Secret Admirer

3.6K 246 47
                                    

{One shot}

Ini kisahku yang selalu mengaguminya diam-diam.

Geri Fardhan, laki-laki dengan perawakan tinggi, rambutnya yang hitam legam, hidungnya yang mancung, serta rahangnya yang tegas itu, telah mampu membuatku jatuh hati.

Dia adalah laki-laki yang digilai banyak kaum hawa di sekolahku. Setiap minggunya, pasti gadis di sampingnya selalu berganti-ganti. Dari yang berambut hitam, sampai yang berambut pirang, pernah ia pacari.

Aku tau semua detil tentang dirinya. Aku tau kalau dia selalu ke lapangan futsal tiap istirahat. Aku juga tau kalau dia suka sekali membeli mi goreng di kantin sekolahku dengan telur setengah matang dan ekstra bawang goreng. Aku bahkan tau, bagaimana posisinya setiap tidur--jangan tanya aku tau darimana, karena itu rahasia--

Tanpa aku sadari, aku selalu mengamatinya diam-diam dari jauh. Setiap dia melakukan pergerakan, mataku tak pernah terlepas darinya. Kadang, ia menyadari tatapanku, tapi ia seperti tak acuh dan langsung memalingkan wajahnya.

Sebegitu buruknya kah aku? Ya ... aku tau, kalau aku hanya sekedar kutu buku dengan kacamata berlensa tebal yang bertengger di hidungnya, serta kepangan yang selalu mengikat rambutku.

Tak satupun ada orang yang mau dekat-dekat denganku. Oh, tunggu. Aku hampir melupakannya. Aku sebenarnya mempunyai seorang sahabat laki-laki. Pasti kalian membayangkan kalau sahabatku itu tidak beda jauh denganku 'kan? Pasti kalian mengira kalau sahabatku itu kutu buku juga sepertiku?

Sayangnya, tebakan kalian salah. Ardya--sahabatku--bukan kutu buku layaknya aku. Secara penampilan, Ardya sudah bisa dikatagorikan sebagai laki-laki yang cukup tampan. Tubuhnya yang tegap dan tinggi, alisnya yang tebal, hidungnya yang mancung, serta senyumannya yang katanya bisa melelehkan hati perempuan itu menjadi poin plus baginya.

Kalian pasti bingung, kenapa laki-laki seperti Ardya, yang tentunya bisa mendapatkan teman yang jauh lebih baik dariku, mau-maunya berteman, atau bisa dibilang bersahabat denganku.

Semuanya dimulai saat aku baru menginjakkan kakiku ke sekolah ini. Murid-murid di sekolahku selalu menganggapku sebagai bahan bully mereka. Hampir setiap hari, mereka selalu menggangguku. Dari merebut kacamataku, sampai mengunciku di kamar mandi pernah mereka lakukan.

Sampai akhirnya, saat itu datang seorang Ardyansyah. Dia menghampiriku yang tengah ditindas oleh sebuah geng perempuan seangkatanku, dan dengan lantangnya membelaku di depan mereka semua. Sejak saat itu, seorang Ardya menawarkan diri menjadi temanku. Dan dialah teman pertama dan satu-satunyaku di sekolah ini sampai sekarang.

"Kei, kamu kenapa? Kok bengong?" tanya Ardya yang duduk di sampingku.

Aku mulai memalingkan wajahku dari sosok laki-laki yang sedang bermain futsal di lapangan dan menatap kedua bola mata Ardya. "Eh? Gak kok." Aku mengulas senyum tipis.

Ardya melihat ke arah lapangan futsal lalu mendecak. "Geri lagi?"

Aku menggigit bibit bawahku. "Hm ... iya."

"Kei ...." Ardya menghembuskan napasnya berat. "Sampe kapan kamu mau ngamatin dia diem-diem gitu? Kamu tau? Itu buang-buang waktu. Dia gak bakal pernah ngeliat kamu. Buat apa kamu merhatiin orang, yang bahkan gak merhatiin kamu, atau lebih parah lagi, gak kenal sama kamu."

Aku menunduk, tak berani menatap Ardya. "Aku gak tau, Ar."

Bisa kudengar Ardya menarik napas dalam-dalam. "Kei, dengerin aku. Kalo kamu emang mau dia ngeliat kamu, kamu gak bisa gini-gini terus. Kamu harus ... berubah."

Perlahan aku mendongakkan kepalaku. "Berubah gimana?"

Ardya tersenyum miring padaku. "Pulang sekolah kamu ikut aku."

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang