Lagu melantun indah dari ruang kamar bernuansa Putih milik Erka. Foto-foto berbagai gaya, suasana dan tempat menggantung dengan klip kertas diseuntai tali didinding yang berada di kanan tempat tidurnya.
"Du dudu dudu~" Erka bersenandung kecil, sesekali badannya berjoget mengikuti irama didepan cermin panjangnya. Dia meneliti pakaiannya saat ini. Lalu menjentikkan jarinya kala melihat penampilan yang ia anggap cukup rapih.
Rambutnya dikuncir kuda lalu memoleskan bedak baby kewajahnya. Tanpa make up, tanpa perhiasan. Cuma kemeja kotak-kotak dengan jeans hitam dan sepatu converse abu-abunya. Ia menyambar tas selempangnya lalu keluar kamar dan menuruni anak tangga dengan riang.
"Pelan-pelan woy!" Erka menoleh kearah ruang tamu yang terdapat seorang anak lelaki dengan duduk asoy, berasa rumah nenek, kalo kata teman-temannya dikampus.
Erka menghampiri Arzha. "Daritadi mbel?" Tanyanya sambil membuka toples berisi kacang goreng bikinan Bi Tanti, pembantu rumah tangga sekaligus Mama kedua-bagi Erka.
"Lumayan." Arzha berdiri dari duduknya lalu merapihkan kemeja garis-garis biru dongker yang tidak dikancingi berdaleman kaus berwarna abu-abu. "Udeh ganteng blom?,"
Erka mengacungkan jempolnya lalu bangkit berdiri juga. "Jalan sekarang,Zha." Lalu berjinjit dan membenarkan tataan rambut Arzha pelan-pelan. "Let's go!"
***
Rumah deketan, satu kampus, Hobby samaan dan bokap yang daridulu sahabatan membuat Arzha dan Erka udah temenan dari orok. Cuma selisih 4 bulan tuaan Arzha, mereka jadi akrab dan gak canggung.
Berbagi makanan, berbagi tempat tidur, berbagi kentut yang untungnya gak berbagi daleman. Arzha dan Erka sering dikira pacaran sama orang-orang disekitarnya. Apalagi Arzha maupun Erka seringkali bersikap sweet untuk ukuran sahabatan. Rangkul-rangkulan, pelukan sampe cium pipi atau kening dianggap biasa sama mereka. Tapi tetep aja orang yang baru liat pasti mikir mereka adalah sepasang kekasih.
"Mbel-mbel. Raina noh." Erka menoel lengan Arzha sambil memfokuskan matanya kearah seorang cewek cantik, bukan, kelewat cantik, didekat lapangan jurusan kedokteran. Seakan-akan takut cewek itu keburu ngilang.
Arzha menoleh lalu mengikuti arah pandang Erka. "Mana?,"
"Itu gembel."
"Mana sih?,"
"Tau ah rabun lu." Erka jadi capek sendiri ngomong sama Arzha.
Mata Arzha melebar. "Oh iya,mbel. Gue liat. Dih tambah cantik aje ye."
Dan kenyataannya, opini mereka semua salah. Arzha jatuh cinta sama Raina Derina Putri. Seniornya sendiri. Raina cantik, baik, hatinya lembut dan orangnya kalem. Kalo kata Arzha, Raina itu keibu-ibuan. Tapi kata Erka, Reina itu kaya ibu-ibu. Abaikan. Pendapat mereka memang sering berbeda.
"Liat? Gue kira matalu udeh katarak. HAHAH-Aduh! Sakit nyet!" Erka tertawa jahat dan langsung dihadiahi oleh jitakkan sadis dari Arzha.
"Cantik banget sumpah."
"Gue paham kali. Udah beribu kali lo bilang gitu, Zha!" Erka tersenyum melihat Arzha yang menyukai Raina tanpa berani ngedeketin apalagi nembak.
"Raina emang pantes dipuji, mbel."
"Cantikkan mana sama gue, Zha?," Erka tersenyum iseng. Arzha menoleh dan melihati Erka dengan tatapan pura-pura jijik.
"Udah tau jawabannya buat apa nanya? Masa tikus dibandingin sama Kelinci?," Arzha langsung ketawa ngakak melihat tatapan gak terima dari Erka.
"MAKSUDNYA GUE TIKUS GITU?!"
****
Erka mengetuk-ngetukkan kakinya di aspal sambil memainkan game dihandphonenya. Kadang dia bergerak sendiri ke kanan, ke kiri. Atau kadang dia mendesah kecewa kalau tokoh game dia mati/kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ladies and Gentleman
Teen Fiction"Cinta sejati akan kembali sendiri, dan tanpa kamu sadari, perlahan-lahan kehadirannya sudah menjadi hal mutlak dihidup kamu."