Jacob’s POV
Lagi-lagi kumencoba untuk tidur tapi tetap saja selalu gagal. Setiap kali kupejamkan mataku, bayangan wajahnya mengisi seluruh pikiranku. Aku mencoba untuk menjernihkan pikiranku dan menghirup nafas panjang. Tapi ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokanku. Aku sulit bernafas. Aku sulit sekali bernafas di kala hati ini terbelah menjadi dua. Kini tak ada tanda kehidupan dalam jiwaku. Tak ada hembusan nafas, tak ada detak jantung, tak ada aliran darah, tak ada keindahan, tanpa dirinya. Mungkin ini adalah kesalahanku. Ya, ini memang kesalahanku. Aku sungguh bodoh. Anjing yang bodoh.
--Flash back--
Hari ini adalah ulang tahun Nessie yang ke-7. Pertumbuhannya mulai melambat tapi kini dia terlihat seperti gadis berumur 17 tahun. Selama bertahun-tahun aku dan Nessie tumbuh sangat dekat. Bahkan kita sulit untuk dipisahkan.
Nampaknya Edward kurang senang tentang pertumbuhan Nessie. Mungkin itu karena aku. Edward pasti mendengar pikiran-pikiranku terhadap Nessie. Tapi Edward tak akan bisa melakukan apapun karena dia tahu bahwa aku sudah meng-imprintnya. Dengan kata lain, suatu saat pasti aku akan hidup bersama Nessie. Tapi itu tergantung pada Nessie. Dan aku berharap Nessie menyukaiku juga.
Pestanya berlangsung sangat spektakuler. Tentunya Alice sudah menyiapkan segalanya dengan baik. Bahkan dia menyiapkan pakaian khusus untukku. Bisa kau bayangkan seorang werewolf mengenakan tuksedo? Aku jamin Alice pasti akan mengamuk jika aku merobeknya saat berubah nanti.
Nessie terlihat sangat cantik sekali. Dia mengenakan dress merah muda tanpa lengan berbahan chiffon dngan motif bunga-bunga dengan tali dibagian pinggang dan dilapisi dengan satin yang manis. Aku tak bisa berhenti memandangnya. Dia sungguh mengalihkan duniaku.
Dia akhir acara, aku memberikan hadiahku padanya. Sebuah gelang dengan bandul srigala buatan tanganku sendiri. Gelang yang sama kuberikan kepada Bella saat ulang tahunnya yang ke-17. Tapi dengan corak yang agak berbeda.
Keesokan harinya setelah aku selesai berpatroli, aku memutuskan untuk menjemput Nessie di sekolahnya. Aku menunggunya di parkiran sambil bersandar di Volvo milik Edward. Setiap kali aku ingin bertemu dengannya, entah mengapa aku semakin ingin meluangkan waktuku untuknya. Senyumku merekah ketika aku melihat Nessie keluar dari pintu besar itu. Namun sejurus kemudian senyumku memudar ketika kumelihat bahwa Nessie bersama seorang laki-laki. Laki-laki itu merangkulnya. Mereka berbincang-bincang dengan semangat. Aku bisa mendengar pembicaraan mereka dari jarak sejauh ini. Laki-laki itu mengajak Nessie pergi berkencan. Sial! Dan Nessie pun menyetujuinya. Si anak itu tersenyum puas lalu pergi dengan melambaikan tangannya. Nessie pun tersenyum kepadaku lalu berjalan menghampiriku.
“Bukankah dia manis sekali?” tanyanya tak menghiraukan perasaanku yang membara ini. Aku hanya diam berpaling darinya.
“Ada apa Jakey?” dia menatapku aneh.
“Tak ada.” Semburku, dan aku sangat menyesal telah menggunakan nada itu. Tapi aku terlalu marah untuk meminta maaf. Dia meringis lalu masuk ke dalam mobil.
Ketika sampai di rumah, Nessie langsung berlari masuk ke dalam. Aku pun mengikutinya dari belakang. Aku melihat Edward sedang duduk santai di kursi. Dia harus mendengar pikiranku sekarang.
“Aku tidak ingin dia berkencan juga.” Kata Edward pelan. Aku hanya mengangguk. “Kau harus melepaskannya. Dia butuh masa remaja normalnya.. hingga kau memberitahunya bahwa kau telah meng-imprint nya.”