PLS 29 (Alghafar mengamuk)

29.8K 2.4K 122
                                    

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰!!!









Aksi Stella yang baru keluar dari pintu laboratorium setelah melakukan kegiatan percobaan dan penelitian ilmu kimia tiba-tiba terhenti dengan kunci yang jatuh saat lagi-lagi pergelangan tangannya keram.

"Stel! Lo gapapa?! Kenapa sakit lagi?" Ziva mendekat khawatir kala Stella mencekal tangan kanannya yang diperban dengan ringisan kecil.

"Gapapa cuman keram biasa, untung keram nya gak muncul tadi bisa brabe kalau ada bahan kimia yang jatuh," ujarnya sedikit melawak.

"Hati-hati gue khawatir tau, sini biar gue aja," diambilnya kunci yang jatuh lalu mulai mengunci rapat pintu laboratorium itu.

"Udah yuk yang lain udah nunggu di kelas, lo buat catatan bahan buat praktikum nanti kan?" imbuhnya kembali diangguki Stella.

Ziva merangkul lengan Stella untuk berjalan di Koridor, ruang laboratorium ini berada di lantai tiga tepatnya ditengah-tengah kelas duabelas jadi sepanjang jalan tak elak ada berbagai godaan yang diberikan Kakak kelas pada keduanya.

"Kok gue kasian sama Juliet ya bisa jadi dia lagi dihukum Papihnya kalau foto itu udah menyebar banget," celetuk Stella kala melewati kelas Juliet yang tidak terlihat keberadaan perempuan itu dari kaca jendelanya.

"Ngapain kasian, ini udah jadi karma dia setelah dia ngasih obat perangsang ke minuman lo, jadi orang jangan baik-baik amat Stel nanti di manfaatin," tungkas Ziva memeluk bukunya.

Stella termenung seketika, mendengar kata obat perangsang entah kenapa otaknya malah menyambungkan semua itu dengan pembicaraan dia pada Alghafar tempo hari, saat laki-laki itu bertanya balasan apa yang ingin Stella lakukan atas perbuatan Juliet dan dengan entang tanpa fikir panjang ia menjawab, ingin dia merasakan hal serupa yaitu meminum obat perangsang sepertinya yang hampir diperkaos seseorang yaitu Alghafar sendiri.

Daging bibirnya ia gigit menahan resah yang tiba-tiba melanda, apalagi berita tentang penemuan mayat itu, apa semuanya memang perbuatan Alghafar? Apa yang harus Stella lakukan untuk menghentikan perbuatan cowok itu?

"Stel, Stella woy!" tepukan itu membuat semua fikiran nya buyar, "Gue panggil dari tadi malah bengong mikirin apa si lo? Juliet lagi? Udahlah gak penting dia juga sering bully lo harusnya lo seneng."

"Gue gak mikirin dia," kilah Stella.

Sampai langkah keduanya memelan saat melihat kebawah lapangan, pertandingan Volly antar kelas duabelas tengah melawan murid dari sekolah lain dengan seru.

"Laki lo lagi main tuh, harusnya lo semangatin dia, kasih minum. Gapeka banget," ucap Ziva menyikut lengan Stella.

Alghafar nampak bermain dengan serius dibawah sinar matahari, keringat sudah membasahi jersey nya bahkan rambut wolfcut itu diikat setengah, dengan penampilannya sekarang banyak mengundang pekikan kaum hawa saat dengan lentur nya tubuh juga lengan kekar itu melompat dan memberikan smash pada lawan yang tak bisa mencegah bolanya agar tidak menyentuh tanah.

Prittt! Peluit ditiup oleh wasit menandakan penambahan point untuk tim Alghafar setelah mencetak angka tigapuluh.

Stella tanpa sadar terus memperhatikan setiap pergerakannya, setelah bermain dengan sportif kedua lawan saling memberikan tos atau hivefive yang mungkin menandakan akhirnya pertandingan.

"Mereka mainnya pas jam pelajaran kita jadi gak sempet nonton, Stel. Lo cuman diem aja gini liatin dari atas gituh? Lihat tuh murid lain aja sampe rela bolos cuman buat nonton," ucap jengah Ziva.

"Kita masih ada pelajaran tambahan, lagian dia udah dapet minum dari para fans nya," Stella berkata seperti itu setelah melihat bagaimana para perempuan di tribun segera mendekat dengan membawa botol air penyegar dahaga.

Protagonis't Little SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang