Hari ini aku bermain kerumah nenek tanpa ayah dan ibu, berlibur dirumah Oma dengan diacuhkan seluruh saudara ku disana lebih baik aku bermain di rumah Nenek bersama Mirna dan Andreas.
Menggunakan elep menuju rumah nenek, rela mengeluarkan uang 5000 untuk bisa bermain bersama dengan Mirna Andreas daripada harus berlama lama dirumah Oma.
Ini pertamakalinya aku menaiki elep, pengalaman pertama yang ke bablasan menambah pengalaman baru.
Terdengar suara keributan dari arah rumah depan nenek hingga aku ingin tahu tentang apa yang terjadi. Suara dua anak laki laki bertengkar saling mengeluarkan makian mereka kepada satu sama lain.
Yang membuatku heran, salah satu suara diantara mereka terasa familliar, aku mengerutkan dahi dan mencoba mengintip dibalik keramaian anak anak lain yang sibuk menonton tanpa berpikiran untuk melerainya.
Ketika tahu siapa pelakunya sampai membuatku terkejut ketika mengetahui siapa dua orang yang berkelahi itu.
Tanpa pikir panjang aku langsung menghampiri mereka dan melerai nya.
Mereka tidak berhenti meski aku telah berusaha melerai mereka berdua, salah satunya memukuli belakang kepala ku hingga terjatuh.
“bedebah! Jadah!!” amarahnya memuncak dan hendak melayangkan pukulan kepada anak itu.
Kepalaku sakit dan setelah aksi itu di lakukan ia menghampiri ku dengan mengelus belakang kepalanya. “kamu kenapa kesini?” tanyanya dia tidak menduga akan kedatangan ku.
“mau mainn...”
“tapi kamu jangan kesini-sini tuh lihatkan...”
Aksi berkelahi itu berhenti seketika saat Andreas melihat ku dalam keadaan seperti ini, kepalaku yang pusing dan memapah tubuh ku untuk bisa sampai di rumah nenek.
Belum selesai ternyata dimana mengharuskan Andreas kembali setelah mengantarkan ku ke teras rumah nenek. Kepalanya yang di lempar batu berulang kali membuat ia berlari dan menubruk tubuh anak laki laki tersebut.
Suara itu mengambil perhatian semua orang sampai sesosok dibelakang ku itu muncul dan mulai menarik lengan ku, ternyata itu adalah Mirna yang mengajak ku masuk ke teras samping.
Sebenarnya apa yang terjadi?
Aku bertanya pada Mirna. Mirna belum sempat menjawab pertanyaan nya sampai seseorang ku perhatikan melerai keduanya. Andreas pulang dengan raut wajah dongkol beserta anak itu yang masih terus ingin mengalahkan nya dengan caci maki yang di keluarkan nya.
“brengsek!! Anak Anjing!!” umpatnya pada Andreas.
“bacot Anak Babi!”
Nenek dan Mama Mirna tidak mengetahui hal ini karena mereka sekarang sedang menghadiri undangan mantan tetangga nya di daerah lain. Jadi perkelahian Andreas bersama dengan anak tetangga hanya di ketahui oleh kami bertiga.
Mirna segera menuju ke kamar untuk mengambil P3K demi bisa mengobati Andreas termasuk aku yang terbentur, dia yang satu satunya dalam kondisi baik baik saja berusaha mengobati kami berdua. Lebih parahnya lagi yaitu si Andreas, luka lebam di pipi kiri dan pergelangan tangan kiri serta kaki kanan.
Mengerahkan tenaga nya untuk berkelahi hingga berakhir kondisinya seperti ini.
“sebenarnya kamu kenapa sih sampe berkelahi begitu” tanya ku penasaran sampai membuat keduanya, Andreas dan Mirna bermurung muka.
“jadi gini... pas aku sama Andreas lagi main di lapangan aku nggak sengaja nabrak badan anak itu. Anak itu nggak terima dan dorong aku sebagai balesan nya sampai jatuh tapi Andreas gak terima dan ajak berantem mulai dari situlah Andreas berantem dan ini gara-gara aku juga...” Mirna yang menjelaskan semuanya dengan raut wajah bersalah,“gara gara aku Andreas harus jadi kayak gini”
Andreas tersenyum kecil dan mulai mengelus surai pendek Mirna, “gak perlu ngerasa bersalah, kamu nggak salah kok”
“kalau aku nggak ngenabrak anak itu pasti kamu nggak bakal berantem begini”
“udah nggak usah di bahas lagi..”
“masih sakit nggak?” kemudian aku bertanya pada Andreas mengenai kondisi kepalanya tadi.
Andreas tersenyum dari ekpresinya aku bisa menilai bahwa dia berusaha menahan rasa sakitnya, “aku baik-baik aja kok” sebenarnya aku tahu kalau Andreas sedang menyimbunyikan rasa sakit di kepalanya.
Kamu bohong, aku tahu kamu mati-matian berusaha nahan sakit di kepalamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDREAS [✔]
Short StoryKami tidak dekat dan juga tidak jauh, andaikan dia masih ada... aku ingin memeluknya dan aku ingin menyatakan perasaan ku yang sebenarnya. Sayang... dia pergi begitu cepat