00.00 Academia Arcanum

43 36 62
                                    

Bab 1: Langkah Pertama di Academia Arcanum

Kabut tebal menutup jalan setapak yang menuju kastil tua di atas bukit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kabut tebal menutup jalan setapak yang menuju kastil tua di atas bukit. Di kejauhan, Academia Arcanum berdiri megah dengan menara-menara yang menjulang tinggi, seolah memotong kabut dan menyentuh langit malam. Cahaya bintang bersinar lembut di balik awan tipis, memberi suasana misterius yang mencekam namun juga memikat.

Di dalam kereta yang bergerak tanpa roda-melayang beberapa inci di atas jalan berbatu-Victoria Sinclair duduk dalam diam. Di sekelilingnya, teman-teman baru yang ia temui dalam perjalanan, Erin, Lysander, dan Calla, tidak bisa menyembunyikan rasa kagum. Setiap dari mereka memiliki ketertarikan dan rasa takut yang sama. Academia Arcanum bukan sekadar sekolah, tetapi sebuah tempat pelatihan bagi para penyihir muda berbakat yang akan mengasah kemampuan magis mereka hingga mencapai potensi penuh.

"Kamu tahu, katanya menara tertinggi bisa melihat ke seluruh penjuru daratan di bawahnya," gumam Erin penuh semangat, matanya yang cerah memantulkan keindahan kastil yang semakin mendekat.

"Dan katanya di dalam menara itu, ada koleksi benda sihir yang tak ternilai harganya, termasuk artefak yang sangat berbahaya," sahut Calla dengan nada tegang.

Lysander, yang terkenal pendiam tapi selalu punya informasi menarik, bergumam pelan, "Dan kalau rumor yang kudengar benar, kastil ini dilindungi oleh makhluk gaib yang hanya muncul pada malam hari... katanya makhluk itu bisa mencium ketakutan kita."

Victoria merinding. Seluruh hidupnya, ia telah mendengar kisah tentang Academia Arcanum, sebuah akademi yang dijaga ketat oleh berbagai jenis makhluk sihir dan dibatasi oleh mantra kuno yang melindungi setiap inci tanahnya. Ia selalu tahu bahwa suatu hari ia akan menjejakkan kaki di sini, namun menghadapi kenyataan itu secara langsung masih saja menggetarkan hatinya.

Ketika kereta berhenti, mereka semua turun dan berdiri di hadapan gerbang besar dari besi yang dihiasi dengan ukiran mantra sihir. Di sisi kiri dan kanannya berdiri dua patung burung raksasa dengan sayap terbentang, yang seolah hidup dan menatap para murid baru dengan tatapan tajam.

"Selamat datang di Academia Arcanum," sebuah suara tenang namun tegas terdengar, memecah keheningan. Di ujung aula megah yang penuh dengan cahaya lilin, berdiri seorang penyihir tua berjubah ungu panjang yang dihiasi jalinan benang emas. Ia adalah Profesor Alaric, kepala sekolah Academia Arcanum, terkenal karena kebijaksanaannya dan ilmu sihir yang tak tertandingi.

"Kalian semua berada di sini bukan hanya karena bakat atau asal usul kalian. Di Academia Arcanum, hanya keberanian, ketekunan, dan kemampuan yang benar-benar akan diuji dan diakui," katanya dengan nada yang dalam dan penuh wibawa. "Kini, tibalah saatnya untuk menentukan tempat kalian di sini."

Di tengah aula, perlahan-lahan sebuah bola besar berwarna hijau terang melayang turun dari atas, menyilaukan setiap mata yang memandangnya. Bola itu dikenal sebagai Orbis Delectio, atau Orb Pemilihan. Orb ini merupakan artefak kuno yang memuat kekuatan sihir tertinggi dan memiliki kemampuan untuk "melihat" jauh ke dalam hati dan pikiran setiap murid yang menyentuhnya. Orbis Delectio bukanlah sekadar benda mati-benda ini seolah memiliki kesadaran dan rasa ingin tahu, mampu membaca esensi, bakat, dan bahkan rahasia terdalam seseorang.

Sambil menatap orb yang berpendar di udara, Victoria mendengar Erin berbisik, "Aku dengar orb ini bisa membedakan keberanian sejati dari keberanian palsu, dan katanya orb juga bisa merasakan ketakutan kita. Kalau kita tidak cukup layak, orb bisa saja menolak kita, atau... memberi kita asrama yang tidak terduga."

Satu per satu, murid dipanggil ke depan untuk menyentuh Orb Pemilihan. Setiap kali mereka menempelkan tangan pada permukaannya yang berkilauan, orb akan bersinar dengan warna tertentu yang mencerminkan kecocokan mereka dengan salah satu dari empat asrama di Arcanum: Aureus yang melambangkan keberanian dan jiwa pemimpin, Ferox yang menjunjung kekuatan dan ketekunan, Viridia yang memuliakan kecerdasan dan kebijaksanaan, serta Noxius, tempat para penyihir dengan ambisi tinggi dan tekad kuat, meski kadang berkesan penuh intrik.

Ketika giliran Victoria tiba, jantungnya berdegup kencang. Dengan tangan sedikit gemetar, ia melangkah maju dan menatap orb yang memancarkan kilatan biru yang intens. Ia mengulurkan tangannya dan menyentuh permukaan orb, merasakan kehangatan lembut yang seketika mengalir melalui jari-jarinya. Saat itulah sesuatu yang aneh terjadi-Victoria merasa seolah ada kekuatan tak terlihat yang merasuk jauh ke dalam dirinya, mencari, meraba, dan menggali setiap lapisan pikirannya.

Di dalam pikirannya, ia mendengar suara berbisik, "Victoria Sinclair... keturunan Sinclair yang ketujuh. Kau memiliki keberanian, tapi ada sesuatu yang lain... sebuah misi yang tersembunyi."

Victoria tertegun, matanya melebar. Ia ingin berkata sesuatu, namun suara itu menghilang secepat datangnya, digantikan oleh kilatan cahaya terang yang terpancar dari orb, menarik perhatian seluruh aula. Orb melepaskan sinar yang mengarah ke lambang Aureus di ujung aula, menandakan bahwa Victoria telah dipilih untuk bergabung dengan para penyihir berbakat di asrama Aureus.

Erin dan Calla yang berdiri di antara kerumunan teman-teman mereka bertepuk tangan dengan penuh semangat, sementara Lysander mengangguk kecil dengan ekspresi kagum. Victoria tersenyum, meski dalam hati ia menyimpan pertanyaan besar yang belum terjawab. Ramalan kuno keluarganya, yang berbicara tentang kekuatan tersembunyi dan kitab sihir yang hilang-semua itu terasa semakin dekat, seolah takdirnya telah terjalin dengan Academia Arcanum sejak lama.

Begitu pemilihan selesai, Profesor Alaric mengucapkan beberapa patah kata penutup sebelum mempersilakan para murid untuk bergabung dengan asrama masing-masing. Victoria melangkah ke meja Aureus, di mana para senior dari asrama tersebut menyambutnya dengan hangat. Ia duduk di antara teman-teman barunya, memperhatikan ruangan sekitar dengan penuh rasa ingin tahu.

Langit-langit Aula Besar tampak memantulkan suasana di luar kastil, penuh dengan bintang dan angin malam yang berkabut. Lilin-lilin berkelap-kelip di udara, memberikan cahaya hangat yang menerangi meja-meja panjang di bawahnya. Makanan lezat tersaji di depan mereka, mulai dari roti hangat yang baru keluar dari oven, hingga buah-buahan yang jarang ia temui di luar Academia Arcanum. Sambil memotong sepotong pai apel, Victoria merasa seperti berada di dalam mimpi.

Namun di balik kegembiraan itu, ada perasaan tak terjelaskan yang menyelimuti hatinya. Ia tahu bahwa Academia Arcanum menyimpan lebih dari sekadar pelajaran sihir. Tempat ini penuh dengan rahasia, legenda, dan teka-teki yang mungkin membawa bahaya bagi siapa saja yang berani mencari tahu. Tapi Victoria Sinclair adalah seorang Sinclair, keturunan keluarga penyihir terhormat, dan keberanian adalah warisan yang sudah tertanam kuat dalam dirinya.

Saat ia menatap ke arah menara tertinggi di kejauhan, Victoria merasa panggilan itu-panggilan misterius yang membawa dirinya ke Academia Arcanum, serta takdir yang menantinya di balik setiap dinding kastil megah ini-akan segera terungkap.

Victoria & Grimoire AeternumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang