Kedua kelopak mata Belle berkedip, coba menerima cahaya yang masuk ke dalam indra penglihatan. Menyesuaikan diri sebelum menatap balkon kamar yang amat sangat familiar. Bibir gadis cantik itu tersenyum, dia kembali.
"Mimpi yang indah princess?"
Suara itu? Suara yang selalu memenuhi setiap harinya. Belle beranjak menatap sosok yang tengah duduk di sopa dekat jendela.
Wanita yang masih terlihat cantik di usia nya yang sudah tak muda.
"Mama!"
"Bangunkan Luke, seperti nya kalian berdua marathon drama lagi sampai adik mu itu tidur seperti orang mati."
Omel wanita itu, sontak Belle pun tertawa. Wanita itu tidak jauh berbeda dengan Mommy nya, ya meskipun di hati Belle mom Hiyyih tetaplah yang terbaik.
"Ne eomma ujieku yang cantik ini bisa menunggu di luar saja nee, biar aku saja yang bangunkan Luke dan dedek-dedek kembar."
Ujar Belle sembari memeluk Yunjin. Sontak sang empu pun hanya tertawa gemas akan tingkahnya.
"Okey kalau begitu mama tunggu di bawa ya?"
"Siap ratu!"
Yunjin tertawa sebelum meninggal kamar Belle. Gadis itupun segera membangun adik-adik nya. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Di bawa terik matahari yang tak terlalu panas ada Luke yang memayungi sang kakak. Keduanya kompak berdiri di hadapan dua kuburan. Masing-masing dari kuburan itu terdapat bingkai foto dua orang tersenyum. Dua sosok yang begitu mirip dengan Belle dan Luke.
"Terima kasih atas semuanya Daddy Mommy,"ujar Belle dengan air mata mulai berlinang.
"Kalian adalah yang terbaik, jangan pernah merasa bersalah, beristirahatlah dengan tenang di sana, papa Jay dan mama Yunjin merawat kami dengan sangat baik."
Belle menyentuh dadanya,"kenangan itu akan selalu tersimpan di sini, selamanya."
Luke yang menunduk juga ikut memegang dadanya,"dad tidak perlu khawatir, aku berjanji akan menepati janjiku untuk selalu melindungi nuna, Luke harap Daddy dan Mommy bisa tenang di sana."
Belle bangkit memeluk sang adik. Dia tahu Luke tidak sekuat itu. Dalam tangis Belle tersenyum, rasanya baru saja kemarin mimpi indah itu terjadi. Tidak, dia tidak pernah menyesal sudah kembali ke masa lalu. Meskipun itu akan membawa luka, tetapi rasa rindu itu setidaknya terobati.
Dalam hati Belle mengucapkan beribu syukur. Di antara manusia mereka salah satunya yang bisa merasakan keajaiban dunia.
Tidak jauh dari posisi dua remaja itu ada Jay dan Yunjin berdiri mengawasi. Untuk hari peringatan yang kesekian kali, mereka mengunjungi makam sang sahabat. Jay tidak bisa menyembunyikan emosi. Apapun tentang Jake selalu akan membawa kenangan pilu baginya.
"Sayang sudahlah jangan sampai mereka melihat mu seperti ini,"ujar Yunjin mencoba menenangkan sang suami. Jay pun segera menghapus air matanya dengan sapu tangan.
Beberapa tahun yang lalu setelah kepergian Jake dan Bahiyyih, Jay sampai mengambil jalur hukum demi mendapat hak asuh Belle dan Luke. Dia tahu, dia tak punya hak di banding saudara sepasang suami-isteri itu. Tetapi tak ada yang tahu bahwa bagi Jay sosok Jake dan Bahiyyih sudah seperti adik kandung nya sendiri.
Dua orang itu, meski selalu membuat emosi sewaktu hidup nya tetapi rasa sayang Jay pada mereka tak ada yang mem bandingi.
Jika menempuh jalur hukum tentu tidak akan menang. Tetapi baik dari pihak Jake maupun Bahiyyih menyelesaikan semua dengan cara kekeluargaan. Melihat bahwa Jay memiliki ketulusan hati, maka Belle dan Luke di serahkan kepadanya.
Bagi Jay, Belle dan Luke adalah hadiah terakhir dan yang paling terbaik dari Jake dan Bahiyyih. Juga sebagai obat penenang ketika dia merindukan keduanya.
"Kids ayo pulang, hari semakin terik."
Belle dan Luke menoleh. Keduanya tersenyum dengan wajah sembab. Berlari ke arah Jay sebelum menubruk nya dengan sebuah pelukan.
"Papa terima kasih,"ujar Belle di sela segukan. Jay tak banyak bicara dan hanya memeluk keduanya. Takut jika dia bersuara maka tangisnya ikut pecah.
"Tidak apa-apa, Belle dan Luke akan selalu jadi anak papa Jay dan mama Yunjin,"itu suara Yunjin. Lalu saling melempar senyum dengan sang suami.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Biarlah semua berlalu karena jika itu takdir maka tidak ada yang bisa merubah nya.
Begitu pun dengan keputusan Belle yang memilih sang ayah sebagai satu-satunya orang di masa lalu yang akan mengingat memori. Alasan nya karena dia tak ingin lebih memperburuk semua nya. Dia tidak ingin mempersulit hubungan sang ayah dan sang ibu.
Lagi pula dengan siapa pun yang akan ingat tidak ada pengaruh nya sama sekali dengan masa depan. Takdir yang sama akan tetap berjalan. Hanya saja hal kecil di sekitar nya akan sedikit di perbaiki.
Ya seperti itulah...
THE END.
Buat yg gk terima ending nya sorry ya guys karena ini udah ke konsep dari pertama aku buat jadi susah buat di ubah, peace✌🏻
Sekalipun udah end tapi tetap jangan lupa Vote ya guys! See you in my another FF ❤️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.