𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰!!!
Jemarinya ia pilih diatas paha, memandang langit yang benar-benar menghitam tanpa cahaya bulan ataupun bintang yang bertabur diatas, dalam mobil putih itu Stella mulai dilanda resah yang berkepanjangan.
"Stel? Lo pucet banget kenapa? Ada yang lo pikirin?" Melvan bertanya sesekali melirik padanya.
Orang yang tiba-tiba menariknya pergi adalah Melvan, laki-laki ini mengatakan jika dia akan mengantar Stella bertemu Mamsky dan Kakaknya Alethea jadi ia menurut meski sebagian besar hatinya tidak mau.
"Gue takut Algha nyariin," gumamnya dengan kaki tak mau diam.
"Stel, sebentar lagi lo bakal terbebas dari Alghafar gue janji, dia cowok jahat. Bahkan dia yang jadi penyebab gue masuk RS berhari-hari, tapi syukurnya sekarang gue nemuin lo di pameran," ucap Melvan, hendak mengambil segenggam tangan Stella gadis itu buru-buru menariknya.
"Jangan sentuh, gue gamau ada korban lagi."
"Setelah ini gaakan, gue sama kedua orang tua lo lagi mikirin cara buat hentiin Alghafar dan ngelindungin lo dari kekejaman nya."
Stella menukik alisnya namun ia berfikir ucapan Melvan memang benar, meski bersikap lembut padanya namun Alghafar tetap kejam pada orang lain.
"Gue bakal bawa lo ke orang tua lo yang masih di rumah sakit, lo pasti seneng kan?" hanya anggukan cepat yang menjawab pertanyaan Melvan.
Stella alihkan tatapannya pada jendela, pemandangan jalan juga kendaraan yang menyalip tak membuat Stella tenang, sampai ia tertegun kala mendapati titik-titik air hujan mulai turun menghiasi kaca jendelanya.
Alghafar bener, hujannya mulai turun deres, batin Stella.
"Van, gimana keadaan Ren?" tanya Stella baru ingat dengan pemuda itu.
"Dia baik-baik aja dan mulai sehat lagi meski belum bisa apa-apa, udah lo gausah khawatir."
Setelah itu Stella memilih diam sepanjang perjalanan, ponselnya juga sepi bahkan nomor Alghafar sudah tak aktif sejak limabelas menit lalu, Melvan sadar akan kegelisahan Aristella.
Apa yang cowok itu lakuin sama lo Stel, benaknya bertanya-tanya.
Sejurus kemudian akhirnya mobil putih itu terparkir di halaman sebuah rumah sakit, Melvan memayungi tubuh Stella dengan jaketnya otomatis gadis itu harus memepet ke tubuhnya demi mencapai pintu gedung.
Basah sedikit tidak mempengaruhi Stella, kini mereka berjalan bersama melewati koridor dan naik ke lift lantai dua.
Namun secara tiba-tiba saja langkah Stella terhenti bahkan berpegangan pada tembok kala pusing membuat matanya mengabur, melihat itu Melvan dengan gesit merangkul tubuhnya.
"Stel, lo kenapa?!"
"G--gak, gak papa cuman pusing aja," Stella menjauhkan tubuh cowok ini dengan berusaha mengerjap-ngerjapkan pandangannya.
"Lo yakin? Kita konsul ke dokter disini--"
"Gausah Van, gue sering tiba-tiba kaya gini itu udah biasa kok, sekarang lebih baik kita segera ke kamar Kak Thea, gue kangen dia."
"Tapi--" ucapan Melvan tak di idahkan nya, Stella langsung berjalan kembali dengan normal padahal tanpa Melvan tau gadis itu merasa gambaran di sekitarnya benar-benar kabur.
Akhirnya setelah beberapa menit mereka tiba di satu kamar inap VIP, Stella buka perlahan seiring pandangannya mulai membaik kala mendapati dua wanita yang duduk di ranjang mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Protagonis't Little Sister(Ending)
General Fiction(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 6) ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ______________ Dalam novel berjudul 'kisah untuk Alghafar' karakter laki-laki itu digambarkan sebagai sosok dingin yang tak suka menebar senyum...