rapat panitia, suasana ramai oleh diskusi penuh antusias. Semuanya memastikan setiap detail acara tersusun sempurna-dari rundown hingga sound system. Namun, bukan panitia namanya kalau tidak menyelipkan candaan dan kehebohan di tengah kesibukan.
"Len, Guest Star aman, kan?" tanya Aldi dengan nada serius.
"Aman lah! Percaya sama gue. Semua udah fix," jawab Galen santai sambil menyilangkan tangan di dada.
"Fix apaan? Lu beneran dapet AKBG?! SERIUS AKBG?!" Bara hampir berdiri dari kursinya, matanya membelalak penuh antusias.
Galen mengangguk penuh gaya, "Yoi, bro. Koneksi gue nggak main-main. Naik kelas nih acara."
"Buset, niat banget! Panitia tahun ini juara sih," Farhan ikut berdecak kagum.
Tapi Dinda, salah satu koordinator, menyela, "Eh, jangan cuma ngandelin Guest Star, dong. Ada nggak dari kita yang mau tampil? Kita panitia harus kasih sesuatu juga buat maba!"
Bara langsung melirik Zee, yang duduk santai sambil menyeruput kopi. "Eh, Zee kan jago main gitar tuh. Bisa lah dia tampil."
"Hah?! Kok gue?! Nggak, nggak, ges! Gue nggak pede, serius," Zee panik, hampir tersedak kopinya sendiri.
Galen, yang duduk di sebelah Zee, tiba-tiba teringat gitar listrik yang pernah ia lihat di kamar Zee. Senyum usil muncul di wajahnya. "Wih, bener juga tuh. Gitar lu keren abis, Zee. Skuy lah, nanti gue temenin!"
Zee menyipitkan mata, curiga. "Temenin gimana maksudnya? Lu bisa apa, Len?"
"Bisa bass, dikit-dikit lah. Rockstar amatir, gitu," jawab Galen sambil mengangkat bahu sok santai.
Aldi langsung berseru, "ANJIR, Galen bassist?! Cowok musisi nih, ges!"
"Ah, bohong tuh! Paling tebar pesona ke maba doang," Farhan ikut meledek.
"Eh, jangan-jangan ada yang cemburu," Bara melirik Zee sambil tersenyum jahil.
Dinda, yang duduk di seberang mereka, menangkap kode itu dengan cepat. "Wih, siapa ya yang cemburu? Kayaknya ada nih..."
Galen pura-pura tidak mendengar, tapi Zee langsung melotot. "Paan sih kalian? Mau bahas musik atau gosip, nih?"
Namun Bara semakin bersemangat, "Cieee, cembokor! Ada yang cemburu, nih, neng Zee!"
"CIEEEE ZEE!!!" Aldi dan Farhan mulai bersorak sambil mengetuk meja, membuat Zee semakin panik.
Wajah Zee memerah, ia berusaha menjaga ekspresi tegasnya meskipun bibirnya sedikit gemetar. "Cukup! Gue nggak mau dengar gosip-gosip absurd kalian. Fokus aja, please!"
Galen menahan tawa, tapi akhirnya menenangkan suasana. "Udah, udah. Jangan ganggu Zee. Mereka cuma sirik kita punya band impian."
Zee mendengus, tapi akhirnya tertawa kecil. "Band impian apaan? Lo aja bassist amatir!"
"Eh, bassist amatir + gitaris pemalu tuh kombinasi sempurna, tau!" balas Galen.
Setelah cukup lama membujuk, akhirnya Zee menyerah. "Oke lah, gue main gitar, lu bass. Tapi janji ya, Len, jangan malu-maluin."
"Santuy, partner in crime. Panggung bakal kita bikin meledak!" balas Galen penuh semangat.
Dinda terkekeh, matanya berbinar gemas. "Duh, kalian tuh kalau ngomong kayak dua orang yang mau bikin konser, bukannya ospek."
![](https://img.wattpad.com/cover/376988898-288-k1677.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Housemates!! [21+]
Fanfiction[Sedang revisi] Chapter yang belum ada ✅, itu belum di revisi, dan nama karakternya beda. Jadi agar tidak bingung jangan di baca dulu, tapi kalau kalian nggak masalah ya baca saja. Intinya cerita tentang pria muda yang serumah dengan 6 wanita, ikuti...