PLS 33 (Mimpi Thea)

37.3K 2.9K 132
                                    

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰!!!







Kesadaran Stella masih terguncang, bahkan kala Alghafar membawa tubuhnya memasuki Mansion ia hanya diam memeluk makin erat lehernya tanpa bantahan.

Setelah kejadian beberapa jam lalu Alghafar ber cosplay menjadi pahlawan kesiangan untuk membebaskan nya dari semua tuduhan tersebut, bahkan membayar uang lebih untuk para polisi seolah laki-laki itu membenarkan jika dirinya yang menjadi dalang dari kecelakaan yang terjadi pada Ren.

Semuanya juga salah dia, harusnya sejak Kakaknya kecelakaan ia tau kegilaan Alghafar sudah dimulai dari sana, bahkan ia curiga penyebab Melvan masuk rumah sakit juga karena Alghafar dan dengan naif ia begitu muda dibodohi pemeran utama ini.

"Siapkan makan malam," titah Alghafar pada semua penjaga.

Dengan membawa tubuh ringkih Stella yang masih dibalut seragam sekolah ia membawa istrinya menaiki anak tangga dengan satu tangan dan tangan lain menjinjing sepatunya diantara dua jari.

"Nona tampak tidak baik-baik saja, ada apa?" tanya Emir pada Liam yang baru masuk.

"Tuan hanya memberikannya hukuman kecil, untuk membuat Nona jera."

"Hukuman kecil?" ulang Emir bingung.

"Iya, Tuan menunjukkan sedikit taringnya dengan menjadikan Nona sebagai pelaku dari kecelakaan temannya, tapi mungkin karena itu sekarang Nona jadi pendiam setelah Tuan menjemputnya dari kantor polisi," jelas Liam menjawab kebingungan wanita setengah baya disampingnya.

Emir mengangguk paham, ia tidak mengerti apa lagi rencana yang akan Tuannya berikan jika sang Nona melanggar semua perintah dan larangannya seperti sekarang, bisa saja lebih buruk kan? Emir berharap Nona nya tidak melawan dalam hal apapun sebab luka ditangan perempuan itu saja semua maid juga harus menanggung rasa sakitnya bahkan lebih.

Padahal bukan mereka penyebabnya.

Emir berjalan pergi sembari bertepuk tangan untuk menginterupsi semua bawahan, "Saatnya bekerja!"

Memasuki kamar mereka parfum aroma musk langsung menyapa, memberikan kesan wangi yang menyegarkan, hangat, dan juga sensual yang sedikitnya bisa menenangkan gemuruh dihati Stella.

Tubuhnya didudukan diatas meja nakas, Alghafar menelusupkan tangan ke kedua sisi leher Stella, mengajak wajah itu untuk mendonggak menatapnya ditengah lampu yang remang-remang.

"Kamu paham kan sekarang? Aku bakal singkirin siapapun yang berusaha menyentuh kamu seujung kukupun," bisiknya dengan senyum simpul.

Stella terisak kecil merasakan sapuan lembut jari jempol Alghafar yang mengusap air matanya, "Tapi gak gini caranya Algha, gak harus buat nyawa mereka terancam, apa gak cukup kamu buat Keluargaku celaka?"

"Kalau gak gitu aku mungkin gabisa milikin kamu seperti sekarang, mereka cuman mau rebut kamu dari aku Aristella percayalah. Gak ada manusia yang bisa lindungin kamu seperti aku," timpalnya dengan tenang tanpa gurat kekesalan sedikitpun.

Stella baru ingin menjatuhkan perasaannya pada pria ini tapi setelah semua yang terjadi apa dia masih bisa menaruh rasanya kala ke posesifan Alghafar mulai mencekik dirinya.

"Tiga hal yang gak aku sukai dari kamu," Alghafar menaikan tiga jarinya, "Perlawanan, pemberontakan, dan umpatan. Jangan buat aku marah, atau cemburu karena selama kamu bisa patuhin semua itu gak akan ada nyawa yang melayang, paham sayang?"

Stella mengangguk sekali, senyum Alghafar kian mengembang lantas ia mengecup bibir Istrinya, "Aku suka kamu yang kaya gini, bukan jadi Aristella yang pembangkang."

Protagonis't Little Sister(Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang