(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 6)
ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎
______________
Dalam novel berjudul 'kisah untuk Alghafar' karakter laki-laki itu digambarkan sebagai sosok dingin yang tak suka menebar senyum...
Hari setelah kecelakaan itu terjadi, Alethea bersyukur nyawanya masih selamat meski sekarang setelah bangun ia tidak bisa menggerakkan dahulu anggota tubuhnya, tak hanya kepala tetapi kaki jenjangnya juga mendapatkan perban karena cedera serius.
Penyanggah leher yang Thea kenakan membuatnya agak sulit untuk menolehkan kepala pada tempat tidur sang Ibu.
Fania masih tak sadarkan diri, mesin EKG di sampingnya terus menunjukkan aktifitas gerak jantung yang agak lambat dengan Nebulizer menutupi mulut dan hidungnya.
Keadaan wanita itu tak jauh berbeda bahkan Dokter mengatakan jika luka yang dialami Fania jauh lebih parah daripada dirinya.
Cairan beningnya jatuh dari sudut mata.
Tak Thea sangka Alghafar akan melakukan semua tindakan ini dengan nekat, membuat dirinya celaka dihari pertunangan mereka, ingin menyangkal tapi dirinya mendengar sendiri suara laki-laki itu yang begitu puas setelah dirinya tau sisi gelap dan kejam yang ditunjukan nya.
Semua karena cowok itu, sekarang apa yang dia perbuat sama Stella? Thea membatin dengan bibir pucat nya yang bergetar samar.
Ia menyesal tidak bisa melindungi Stella padahal dirinya sudah berbuat semaksimal mungkin guna mengambil alih perhatian Alghafar dengan segala tingkahnya, pada dasarnya Thea tau laki-laki itu menginginkan adiknya.
Tidak apa mengorbankan dirinya untuk pria itu tapi Thea lupa Alghafar adalah manusia licik.
Sebanyak apapun rencana yang Thea buat dan susun dengan rapih, Alghafar selalu memiliki lebih banyak cara untuk membalokan niatnya.
Dan sekarang laki-laki egois itu bukan hanya menghancurkan adiknya, tapi kehangatan dalam keluarganya.
Bertahan dan cepat bangun Mam, kita harus lindungin Stella.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alghafar menggila, dengan gelap mata ia mengincar kelima laki-laki yang diadukan Stella padanya.
Bugh! Suara pukulan itu di iringi pekikan semua mata yang menonton.
"Mati lo bangsat!!!"
Seakan hilang kendali akan dirinya, Alghafar masih terus menghajar wajah pria terakhir yang lari kelapangan terbuka ini dengan disaksikan banyak murid, selama itu tak ada yang berani melerai dan lebih memilih menunggu guru datang.
"Lo tau salah lo dimana? Jawab anjing bisu lo?! Asal lo tau Cewek yang lo sama temen sampah lo sentuh itu cewek gue!"
Otot tangan Alghafar mencuat kala menarik dan mencengkram kerah baju murid dibawahnya yang terkapar dengan wajah bonyok bahkan gusinya mengeluarkan darah yang mengotori kepalan tangan cowok ini.
"A--Ar sorry ... ampuni gue Ar-- gue gak bermaksud--Arghh!" matanya merem melek, menyatukan kedua tangan meminta belas kasihan.
Sampai erangan kembali di lolongkan nya kala Alghafar mencengkram rambut diatas kepalanya lalu kembali memberikan pukulan telak hingga membuatnya menyemburkan darah kesamping.