Bab 5: Rumah Kosong

15 19 0
                                    

“kita mau main apa?” tanya Mirna kemudian di rasa sudah bosan dengan aktivitas ini.

Selama tidak ada permainan membuat kami berguling gulingan tidak jelas untuk memikirkan permainan yang menarik untuk di lakukan. Aku dan Mirna berada di ruang tengah sembari bermain ABCD atau membicarakan tentang tokoh kartun yang kami sukai.

“aku suka sama Spongebob!” seru Mirna menjawab pertanyaan ku, “kalau kamu?”

“aku suka dengan Anastasia Reemanov”

“siapa?”

“masa tidak tahu, itu lho... yang ada di film ANASTASIA 1997, aku suka sama yang namanya Anastasia Reemanov”

Dia tampak tidak mengerti dengan apa yang aku katakan, alisnya mengangkat satu dan tidak paham saja apa yang aku katakan.

Kami semua menunggu Andreas selesai belajar baru bisa bermain bersama-sama. Seperti biasa anak itu belajar untuk persiapan besok nanti, meski ia sendiri bilang bahwa Andreas tidak termasuk pintar di sekolahnya akan tetapi dia orang yang termasuk ambisi serta rajin belajar untuk bisa mendapatkan sesuatu dengan nilai sempurna.

Aku juga malah bukan termasuk yang pintar tapi bukan bodoh pula, ya biasa biasa saja. Untuk belajar ya memang aku belajar walau terkadang terpaksa serta mencuri curi waktu untuk menonton film di Tablet tapi dari perjuangan itu aku berusaha untuk bisa belajar seperti Andreas sekarang.

Mungkin bisa saja dia pintar hanya saja dia tidak mengakuinya.

Setelah benar benar selesai belajar Andreas menghampiri kami berdua sembari membawakan senter seolah untuk menyinari ruangan gelap. Aku menaikan satu alis tidak mengerti dengn tiga buah senter yang di pegang olehnya.

“kita kali ini mau kemana?” Mirna bertanya dengan heran, “bawa senter segala?”

Jawaban itu membuat Andreas tersenyum lebar membuat kami semakin heran, “tebak dong”, kami mengira-ngira setelahnya sampai aku tahu apa yang dimaksud Andreas saat ini.

“uji nyali?” tebak ku membuat Andreas mengacungkan jempolnya.

“ya, uji nyali”

Mirna kemudian ikut menebak juga, sesuatu yang seharusnya tidak perlu untuk di tebak, “kerumah kosong”

“iya, kita kerumah kosong sebelah itu”

Cepat cepat kami keluar dari rumah dan izin bermain kepada nenek dan juga pada orang tua kami. Malam malam aku masih berada di rumah nenek dan belum pulang kerumah Oma. Bermain bersama dengan Andreas serta Mirna dan kami akan melakukan kegiatan uji nyali di rumah sebelah.

Kami berpegangan tangan dan masuk kerumah kosong bersama-sama, pintu yang sudah rapuh Andreas buka kan terdengar suara berderit hingga menampakkan isi dari rumah itu. Gelap gulita tidak terlihat jika tidak diarahkan senter pada bagian dalam.

Bagian dalamnya lumayan kotor, sarang terbentuk setiap sudut atap, lantai kotor dan debu dimana-mana benar benar rumah yang di telantarkan tanpa dirawat. Di ruang depan kami pijak merupakan tempat dimana ruang tamu. Ada bufet depan menyambut kami bersama dengan boneka boneka terpajang disana atau guci serta barang barang antik ada disana.

Bagus tapi sayang rumah itu di telantarkan oleh pemiliknya, lalu kami memasuki ruangan berikutnya. Diruangan pertama itu tidak ada sesuatu yang terjadi hingga tidak perlu ada yang ditakuti sampai pada akhirnya kami memasuki ruangan kedua dan mulai terjadi sesuatu yang aneh.

Di depan mungkin untuk ruang tamu kemudian di ruang berikutnya merupakan ruang keluarga. Sama luasnya dengan ruang tamu hanya saja bentuk dekorasinya yang berbeda atau tatanan tempatnya.

ANDREAS [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang