Welcome To The Club

257 23 30
                                    

"Hai Devan! Kenalin nama gue Vanya. Nanti pas pulang mau gak gue traktir bakso di depan? Enak banget loh!"

"Halo Van! Kalo nama gue Izzi. Betah-betah ya di sini!"

"Oi anak baru, gue Reina. Salam kenal, yo!"

Gerombolan anak cewek mulai mendatangi meja si anak baru, satu demi satu dengan wajah yang berbinar, mirip orang-orang yang sedang mengantri buat mengambil sembako.

Bedanya, mereka semua bukan ingin dapat sembako, tapi ingin dapat bersentuhan tangan plus melihat senyuman Devan. Bak penggemar yang sedang fan meeting dengan idolanya.

Jam istirahat kedua ini memang dimaanfatkan mereka untuk modus-modus sedikit terhadap cowok berkulit sawo matang itu.

Devan sendiri tentu sangat senang dikelilingi banyak cewek, apalagi yang cantik-cantik kayak gini. Baru hari pertama, Ia sudah merasa seperti idola para remaja.

Lebih tepatnya, idola sejuta umat.

Maklum, cowok ini memang kelewat percaya diri sejak kecil. Tapi penampilan fisiknya memang sangat perfect sih.

Lekuk wajah yang sempurna dengan rahang tajam, bibir tipis, hidung mancung serta iris matanya yang hitam pekat membuat siapa saja bisa jatuh hati kepadanya.

Tapi siapa sangka di balik kesempurnaan fisiknya itu terdapat otak yang bodoh dalam semua pelajaran? Yah, walaupun ada pengecualian untuk pelajaran Bahasa Sunda yang sialnya tidak masuk ke dalam mata pelajaran di sekolah-sekolah Jakarta.

Pantas saja karena sifat percaya dirinya, Ia langsung membalas mereka semua dengan jabatan tangan dan senyuman lebar yang terkadang diselipi sebuah wink.

Oh, tapi itu semua nggak berlangsung lama, sampai ada bunyi gebrakan meja yang cukup membuat mereka--termasuk Devan terkejut.

"Woi, lo semua bisa diem gak sih? Dasar ganjen."

Suara yang ternyata berasal dari orang di sebelah Devan membuat beberapa anak cewek yang belum 'kebagian' jabatan tangan dari Devan langsung ciut.

Ambyar semuanya.

Vanya menautkan kedua alisnya. "Emang lo siapanya dia, sih? Iri lo?"

Nah, Vanya yang bernama lengkap Divanya Alyssa Putri ini merupakan salah satu queen bee di Sekolah mereka. Kerjaannya? Gonta-ganti pacar terus. Yah, bisa didefinisikan sebagai cewek hedon yang kalau ke Sekolah harus dandan terlebih dahulu.

Walaupun Vanya masih kelas 10, hal ini nggak membuat cewek yang katanya dari SMP sudah doyan nyari masalah ini kehilangan keberaniannya. Selesai MOS aja, langsung memakai rok yang ngatung.

Wajar kalau banyak kakak kelas yang sering melabraknya. Alih-alih tobat, semester genap malah mengecat rambut bergelombangnya yang dulu berwarna hitam menjadi coklat hazelnut.

Olivia tersenyum kecil. "Pertama, yang pasti gue bukan siapa-siapanya dia. Kedua, ngapain gue iri sama cewek murahan kayak lo?"

Menghindari perdebatan yang mungkin akan lebih memanas, membuat Olivia langsung pergi meninggalkan Vanya yang tatapannya sudah berapi-api kala mendengar kata 'murahan'.

"Sialan lo!" pekik Vanya dengan suara cemprengnya sambil menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal.

Devan yang memang kadar polos dan begonya hampir sama malah langsung memasang muka cengoknya, bingung menghadapi situasi seperti ini.

Olivia tuh spesies cewek yang kayak gimana, dah? tanya Devan dalam hatinya.

"Udah biarin aja, Van. Itu cewek emang suka seenak jidatnya sendiri." ujar Vanya yang sedang menuliskan sesuatu di halaman belakang buku tulis cowok tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Olive YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang