Sebenarnya kalau diingat-ingat lagi, perlakuan pangeran terhadap Garda terlalu berlebihan. Namun kali ini Garda tahu siapa pemilik hatinya. Ramja juga berkali-kali mengatakan rasa cemburunya. Kali ini dia menolak kehadiran Sulastri di hidupnya. Garda tersenyum geli saat melihat Ramja yang terkadang berkedip genit ke arahnya, atau saat Ramja memeluknya dalam tidur, mengecup bagian sensitif tubuh Garda, dan mengatakan betapa Ramja mencintainya. Sejak malam itu, keduanya saling berbagi cinta. Memang, masih ada pertengkaran di antara mereka. Seperti pagi ini...
"Kamu masih mau menemui pangeran?" Ramja berdecih kesal. Garda menoleh ke arahnya.
"Sebenernya aku juga sudah ndak nyaman, akhir-akhir ini banyak teman kita yang anggap aku sengaja menjilat pangeran..." Garda mendesah. Ramja mengacak gemas kepala Garda.
"Aku ndak suka kamu lama-lama sama pangeran..."
"Aku kan ndak macem-macem sama pangeran... Kami berdua sama-sama laki-laki!"
"Kita berdua juga laki-laki! Auw...!" Ramja mengaduh kesakitan saat Garda mencubit pinggangnya kesal.
"Lalu kamu bagaimana sama si Sulastri itu?"
"Lah, ya sudah ndak ada apa-apa! Dia minta kepastian dariku, ya aku bilang kalau aku sudah suka sama orang lain... Sekarang giliran kamu yang bilang begitu sama pangeran!" wajah Ramja cemberut. Garda terkekeh.
"Ha? Mana mungkin aku ngomong begitu sama pangeran? Beliau ndak tanya apa-apa soal ini! Ingat, kita bukan laki-laki dan perempuan, Ram! Sulit untuk mengangkat masalah ini ke permukaan..."
"Tapi aku ndak suka pangeran itu pegang-pegang kamu, peluk-peluk kamu, lalu apa yang akan dilakukan pangeran lagi nantinya kan aku ndak tahu!"
"Kamu cemburu, ya? Haha.." Garda tertawa. Ramja menatapnya gemas.
"Iya! Aku marah, aku emosi! Ndak suka!" Ramja berteriak kesal. Garda semakin iseng, dia berbalik dan langsung merangkul bahu Ramja.
"Sudah.. sudah, ndak usah mikir susah begitu! Yang jelas, aku sukanya sama seseorang. Meski dia pangeran atau raja sekalipun, aku ndak bakalan tergoda, kok!" Garda tersenyum lembut. Deg! Jantung Ramja berdetak kencang seketika melihat senyuman itu. Senyuman itulah yang paling Ramja puja, namun juga menjadi hal yang Ramja benci. Ramja benci mengakuinya, namun sejak mengenal dan mencintai Garda dia menjadi egois. Dia hanya menginginkan semua hal tentang Garda untuk dirinya sendiri. Dia enggan berbagi dengan orang lain, meski hanya sekedar senyuman Garda.
"Nanti malam... itu.. eng..." Ramja berbisik gugup, namun Garda sudah melarikan diri dan masuk lebih dulu ke gerbang istana. Ramja terkekeh geli.
***
Mereka berdua saling berbagi cinta, berbagi kasih sayang layaknya sepasang kekasih pada umumnya. Mereka bahagia, ya tentu saja karena mereka tertawa. Mereka saling berbagi kebahagiaan dan tentu saja hanya mereka berdua yang tahu bagaimana perasaan mereka. Benarkah hanya mereka berdua yang tahu bagaimana perasaan mereka masing-masing? Tidak, karena pangeran mulai menaruh curiga ada hubungan khusus di antara keduanya. Peraturan kerajaan belum mengatur masalah homoseks saat itu, jadi tak akan ada aturan yang membahas hukuman yang akan terjadi kalau mereka ketahuan menjalin cinta. Hanya saja, baik Ramja maupun Garda tahu... orang tua Garda tidak akan merestui hubungan itu.
"Apa aku melewatkan sesuatu, Garda?" Asmapaja bertanya tajam. Garda mendongak dan menatap wajah pangeran Asmpaja yang terlihat geram.
"Maaf, pangeran.. saya tidak mengerti apa maksud pangeran..." Garda menjawab bingung. Asmapaja semakin mengeratkan gerahamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonstar (SERIES - BXB)
Historical FictionCerita ini berkisah tentang seorang prajurit di sebuah kerajaan zaman baheula.... Tentu aja soal humu2an.. Nb : cerita lama, dibuat beberapa tahun yg lalu