Chapter 1 : It's Been A Long Day Without You My Friend

362 15 4
                                    

I'm very welcome you to Dear Blog, my first novel. I need your voment so much to make a better story . Please Enjoy !!

_________________________________

Minggu, 1 Januari 2016

Evan's POV

Kenangan tercipta bak koin yang memiliki dua sisi berlawanan, tergantung sudut pandang kita dalam melihatnya; menyikapinya. Pahitnya kenangan adalah jalan misterius Tuhan 'tuk mengubah hamba-Nya. It could make u better or make u get worse .

Kenangan memiliki daya pikatnya tersendiri yang unik dan eksentrik. Kenangan adalah obat bagi yang sakit,lemah dan terpukul. Obat yang mampu membuat tiap insan membaik, menegar dan menguat. Sakitnya kenangan adalah cambuk kesuksesan bagi kita yang terbuka, mampu melihat sisi baik niat Tuhan yang telah mengamanatkan rasa sakit itu pada kita.

Sebaliknya, obat yang diciptakan-Nya dengan cinta kasih itu justru bisa menjadi racun, racun paling ampuh bagi mereka, sekelompok makhluk dungu yang enggan belajar,tak menerima, dan sulit bersyukur . Mereka yang terus meruntuki diri,memandang nasib, mengutuk gelap bahkan sebelum menyalakan lilin yang redup sekalipun.

Setiap insan kadang perlu sejenak tuk merenung, meruntuki nasib,menyesal dan menangis. Dia yang segera bangkit, itulah pemenangnya.
Masalahnya, bangkit dari palung keputus-asaan itu tak semudah bangkit dari sakit. Sakit secara fisik yang obatnya fakta , jelas berada. Kegelapannya amat menjerat, mencekat, menyayat.

Tak mudah menemukan cahaya penuntunmu, pemandumu tuk bebas dari jeratnya. Karena menemukan bukanlah jawaban, kita harus menciptakannya. Membuat cahaya kita sendiri tuk bebas darinya.

Kupandangi foto kami saat masih bau kencur itu. Tangan kecilku yang polos merangkul pundak gadis cantik di sebelahku tanpa nampak sorot ragu di mata. Kami melempar tawa khas bocah usia enam tahun ke kamera ayahku. Baju kami yang penuh bercak lumpur membuat apik memori itu.

Kupandangi liontin separuh hati di dadaku. Liontin yang merefleksikan hatiku yang sesungguhnya. Terlihat indah mengilat sekilas. Terlihat tegar dan kokoh di luar namun menyayat di dalam. Seindah apapun, setegar apapun, liontin dan hatiku tentunya, tetaplah hampa merindukan zat pelengkap yang kini hilang. Hati dan liontin ini tetap meneguh, memberanikan diri menatap dunia dengan kilaunya yang indah meski terseok-seok , cacat, kehilangan separuh nyawanya.

Tersirat kenangan indah yang begitu membius. Jerat indah penghalang cahaya penerimaan akan takdir yang telah ditulis-Nya.

Aku menyeringai senang. Kini kuberhenti mencari cahaya itu. Karena mencari bukanlah jawaban. Aku bangkit , membakar semangat , menyingsingkan lengan.

Cahayaku makin kokoh tercipta seiring kupandang bintang pagi terbit di ufuk timur. Membawa damai bagi sejuta umat. Kehangatannya yang nyaman membawa harap dan asa yang damai. Si pagi selalu menjadi harapan insan untuk berbenah diri , menyambut pribadi yang lebih baik.

Segera kubergegas bersih diri juga shalat subuh sebelum kuhubungi seseorang. Seorang sahabat lama, Orang yang terlibat dalam memori yang pelik ini.

Navis'POV

"Cintaaaaaaaa!!!!!"

Aku melonjak bangun sambil meneriakkan nama sahabatku itu. Mataku terbelalak dan detak jantungku masih berpacu seiring nafasku yang terengah-engah bak sehabis lari maraton ini.

Shit !!

Lagi lagi mimpi itu. Malam dimana aku dan Evan berada di rumah sakit bersama dengan Cinta, enam tahun lalu. Dimana sejak saat itu,semuanya berubah . Sejak kepergiannya,semua terasa berbeda.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear BlogTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang