WTDC 6

80 4 0
                                    

Setting Emergency room


Marc sedang terbaring menahan nyeri di bahunya, tubuhnya terpelanting di turn8 saat motor kehilangan grip ban belakang. Atau justru Marc sendiri yang kehilangan grip dengan motornya?

"Marc, kau lihat siapa yang menengokmu? Fans kecilmu..." Alex menurunkan Angelo dari  gendongannya lalu meletakkan bocah itu di bibir tempat tidur  Marc.

Angelo tersenyum senang melihat pebalap idolanya baik-baik saja. Ternyata Marc hanya mengalami  dislokasi otot bahu kanan.

"Hey kok wajah mu basah? Kau menangis ya?" Tanya marc dengan ekspresi menggoda.


Angelo tersipu malu lalu dengan tangan kecilnya berusaha mengeringkan wajahnya dari air mata.  Alex membantunya mengelap dengan tisu.


"iya aku menangis, karena melihatmu jatuh..hihi. Tapi aku senang melihatmu baik-baik saja "Marc mengusap usap kepala Angelo dengan tangan kirinya.

"marc tadi mr julia bilang kalau aku mirip seperti dirimu saat usia 5 tahun, apa aku nanti juga akan  menjadi penalap hebat sepertimu?" celoteh Angelo

"Ohya? Bagaimana menurutmu lex? Apakah kami mirip?" tanya marc pada Alex, lalu  marc menarik  kepala angelo mendekatinya. Alex nyengir " kalian bukan cuma mirip tapi Angelo itu seperti hasil  cloningmu marc!"

Marc terkekeh " mungkin ayahmu wajahnya mirip denganku, betul tidak angelo?"Pertanyaan itu sontak membuat senyum di wajah Angelo lenyap seketika. Bocah kecil itu kini  tertunduk.


"Maaf, apakah ayahmu sudah meninggal, hingga jau sedih teringat saat aku menyebutkan ayah?"  tanya Marc penuh sesal.


Angelo menggeleng " Tidak, kata mama...ayahku masih hidup, dia tidak tinggal di Indonesia,  tapi aku sekalipun belum pernah bertemu dengan ayah. Kata mama, ayahku belum tau tentang kelahiranku"


Marc mencubit pipi bocah itu : "heyy sudahlah jangan sedihhh, kau boleh kok memanggilku ayah, oke?  Mulai sekarang kau panggil aku ayah ya?" Pinta marc sambil menengadahkan tangan kirinya,  lalu disambut oleh angelo tanda setuju "Baiklah aku memanggilmu ayah, ayahku si pebalap hebat"  celoteh Angelo dengan bangga.


Beberapa saat kemudian calista masuk ditemani Mr. Julia.

'Bagaimana lukamu kata dokter?" tanya Calista
"Ayahku hanya luka ringan" jawab Angelo tanpa diminta. Calista terbelalak lalu spontan menutup  mulut Angelo dengan jemarinya.
"Hey, siapa yang mengajarkanmu seperti itu Angelo? Kau tidak boleh seperti itu!!"


Angelo berusaha melepaskan jari-jari Calista dari mulutnya. "Mama, ini kesepakatanku dengan Marc,  karena ia kasihan padaku...mam.."


Calista meraih Angelo lalu memnggendong dalam pelukannya. Sebagian wajah calista tertutup oleh  bahu Angelo, sehingga ekspresi wajahnya tak tertangkap oleh Marc. Sebenarnya saat itu ingin sekali  Calista berceriya tang sebenarnya kalau saja seorang wanita dengan body yang sangat  ideal tidak masuk dalam ruang perawatan.
Wanita itu langsung menerobos menghampiri Marc, mencium bibir Marc sejenak lalu memeluknya. Calista memejamkan mata untuk tidak melihat pemandangan itu


" Sayang, kau kenapa? Apa yang kau pikirkan? Sudah lama sekali kau tidak pernah lagi crash..."  Ujar wanita itu tanpa memperdulikan orang yang ada di sekelilingnya, Mr Julia, Alex dan  Calista serta Angelo.

Marc merasa risi dan canggung dengan perlakuan Ernesta barusan, apalagi dihadapan Calista.  Marc sendiri merasa bingung dengan dirinya, yang tak sanggup membenci Calista, wanita yang  telah menghilang tanpa alasan jelas dan membuat hampir gila. Hari ini calista hadir kembali dengan  seorang bocah yang sangat lucu, bocah dengan ayah yang masih misterius. Dan sedikitpun Marc tidak  sanggup marah, bahkan tak sanggup pula untuk tidak perduli dengan Calista dan Angelo.
Terjebak dalam situasi yang tidak mengenakkan, Calista pun pamitan " Marc semoga cepat sembuh  yaa...aku permisi..."
Sebenarnya Marc ingin mencegah Calista untuk pergi, dirinya belum puas memandangi wajah Calista  yang telah dirindukannya selama bertahun-tahun. Calista meninggalkan ruangan itu bersama Angelo dalam gendongannya, Bocah itu lekat  menatap Marc dari balik punggung ibunya.
Kemudian di ujung pintum, Angelo berteriak " Semoga cepat sembuh Ayah!!" kemudian menghilang  di balik pintu bersama langkah Calista yang semakin menjauh.


to be continued

When The Dream Come TrueWhere stories live. Discover now