1. pertemuan di tenggah badai

5 2 0
                                    



Hujan deras mengguyur Verona, kota cinta yang malam ini terasa lebih dingin dan kelam daripada biasanya. Angin berteriak-teriak menerjang setiap sudut kota, seolah ikut meraung bersama dentuman petir yang menggelegar di kejauhan. Di sebuah kafe kecil bernama Caffè del Sole, tersembunyi di balik lorong-lorong sempit dan lembap di kawasan San Zeno, Isabella Rossi, seorang seniman muda berbakat, duduk sendirian. Cahaya remang-remang lampu jalan menerobos jendela kafe yang usang, menerangi wajahnya yang cantik, namun matanya dipenuhi kekhawatiran yang dalam. Rambutnya yang berwarna cokelat gelap diikat longgar, beberapa helainya jatuh membingkai wajahnya yang pucat. Di tangannya, sebuah sketsa setengah jadi menggambarkan sebuah jembatan tua yang terendam sebagian oleh air hujan yang meluap. Ia sedang menunggu seseorang, seseorang yang mungkin tak akan pernah datang, atau mungkin, seseorang yang akan mengubah hidupnya selamanya. Aroma kopi basi dan lembap tanah bercampur menjadi satu, memenuhi hidungnya. Jam di dinding kafe menunjukkan pukul 22.00, dan setiap detik terasa berdetak seperti palu di dadanya.

Isabella menggigit ujung pensilnya, matanya tertuju pada sketsa di tangannya. Garis-garis arsirannya begitu halus, menggambarkan kerinduan dan kesedihan yang teramat dalam. Ia menghela napas panjang, mencoba menenangkan debar jantungnya yang semakin tak karuan. Ia telah menunggu selama satu jam, dan kegelisahan mulai menggerogoti jiwanya. Mungkin ini semua hanya kesia-siaan. Mungkin pria itu tidak akan pernah datang.

Tiba-tiba, pintu kafe terbuka dengan keras, membiarkan angin dan hujan menerobos masuk dengan ganas. Lonceng kecil di atas pintu berdenting nyaring, menggema di ruangan yang sunyi. Seorang pria tinggi besar, dengan jas hitam yang basah kuyup dan aura yang menakutkan, masuk. Air hujan menetes dari rambutnya yang gelap dan basah, tertempel di dahinya yang tinggi dan tegas. Tatapan matanya tajam seperti elang, menusuk, seolah mampu melihat menembus jiwa. Dia adalah Alessandro Moretti, bos mafia Verona yang terkenal kejam dan tak kenal ampun. Namun, ada sesuatu yang berbeda di matanya malam ini - sesuatu yang mirip dengan keraguan, atau mungkin, kelelahan yang mendalam. Bau hujan dan sesuatu yang menyerupai parfum mahal tercium samar dari tubuhnya.

Isabella hampir tersedak melihatnya. Ia tahu siapa Alessandro, reputasinya mendahului dirinya. Kisah-kisah tentang kekejamannya telah beredar luas di Verona, membuat banyak orang gemetar ketakutan hanya dengan menyebut namanya. Tapi ada sesuatu yang membuatnya tetap duduk, tetap menatap pria itu dengan tatapan yang bercampur antara rasa takut dan rasa ingin tahu yang membingungkan. Alessandro berjalan mendekat, langkahnya tenang dan pasti, meskipun jasnya basah kuyup dan berat. Ia berhenti di meja Isabella, dan bayangannya jatuh di atas sketsa yang belum selesai itu. Hujan di luar semakin deras, seolah mengikuti detak jantung Isabella yang semakin cepat dan tak beraturan. Udara di dalam kafe terasa semakin dingin dan mencekam.

"Isabella Rossi?" suaranya berat, rendah, namun tak kasar seperti yang dibayangkan Isabella. Ada sebuah nada yang tak terduga dalam suaranya, sebuah nada yang sedikit lembut, yang membuat Isabella semakin bingung.

Isabella mengangguk, suaranya hampir tak terdengar, hanya berupa bisikan yang nyaris lenyap ditelan oleh suara hujan.

"Aku Alessandro Moretti," katanya, dan untuk pertama kalinya, Isabella melihat senyum tipis di bibirnya. Senyum yang tak mencapai matanya, yang tetap tajam dan penuh teka-teki, namun cukup untuk membuatnya terpesona, dan sekaligus semakin takut. Senyum yang terasa seperti sebuah janji, dan juga sebuah ancaman.

Malam itu, di tengah badai yang mengamuk di luar, sebuah perjanjian terjalin di antara dua insan yang berbeda dunia. Sebuah perjanjian yang tak hanya melibatkan bisnis gelap dan kekuasaan, tetapi juga hati dua insan yang terluka dan rapuh. Alessandro, yang terbiasa dengan kekerasan dan pengkhianatan, menemukan sesuatu yang tak terduga dalam kecantikan dan kepolosan Isabella. Isabella, yang selalu hidup dalam ketakutan, menemukan keberanian yang tak terduga dalam kekuatan dan perlindungan Alessandro. Namun, mereka berdua belum menyadari bahwa perjanjian ini akan membawa mereka pada perjalanan yang penuh bahaya dan penuh cinta, di antara bayangan-bayangan gelap Verona.

Bayangan di veronaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang