Tanggung Jawab Dan Keluarga

18 1 0
                                    

Pagi hari di jalan kota yang cukup padat, terlihat seorang remaja dengan menggunakan seragam pramuka sedang mengatur arus lalu lintas. Dengan menggunakan rompi hijau dan baret cokelat, dia berdiri tegak sambil mengurai kemacetan lalu lintas arus balik libur Hari Raya Idul Fitri.

Prit prit prit prit priiiiiiit

Suara peluit tanda pergantian pun berbunyi. Aku segera kembali ke pos polisi dan melepas rompi dan memberikannya kepada orang yang bertugas mengatur lalu lintas selanjutnya. "Eka, jangan lupa setelah ini ketik laporan hari ini untuk dikirim ke Polres," ucap seniorku. "Siap, kak," jawabku sambil membuka laptop yang sudah disediakaan di dalam pos.

Namaku Eka Wira Pratama, seorang Pelajar SMA juga Anggota Pramuka Satuan Karya Bhayangkara dari Krida/kelompok Pencegahan dan Penanggulangan Bencana. Saat ini aku sedang mengikuti kegiatan Pengamanan Arus Balik Hari Raya Idul Fitri bersama Tim Gabungan Polri, TNI, PMI, dan SAR.

*Brak

Terdengar suara tabrakan dari kejauhan. Seluruh Anggota kami langsung menoleh ke sumber suara dan seorang Anggota kami melaporkan kejadian tersebut melalui HT. "Terjadi kecelakaan tunggal sebuah bus menabrak pagar pembatas, dimohon mengirimkan bantuan untuk evakuasi"

Aku beserta Anggota Krida Lantas dan Tim yang bertugas di pos bergegas ke lokasi kecelakaan tersebut dengan membawa tas penyelamatan. Kami membuka pintu darurat untuk mempercepat proses evakuasi. Untungnya tidak ada korban jiwa pada peristiwa tersebut. Hanya luka ringan pada seorang sopir yang terkena serpihan kaca dan sudah ditangani petugaas medis yang ada. Penumpang Yang dievakuasi pun sudah diantarkan ke terminal tujuan menggunakan truk angkut personil milik Polres.

Setelah tugas selesai, aku berpamitan untuk pulang ke rumah. Aku memakai jaket dan helm lalu menaiki motor berwarna hitam. Perjalanan yang cukup panjang, perjalanan dari pos itu hingga kerumahku memakan waktu hingga 1 jam karena terhambat kemacetan yang cukup parah.

Sesampainya di rumah, aku langsung memasukkan motorku ke garasi lalu melepas sepatu dan merapikannya di rak.

"Assalamualaikum, Eka pulang"

"Waalaikumsalam" jawab seorang wanita di dalam rumahku. "Eh, ini Eka? Tinggi ya sekarang"

"Iya tante, kan dikasih makan sama Ibu. Tante Cynthia ke sini sama siapa?" tanyaku.

"Sama om, ada Erine juga lagi main sama adik kamu di belakang" jawab Tante Cynthia.

"Aku ke belakang dulu ya tan"

Tante Cynthia adalah tetangga dekatku sebelum aku pindah ke kota. Keluarga kami sudah sangat dekat layaknya saudara kandung.

Aku pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangan dan kaki sebelum ke halaman belakang untuk menemui Erine dan adikku.

Sesampainya di halaman belakang, aku melihat adikku, Icha, sedang bermain kejar-kejaran dengan Erine. Mereka tertawa riang, seolah-olah dunia hanya milik mereka berdua. Aku berdiri di pinggir teras sambil menyapa, "Hei, kalian berdua lagi main apa?"

Erine, yang sepertinya tidak menyadari kedatanganku, langsung berhenti dan menoleh. "Eka?" katanya dengan wajah ceria. "Kamu dari sekolah, Ka? Ini kan masih libur?"

"Aku habis pengamanan tadi. Baru pulang sekarang," jawabku sambil menghampiri mereka.

Icha langsung memeluk kakiku. "Kak Eka, tadi aku menang main lari sama Kak Erine!"

"Halah, kamu curang tadi, Ca. Mainnya belok-belok nggak bilang-bilang!" sahut Erine sambil tertawa.

Aku tersenyum melihat kebahagiaan mereka. "Ya udah, sekarang istirahat dulu, kalian mainnya jangan terlalu capek. Kakak juga butuh duduk, nih, habis berdiri lama banget."

Aku duduk di kursi di bawah pohon mangga. Erine ikut duduk di sebelahku. "Ka, gimana tugasnya di jalan tadi? Kayaknya seru banget, ya. Aku sering lihat berita tentang kegiatan Pramuka Bhayangkara, tapi nggak pernah tahu detailnya."

Aku menjelaskan dengan semangat, "Iya, seru sih, tapi juga penuh tanggung jawab. Apalagi tadi sempat ada kecelakaan. Untungnya nggak ada korban jiwa."

Erine mendengarkan dengan penuh perhatian.

Icha yang mendengarkan ikut menyela, "Icha mau jadi kayak Kak Eka nanti!"

Aku mengacak-acak rambut Icha sambil berkata, "Adek belajar yang rajin dulu, ya. Nanti kalau sudah besar, baru bisa ikut."

Momen kebersamaan ini terasa hangat. Hari yang panjang dan melelahkan tadi rasanya langsung hilang saat aku melihat senyum mereka. Aku merasa bersyukur memiliki keluarga dan teman-teman yang selalu mendukung.

Saat senja mulai menyelimuti langit, Tante Cynthia memanggil Erine untuk bersiap pulang. Sebelum pergi, Erine melambai ke arahku. "Eka, jangan lupa kabarin kalau ada acara seru lagi, ya. Aku pasti ikut!"

Aku mengangguk sambil tersenyum. "Pasti, Erine."

Setelah mereka pergi, aku masuk ke dalam rumah. Ibu sudah menyiapkan makan malam di meja. "Eka, habis ini makan dulu, ya. Ibu lihat kamu capek banget tadi," ucapnya penuh perhatian.

"Iya, bu. Oiya, keluarga Erine ada apa tiba-tiba kesini?" tanyaku sambil mengambil nasi.

"Mereka mau pindah ke seberang rumah kita. Om Rian pindah tugas di daerah sini dan kakaknya juga kan kuliah di kota ini, biar keluarga mereka bisa kumpul lagi.

Aku hanya tersenyum lelah tapi bahagia. Hari ini memang panjang, tapi aku belajar banyak tentang tanggung jawab, kebersamaan, dan arti membantu sesama.

Laptime Masa RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang