Happy reading
Sepulang sekolah Aksa kembali berjalan menuju kos nya, saat membuka pintu ia sedikit terkejut dengan keberadaan Candra yang sudah duduk manis di atas kasur kecilnya.
"om kenapa kesini? gak ada yang ngikutin kan?" Aksa mengintip jendela takut ada seseorang yang membuntuti.
"mau sampai kapan?" tak menjawab pertanyaan Aksa, Candra malah balik melempar pertanyaan membuat Aksa kembali menatapnya.
"mau sampai kapan Aksa? lihat wajahmu, luka lagi, kenapa harus kayak gini, ini sama aja kamu nyiksa diri sendiri, sebaiknya kamu pergi ke luar negeri saja agar lebih bebas daripada harus tersiksa seperti ini" ucap Candra.
"Aksa gamau repotin om, pergi keluar negeri juga gak menjamin Aksa gak bakal ketangkep, om gak lupa kan? koneksi papah dimana-mana" ucap Aksa melemparkan tas nya asal lalu duduk di samping Candra.
"terus mau sampai kapan kayak gini? om gak tega liat kamu selalu mendapat luka setiap pulang sekolah" candra menatap pipi kanan Aksa yang memar.
"sampai Aksa siap ketemu mereka, lagian ini udah biasa om, udah gak sakit lagi" ucap Aksa terkekeh di akhir kalimat.
"kapan siapnya? mereka juga udah tahu kan kamu itu cuman di hasut, dan mereka juga udah tahu dalang sebenarnya"
"enggak om, Aksa salah, semua gak akan terjadi kalau Aksa gak nurutin ucapan dia kan, Arka dan mamah gak akan celaka kalau Aksa gak kembali kesini, udah om Aksa gamau debat lagi, sebaiknya om pulang sebelum ada yang curiga om mampir ke kos kumuh gini" Aksa mengambil handuk lalu masuk ke kamar mandi.
Candra menghela nafasnya, Aksa itu sangat keras kepala seperti Nalendra, dia selalu mengambil keputusan sendiri tanpa mau menuruti sarannya dan hal itu membuat Candra heran mengapa bisa Aksa terhasut oleh Reno padahal dia bukan tipe anak yang menuruti perintah orang lain.
"om pulang, jaga dirimu baik-baik" ucap Candra sebelum pergi, tak lupa ia juga meninggal beberapa lembar uang berwarna merah di atas kasur.
Setelah kepergian Candra tak lama Aksa keluar dengan rambut basahnya "padahal yang kemarin belum abis" Aksa mengambil lembaran uang merah di atas kasur, Aksa bersyukur untuk hal ini meskipun ia harus berdandan seperti orang miskin tapi kebutuhan nya selama ini tercukupi, sangat-sangat tercukupi.
***
Disisi lain Nalendra sedang mengunjungi Reno yang sekarang sedang mendekam di penjara karna ulahnya.
"dimana kau sembunyikan putraku?"
"aku tidak menyembunyikan putramu"
"Nalendra, kenapa kau tidak menyeret nama putramu juga dalam kasus ini, putramu juga terlibat, bukankah lebih mudah jika dia menjadi buronan? polisi akan membantumu mencarinya" Reno terkekeh setelah mengucapkannya.
"tutup mulutmu sialan!, putraku tidak akan berbuat seperti ini jika tidak kau hasut"
"aku tidak akan menghasut putramu jika kau tidak memberikanku celah" Nalendra diam setelah mendengar ucapan Reno, yang dia ucapkan memang benar namun tetap saja ini semua tidak akan terjadi jika Reno tidak mendekati Aksa.
"sudah satu tahun kemungkinan Aksa sudah mati, mungkin dia bunuh diri dengan menceburkan dirinya ke tengah lautan lalu tubuhnya dimakan oleh ikan-ikan yang ada disana sehingga sampai sekarang keberadaannya tidak ditemukan"
"itu tidak mungkin, aku yakin putraku tidak akan melakukan tindakan konyol seperti itu" Nalendra mencoba tenang menghadapi Reno, ia tidak boleh terpancing, tujuannya kesini adalah untuk mencari informasi mengenai Aksa karna Nalendra yakin Reno lah yang menyembunyikan putranya dengan bantuan Erik, karna sampai saat ini pun keberadaan Erik dan anak-anaknya belum ditemukan.
"Nalendra jika tujuan mu kesini untuk mengorek informasi dariku, aku benar-benar tidak tahu keberadaan Aksa, mau sejuta kali pun bertanya jawaban nya tetap sama aku tidak tahu" Reno mulai jengah, karna hampir setiap minggu Nalendra datang untuk menanyakan hal yang sama, ayolah mana mungkin ia menyembunyikan Aksa sedangkan dirinya saja sedang di penjara dan juga mengenai Erik, Reno pun kesal dengan manusia satu itu bukannya membantu dirinya bebas dia malah melarikan diri.
Nalendra menatap Reno datar lalu beranjak dari duduknya saat sudah tidak ada lagi yang ia tanyakan, dia pergi meninggalkan Reno yang menatapnya datar "seharusnya saat itu sekalian saja aku bunuh semua keluargamu jika ujungnya seperti ini"
***
Sementara itu Aksa yang sedang rebahan diatas kasur kecilnya tiba-tiba merasa lapar akhirnya ia pun memutuskan keluar untuk mencari makanan.
"nasgor aja kali ya" gumam Aksa saat melihat penjual nasgor di pinggir jalan, ia pun berjalan mendekat gerobak penjual nasgor tersebut.
"pak nasgornya satu ya gak pake pedes" ucap Aksa pada bapak-bapak penjual nasgor.
"siap, ditunggu den"
Aksa duduk di bangku yang tersedia menunggu pesanannya tiba, ia mengalihkan pandangannya saat mendengar suara mesin motor mendekat, saat melihat Aksa sedikit terkejut melihat Arka, Revan dan Gilang yang menghentikan motornya di dekat gerobak.
"mereka masih temenan sama si ilalang setelah semua yang bokapnya lakuin sama si Aksandra" batin Aksa saat melihat keberadaan Gilang di antara Revan dan Arka.
"pak nasgor nya tiga, pedes semua" teriak Revan memesan lalu duduk di samping Aksa yang menunduk.
"eh kek kenal" ucap Revan saat melihat keberadaan Aksa.
"lo Abi kan?" tanya Revan yang hanya di jawab anggukan kepala oleh Aksa.
"santai aja kali, kita gak akan bully lo" ucap Arka saat melihat wajah tegang Abi alias Aksa.
"dia siapa?" tanya Gilang, dia tidak tahu Abi karna memang mereka tidak satu sekolah.
"murid beasiswa yang baru pindah sekitar satu tahun yang lalu" jawab Revan membuat Gilang menatap Aksa.
"pasti jadi korban bully" ucap Gilang merendahkan saat melihat penampilan lusuh Aksa.
"sialan kalo aja gue gak lagi nyamar udah gue tonjok tuh si ilalang" batin Aksa emosi.
Aksa beranjak dari duduknya lalu menghampiri penjual nasgor "pak yang saya bungkus aja", setelah pesanannya sudah di bungkus Aksa segera pergi dari sana, ia emosi melihat wajah Gilang dan takut kebablasan meninju wajahnya, semua ini terjadi karna orang itu jika saja saat itu Gilang tidak merekam percakapannya dengan Reno pasti keadaannya tidak akan seperti ini.
Setelah kepergian Aksa, Revan menatap Gilang tak suka "lo bikin dia gak nyaman"
"gue bicara fakta" ucap Gilang balas menatap Revan.
"lo emang gak bisa ya ngehargain perasaan orang lain"
"buat apa? gak ada untungnya buat gue"
"lo emang gak ada bedanya sama bokap lo, busuk"
"sialan! jangan bawa-bawa bokap gue" ucap Gilang emosi sampai menggebrak meja.
"udah-udah kenapa sih malah debat, kita kesini mau makan bukan berdebat" ucap Arka melerai sebelum semakin jauh.
•°•°•°•°•°
Jangan lupa vote 🌟🌟

KAMU SEDANG MEMBACA
Aksandra Kafeel A (end)
FantasíaAksa seorang mahasiswa biasa yang memasuki tubuh seorang Aksandra Kafeel Akhtar yang merupakan kembaran dari protagonis novel yang ia baca. Tertarik? yuk baca Murni hasil pemikiran sendiri semua gambar berasal dari pinterest Not BL Start : 14 Jan...