Happy Reading
•••••
Seorang pemuda tampak melamun menatap jendela mobil yang terus melaju di jalanan yang penuh dengan berbagai macam kendaraan lain, memandang langit sore yang seperti biasa terlihat cantik untuknya.
Lee Heeseung, pemuda itu masih saja terdiam sejak ia masuk ke dalam mobil ini, memikirkan bagaimana hidupnya akan berlanjut setelah ini, hari ini adalah hari penting dimana ia mengucapkan janji suci bersama seseorang yang sekarang berstatus sebagai pasangannya.
Heeseung dijodohkan, dengan pria asing yang sebelumnya tak pernah ia kenal, ia hanya pernah bertemu sekali dengan seseorang yang kini sudah menjadi suaminya, itupun terjadi seminggu sebelum pernikahan mereka.
"Kita sudah sampai" Suara seseorang membuyarkan lamunannya dan Heeseung tersadar jika sekarang mobil mereka sudah sampai di depan sebuah mansion besar yang terlihat begitu megah dan mewah.
Heeseung terdiam di samping mobil menunggu suaminya yang sedang mengambil koper miliknya di bagasi, tak lama ada beberapa orang pelayanan menghampiri mereka untuk membawakan koper Heeseung.
Tubuh Heeseung berjengit kaget saat merasakan tangan dingin seseorang menggandeng tangannya, itu suaminya, Park Jongseong.
Pria berwajah dingin itu tanpa bicara apapun langsung membawa Heeseung masuk ke dalam mansionnya, dan setelah sampai di ruang tamu pegangan tangannya terlepas.
Langkah kaki Jongseong langsung menuju lift yang ada di tengah-tengah ruangan, Heeseung yang memang tak tahu harus pergi kemana akhirnya memilih untuk mengikut begitu juga dengan 3 orang pelayan yang sedang membawa koper-koper Heeseung, bedanya mereka baru menaiki lift setelah Jongseong dan Heeseung sampai, di lantai 3 Jongseong berhenti di depan sebuah pintu kamar bernuansa coklat, begitu mencolok disaat pintu lain berwarna hitam yang begitu gelap.
"Ini adalah kamarmu, dan kamar saya berada di sebelahnya, ada pintu penghubung disana jadi jika kamu butuh sesuatu langsung saja temui saya" Jelas Jongseong panjang, dan hanya Heeseung jawab dengan anggukan patuh.
Mereka tak tidur sekamar ternyata.
"Masuklah, ini kunci kamarmu" Jongseong menyerahkan sebuah kunci sebelum melangkah pergi ke kamarnya sendiri.
Heeseung segera membuka pintu kamarnya dan membiarkan para pelayan yang membawa barang-barangnya untuk masuk, tapi anehnya mereka semua hanya terdiam di depan pintu.
"Maafkan kami, tapi Tuan Jongseong melarang keras siapapun untuk masuk tanpa izinnya, maka kami hanya bisa bantu membawa sampai sini" Salah satu dari mereka yang agaknya mengerti dengan kebingungan Heeseung akhirnya buka suara, dan Heeseung tak sama sekali masalah, ia membungkukkan sedikit tubuhnya sebagai ucapan terimakasih.
"Terimakasih....." Ucapnya mencoba ramah dan segera masuk dengan barang-barangnya.
Setelah mengunci pintu Heeseung langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur dengan posisi telungkup, ia tidak penasaran sama sekali dengan kamar barunya yang terlihat begitu mewah.
Beberapa saat hanya terdiam di atas kasur bahu Heeseung perlahan mulai bergetar pelan, isakan tangis juga mulai keluar dari belah bibirnya.
"Bunda.... Hee takut...."
~~~~~
Heeseung terbangun dengan kepala yang pusing luar biasa, semalaman ia menangis dan harus bisa tertidur jam 3 pagi, sejenak Heeseung menghela napas panjang mencoba memenangkan diri, barulah beberapa saat kemudian Heeseung bangun dari posisi tidurnya menuju kamar mandi.
Langkah kaki Heeseung sekarang sudah menapak di area dapur, ia celingak-celinguk seperti mencari seseorang.
"Sudah bangun?" Suara berat seseorang mengagetkannya, dapat ia lihat Jongseong sedang duduk di sebuah meja mekan berbentuk persegi panjang yang terlihat begitu besar, mungkin cukup sampai 10 orang, tapi dia hanya sendirian disana.
"Duduk dan sarapan" Perintah Jongseong yang tak dapat Heeseung bantah, ia mendudukkan dirinya tepat di samping kanan tempat Jongseong duduk melihat ada satu piring kosong disana.
Tak lama datang seorang pelayan menyiapkan segala makanan untuk Heeseung, mulai dari mengambilkan nasi, lauk pauk, alat makan, juga selembar serbet untuknya.
Keduanya sarapan dalam keheningan, baik Jongseong maupun Heeseung sama-sama bungkam untuk kesopanan etika saat makan, tak seharusnya bicara.
Jongseong yang memang memulai sarapan duluan akhirnya selesai, ia mengelap bibirnya dengan tisu setelah minum.
"Saya harus berangkat kerja, di ponselmu sudah ada nomor ponsel saya dan jika kamu butuh sesuatu gunakan saja ini" Ucap Jongseong sambil berdiri di samping kursi Heeseung, ia mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam untuk ia serahkan pada Heeseung.
"Heeseung kamu menangis?" Jongseong bertanya saat Heeseung mendongak untuk menatapnya ia dapat melihat netra Bambi itu memerah dan sedikit bengkak.
Jongseong berdecak lalu menghela napas, apakah dia akan marah?.....
"A-aku ma-maaf....." Heeseung tak tahu harus berkata apa, hingga yang ia lakukan hanya menundukkan kepalanya tak berani menatap Jongseong.
Tak lama sebuah tangan dengan lembut mengangkat dagunya untuk sedikit mendongak, membuat Heeseung akhirnya kembali menatap Jongseong yang kali ini sedang memegang sesuatu di tangannya.
Kompresan.
"Pejamkan matamu" Ucap Jongseong yang langsung Heeseung turuti, ia memejamkan matanya dengan sangat erat, kemudian sesuatu yang dingin menyentuh kelopak matanya Heeseung yang kaget dengan suhu yang sangat dingin tiba-tiba menyentuh kulitnya dengan reflek memegang lengan Jongseong yang masih menahan dagunya.
Dingin itu berpindah-pindah, beberapa saat dimata kirinya sebelum kemudian berpindah ke yang kanan, hingga saat Jongseong melepaskan pegangannya pada dagu Heeseung membuat pemuda itu ikut melepaskan tangannya.
Jongseong meletakkan kompresan itu tepat di atas kepala Heeseung.
"Jangan sakiti dirimu, saya akan pulang secepat mungkin" Begitulah ucap Jongseong sebelum langkah kaki panjangnya membawa tubuh tegap itu menjauh dari area dapur, Heeseung diam di tempatnya menatap kepergian Jongseong dengan tatapan sulit dibaca.
Mungkin.
Mungkin pernikahan ini tak seburuk yang Heeseung kira.
Mungkin, Jongseong tidak seburuk pemikirannya.
Mungkin, mereka hanya butuh waktu untuk terbiasa.
Mungkin, saat Heeseung melihat seorang wanita di seret dengan rambutnya semalam, melewati depan kamarnya hanya sebuah halusinasi.
•••••
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐈𝐍𝐅𝐄𝐑𝐍𝐎 ft. Jayseung
Fanficstory about jayseung (on going) Jay x Heeseung "Cerita ini adalah dunia tersendiri, sebuah tempat di mana aturan dan logika dunia nyata tidak berlaku." -Wulan🌙