Aku Seijuro Akeshi 16 tahun bersama adikku Matsuoka Rin 14 tahun. kami merupakan saudara yang sangat akrab. Aku dan adikku setiap hari selalu bersama mengumpulkan ikan di sungai untuk makanan keluarga kami. ibu dan ayahku menjadi tukang kayu, mereka berdua bekerja sangat giat untuk kami.
Tetapi dibalik senyuman kami atas kebahagian. kami berada di tempat dimana satu-satunya desa yang tidak terkena serangan darknes.
"kakak, Kita sudah lama di desa ini, kita berlindung dan mencari bantuan tapi kak.... apakah kita bisa untuk kembali hidup untuk seluruh bumi ini dengan damai seperti dulu?". Ucap adikku.
"Tenang saja Rin... aku yakin pemerintah sudah mengirimkan banyak pasukan untuk membunuh semua darknes tersebut". Ucapku dengan tersenyum.
setelah itu kami pergi dan secara tidak sengaja kami melewati rumah kepala desa. Ternyata apa yang kami lihat ini merupakan kehancuran. adikku berusaha menenangkan dirinya. Apapun yang aku lihat sekarang ini, tidak mungkin terjadi. Tepat didepan kami, kami melihat prajurit yang dikirim pemerintah untuk melawan darknes. Tetapi sayangnya...... Tidak ada satupun dari mereka yang selamat.
"Kakak......a...akku....aku takut kak.....". adikku memegang erat tanganku sambil menangis.
"jangan melihat.... tutup saja matamu." AKu berusaha menutup mata Rin, walaupun dia tetap menangis.
Desa scarlet, desa kami dilindungi oleh pelindung dari sihir. pelindung tersebut membuat para darknes tidak bisa memasuki desa kami. Satu satunya cara untuk darknes masuk adalah menghancurkan penghalang ini.
Di saat perjalanan pulang kami masih memiliki rasa trauma karena melihat semua pasukan pemerintah telah mati setelah bertarung melawan darknes. Semua orang penting tinggal di istana kerajaan yang bernama Obilivion. Istana itu tidak memiliki sihir pelindung, tetapi mereka mempunyai pasukan elit yang dengan mudah membunuh para darknes.
Waktu tepat sore hari, kamipun hampir sampai dirumah. secara tiba-tiba kami tidak tahu apa yang terjadi, tetapi kami mendengar suara menjerit dari desa. Kami langsung berlari kembali ke rumah kami di pegunungan. Setelah sampai dirumah ayah dan ibuku langsung menyuruh kami masuk dan bersembunyi. Aku melihat teleskop di rumahku dan akupun kaget, aku tidak mempercayai hal ini terjadi. Apa yang sebenarnya terjadi ?
"apa yang terjadi saat ini?" aku berteriak.
"akeshi cepat kemari, cepat!!! Jangan melihat hal tersebut" ayahku berteriak membujukku agar mengikutinya.
Aku tidak memperdulikan kata ayahku, aku tetap saja melihat kejadian yang sangat mengerikan ini. Pelindung sihir kami telah dihancurkan, semua darknes masuk ke dalam desa dan membunuh semuanya. Aku tetap melihat kejadian sekitar tembok. Dari pengelihatanku aku melihat seseorang membawa pedang dan berjubah hitam berjalan masuk dan membunuh semua orang.
"kenapa.....kenapa semua orang dibunuh........ apa salah mereka semua!!"
"kakak.... apa yang terjadi di luar sana?" adikku bertanya.
"Rin.... desa kita telah diserang. kita harus segera kabur atau bersembunyi, kalau tidak kita akan mati!!" aku berteriak dengan keras.
Sayangnya kami terlambat. salah satu darknes menghancurkan rumah kami. Aku dan Rin melihat dengan mata kami sendiri....... kematian dari ayah dan ibu kami. Akupun berusaha mengambil pisau yang terjatuh dan mengarahkan pisau itu kepada darknes itu. Tetapi sayangnya orang yang kulihat di teleskop muncul persis di depanku.
"WahWahWah..ternyata kalian berdua masih hidup ya" si orang aneh itu mengarahkan pedangnya kepadaku.
"Apa yang kau lakukan? kenapa engkau menghancurkan desa ini? dan bagaimana bisa engkau menghancurkan tembok ini?" aku bertanya kepada orang aneh itu, tetapi ia bersenyum dan berkata
"Namaku adalah Rentaro Kisanagi, panggil saja dengan Kisanagi."
"kisanagi..... Tidak mungkin.... engkau adalah..... salah satu dari 7 dewa kematian atau orang orang yang menciptakan darknes." Tatapan mataku kepadanya sangat tajam. Ekspresi wajah marah bercampur takutku langsung dilihatnya. Dia hanya tersenyum, dia seperti melihat sesuatu yang baru di dalam diriku.
"Siapa namamu?" dia bertanya kepadaku.
"seijuro akeshi.... panggil saja akeshi...." walaupun nada berbicaraku seperti orang yang ketakutan tetapi ia kembali bertanya.
"Akeshi...." sejenak setelah aku mendengar ia memanggil namaku aku merasa sangat ketakutan. Aku merasakan rasa-rasa kematian,pembunuhan,dan haus darah didalamnya.
"Akeshi, apa yang kau sembunyikan di dalam meja itu?" dia menanyakan sesuatu kepadaku.
"Menyembunyikan? apa yang aku sembunyikan?" aku pun kembali menanyakan pertanyaan kepadanya.
"Di dalam meja itu. aku merasakan jiwa seorang wanita, dia sepertinya sedang menangis sekarang ini. Lebih baik kau beri tahu aku atau aku akan membunuhmu!" matanya seperti sedang serius. Tangannya seperti sedang bersiap mengambil pedang dan memotong kepalaku.
"apa...apa.... apa yang kusembunyikan...?" aku berbicara dalam hati memikirkan apa yang terjadi.
"Rinnnnnn, sial aku harus menyembunyikannya tetapi bila aku menyembunyikannya aku akan mati." aku masih berbicara dalam hati dan berpikir apa yang harus dilakukan.
"Baiklah, aku akan memberitahumu yang ada di dalam meja itu adalah....."
"Tidakkkkkkkkkkk" Rin memukul dewa kematian itu dengan balok kayu.
"cihh, Dasar kalian bocah nakal. Aku sudah berusaha membuat kebaikan tetapi kalian membuatku melakukan hal ini!!!" Ekspresinya sangat marah. Raut wajahnya terlihat jelas, dia mulai memegang pedangnya dan berisap siap membunuh kita.
Aku dan adikku langsung berlari. Kami tidak tahu kenapa tetapi kami sudah sampai di dekat desa tetapi orang tersebut tidak mengejar kita. Tidak hanya itu kita telah melewati banyak darknes tanpa terbunuh. aoa yang sedang terjadi?
"kakak........" Rin mulai berbicara sesuatu
"kakak, tidak ada jalan kabur dari orang itu."
"Apa!! tidak, kita pasti bisa hidup dan pergi dari sini." aku berteriak untuk membuat bahwa perkataan Rin salah.
"Tidak, sebenarnya dia telah membuat jalur. sehingga setelah kita selesai keluar, dia telah menciptakan jebakan untuk kita."
Hatiku tiba tiba merasa aneh. Rasa ketakutan yang tidak pernah aku alami. Rasa takut akan kematian ini. Bahkan rasa kematian dari semua orang seperti berkumpul di dalam hatiku.
Tiba tiba saja........
"Kakak.............." Rin berteriak ketakutan. apa yang terjadi adalah aku telah ditusuk pedang tepat di jantungku.
Dewa kematian itu ternyata telah membunuhku. aku hanya bisa melihat tangisan dan kesedihan dari adikku. Apa yang harus ku lakukan? apakah aku memang ditakdirkan mati? atau aku memang lemah.
Dewa kematian sudah pergi. Entah mengapa ia meninggalkan adikku bersama jasadku.
Apa yang sedang ia Rencanakan?
Bersambung Di chapter 2: Monster Di diriku
KAMU SEDANG MEMBACA
ALONE IN THE DARK
FantasyKakak beradik yang tersesat di dunia kegelapan. kegelapan telah menutupi hati mereka. apakah mereka sanggup untuk menghancurkan kegelapan?