Nada Pertama : Awal cerita kita

2 0 0
                                    

Suara derap langkah kaki dan obrolan mahasiswa memenuhi koridor Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Clyra Elara Aparajita berjalan tergesa sambil sesekali melirik jam tangannya. Pukul 07.45, lima belas menit sebelum kelas Psikologi Pendidikan dimulai.

"Baru semester tiga tapi jadwalnya udah sepadat ini," gumamnya sambil mengecek jadwal di ponsel. Hari ini ada tiga mata kuliah berturut-turut: Psikologi Pendidikan, Pengembangan Kurikulum, dan Strategi Pembelajaran. Belum lagi nanti sore ada latihan rutin UKM Paduan Suara.

Saat hendak berbelok menuju gedung C, langkahnya terhenti ketika melihat mading kampus. Sebuah pamflet rekrutmen panitia pelaksana UKM Kesenian menarik perhatiannya.

"Woy Clyr!"

Clyra menoleh dan tersenyum melihat Kak Rizki, ketua UKM Paduan Suara yang sudah dikenalnya sejak semester satu.

"Eh Kak Rizki, tumben pagi-pagi udah di kampus?"

"Iya nih, ada rapat sama kajur. Eh, lagi lihat apa?" tanya Kak Rizki sambil mendekati mading.

"Ini Kak, info rekrutmen panitia UKM Kesenian. Kayaknya menarik deh."

"Lho, bukannya kamu udah sibuk banget ya di Paduan Suara?" Kak Rizki mengangkat alis. "By the way, ngomong-ngomong soal kepanitiaan..." Dia berhenti sejenak. "Kamu mau nggak jadi ketua panitia acara? Aku lihat kinerja kamu selama ini bagus, apalagi kamu udah paham banget sistem kita dari semester satu."

Clyra mengerjap kaget. "Serius Kak? Tapi apa nggak ada yang lebih senior?"

"Justru aku butuh orang yang bisa handle acara dengan fresh perspective, tapi udah paham kultur UKM kita. Kamu cocok banget." Kak Rizki tersenyum. "Gimana?"

"Boleh aku pikir-pikir dulu Kak? Soalnya aku juga lagi tertarik sama UKM Kesenian ini..."

"Sure, tapi kasih tau minggu ini ya. Oh iya, jangan lupa nanti sore latihan!"

Sepanjang hari itu, pikiran Clyra terbagi antara kuliah, formulir pendaftaran UKM Kesenian di tasnya, dan tawaran mengejutkan dari Kak Rizki. Bahkan saat mengerjakan tugas kelompok Strategi Pembelajaran pun, pikirannya masih melayang ke kemungkinan-kemungkinan yang bisa terbuka dengan kedua kesempatan ini.

Setelah menyelesaikan semua kelasnya, Clyra melangkah menuju sekretariat UKM Kesenian. Jantungnya berdebar sedikit lebih cepat. Meski sudah terbiasa dengan dunia organisasi kampus melalui UKM Paduan Suara, tetap saja ada rasa gugup saat akan mendaftar kepanitiaan di UKM baru.

Ruang sekretariat UKM Kesenian terlihat berbeda dari sekre Paduan Suara yang sudah familiar baginya. Dinding-dindingnya dipenuhi lukisan dan poster-poster pertunjukan. Di sudut ruangan, beberapa alat musik tradisional tertata rapi.

"Permisi," Clyra mengetuk pintu yang setengah terbuka.

Seorang mahasiswa dengan rambut sedikit berantakan mengangkat wajahnya dari laptop. "Oh, hai! Masuk aja," sambutnya ramah. "Ada yang bisa dibantu?"

"Mau daftar jadi panitia event pentas seni UKM Kesenian, Kak," jawab Clyra sambil melangkah masuk.

"Ah, kebetulan banget nih! Aku Rama, Ketua Umum UKM Kesenian. Kamu?"

"Clyra Elara Aparajita, biasa dipanggil Clyra. Semester tiga PGSD."

"Oh, PGSD?" Kak Rama mengangguk-angguk. "Wait... kayaknya aku pernah liat kamu deh. Kamu anak Paduan Suara kan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Yosiel : Nada yang tak terselesaikan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang