Erka menatap kedua bola mata milik Arzha dengan berkaca-kaca. Orang-orang mengelilingi mereka masih ditempatnya, Reina sesegukan dibalik punggung Arzha.
"Maksud lo apaan si Er?," Arzha berjalan satu langkah kedepan Erka. Hatinya berontak melihat Erka berkaca-kaca. Erka tipe cewek yang jarang banget nangis, apalagi kalo masalah ribut sama anak cewek.
Erka mundur satu langkah. "Gaada. Ayo Na, kita ada kelas." Balas Erka lalu berhenti menatap tajam sekilas kearah Raina. Saat ingin kembali berjalan, ia menatap orang-orang yang mengerubunginya. "LIAT APAAN SI LO PADA?! CABUT!"
**
Arzha'sGue menatap punggung Erka yang baru saja berlalu dari hadapan gue diikuti Nana. Ia langsung merangkul Nana dan bercengkrama kaya biasa. Kaya gak ada yang terjadi. Padahal dia udah hampir nangis.. dan gue bingung karna apa.
Pertanyaan memenuhi isi kepala gue. Terutama 'kenapa isi BBM itu kesebar? '
"Lo Arzha ya? Yang kemarin nginvite gue kan?," sebuah suara lemah menghentikan lamunan gue.
"Eh? Iya." Itu Raina. Tapi anehnya gue gak begitu senang didekat dia dan pikiran gue masih tertuju pada cewek sekuat Erka.
"Makasih ya." Raina bersuara kembali. Orang-orang udah bubar sejak bentakan Erka tadi. "Gue heran orang sebaik kamu mau temenan sama Erka.."
Gue cuma senyum kikuk. "Biasa aja..." gue menggaruk tengkuk gue. "Eh iya. Duduk yuk.."
Raina mengangguk lalu gue berjalan menuju bangku di taman sebrang dengan pandangan kearah Erka yang jauh disana sambil tertawa bersama Nana.
Erka kuat. Gue tau itu.
***
"Nih." Gue menyodorkan sebotol kaleng minuman dingin kearah Raina yang lagi duduk dengan jari saling meremas.
Dia tersenyum cantik. "Thanks Arzha." Gue cuma mengangguk lalu duduk didekatnya.
"Gue baru tau lo bisa marah kaya tadi. Gue denger elo itu kalem kan. Bener nggak sih?"
Dia menghela nafas. "Aku gak terima lah. Siapa juga yang terima kalo dikatain kaya gitu. Bagi dia itu kataan biasa tapi bagi aku?"
"Jangan didengerin. Dia kadang kaya gitu. Sebenernya dia baik ko, dia itu--"
"Stop." Raina menghentikan ucapan gue. "Aku lagi gamau denger pembelaan apapun tentang dia."
"Lagian, elo bisa tau BBM itu dari siapa sih?,"
"Aku dapet dari--"
"RAINA!" Mendengar suara teriakan itu, gue dan Raina sama-sama menoleh ke sumber suara. Muncullah Rizky, cowok yang dari zaman Ospek naksir sama Raina.
"Lo gak papa?," tanyanya pada Raina. Raina cuma mengangguk. "Sialan emang tuh cewek. Yaampun, lo sampe lepas kendali gitu.."
"Emm.. kalo gitu gue cabut dulu deh." Gue berdiri dari duduk gue.
"Kemana?,"
"Nyusul Erka."
Raina memutar bola matanya. "Yaudah."
****
Author's
Erka merapihkan kuncirannya sambil menatap pantulan wajahnya di cermin kamar mandi. Dia menghela nafas berat.
"Na, Erka ada didalem gak sih?!" Erka sibuk mendengarkan pertanyaan-pertanyaan menuntut dari Arzha di luar kamar mandi wanita. Sesuai perintah, Nana yang nungguin dipintu cuma diem kaya bocah gagu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ladies and Gentleman
Teen Fiction"Cinta sejati akan kembali sendiri, dan tanpa kamu sadari, perlahan-lahan kehadirannya sudah menjadi hal mutlak dihidup kamu."