"Aku sudah di bawah. Cepat turun"
Begitulah BBM dari Dareen yang mengatakan kalau ia sudah sampai di apartemenku dan sedang menunggu dibawah. Kemarin aku meminta cuti pada Nyonya Zetia dengan alasan ada urusan keluarga dan ya kau tau, itu perintah Daree agar aku dapat bersiap-siap dan memberikan kejutan untuk kedua orang tuanya.
Jujur saja, aku gugup karena aku harus mengaku menjadi kekasih anak bosku dan membohongi mereka. Apalagi Nyonya Zetia yang sangat baik padaku selama aku bekerja disana. Rasanya tidak tega sekali membohongi mereka tapi mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur. Daripada aku dijodohkan dengan lelaki tidak jelas pilihan orang tuaku, lebih baik aku memilih Dareen yang notaben nya telah aku kenal.
Aku mengenakan dress tanpa lengan berwarna softpink dan lagi-lagi atas perintah Tuan Dareen terhormat. Belum jadi suami saja sudah mengatur-ngatur apalagi nanti setelah jadi suami, bisa-bisa diikat aku sama dia, pikirku.
"Lama sekali sih" aku terkejut mendengar suara seseorang yang ku yakini adalah Dareen karena suara yang berat dan pedas itu selalu aku dengar akhir-akhir ini. Aku pun menengok ke arahnya dengan wajah bagaimana ia bisa disini?
"Gampang saja bagiku, apartemen ini salah satu asetku sayang. Jadi mudah saja bagiku untuk meminta kunci apartemenmu" Dan lagi-lagi dia menyeringai menampakan kesombongannya yang membuatku ingin sekali mencakar wajah tampannya. Eh astaga Orin kau menyebut ia tampan? Kau Gila rupanya! Kata sisiku yang lainnya.
"Yayaya Tuan Serba Bisa. Aku juga sudah mau turun"
"Ayo cepat nanti kita terlambat" dia pun mengengam tanganku dan membawaku keluar dari zona nyamanku menuju rumah keluarga Ethelind.
***
Sampailah kami di rumah mewah dan elegan keluarga Ethelind. Oh my God rasanya gugup sekali. Telapak tanganku berkeringat tanda aku sangat gugup. Aku pun turun dari pintu mobil saat Dareen membukakan pintu untukku karena aku yang tak kunjung turun dan bersuara. Ia mengengam tanganku seperti menyalurkan energi untukku. Namun kenapa rasanya ini seperti Dejavu? Rasanya aku pernah seperti ini. Tapi aku tidak ingat sama sekali.
"Santai saja. Aku selalu bersamamu. Aku yakin mama pasti menyukaimu dan menyetujuimu sebagai menantunya"
"Aku harap tidak" ucapku kecil.
"Jangan berharap seperti itu sayang. Kau melukai hatiku" dia menyeringai kepadaku seakan mengejekku yang membuatku ingin sekali memukul wajahnya. Menyebalkan!
Kami pun berjalan ke dalam dan sepertinya ramai sekali rumah keluarga Ethelind kali ini. Mungkin ada arisan keluarga atau apalah. Aku tidak tau.
"Hai sayang, siapa ini?" Tanya Nyonya Zetia yang sepertinya tidak mengenalku. Sejelek itukah aku saat menjadi supi sehingga ia tidak mengenaliku?
"Ini Orin mam. Dia calon istriku" kata Dareen dan Nyonya Zetia melihatku dengan tatapan menilai yang sulit untuk ku artikan. Namun tiba-tiba senyuman menghiasi wajah Cantiknya.
"Bercanda sayang, tante tau kalau itu kamu. Kamu terlihat selalu cantik sayang" ucap Zetia kepadaku sambil tersenyum lalu memelukku erat.
"Ayo kita masuk. Yang lain sudah menunggu" kata Zetia setelah melepaskan pelukannya. Aku dan Dareen pun mengikuti Tante Zetia menuju meja makan.
Aku pun duduk di samping Dareen dan Tante Zetia duduk di samping Om Rafa.
"Maaf kami telat, Zetia Rafa" suara seorang wanita yang rasanya tidak asing bagiku membuatku melihat ke arah sumber suara. Dan betapa terkejutnya aku. Disana ada mama dan papaku. What the hell? Sedang apa mama dan papa kemari?
"Mama papa kenapa kesini?"
"Mama dan papa kan ingin ikut membicarakan soal rencana pernikahan kalian. Ah akhirnya kita jadi besan juga ya Zetia" ucap mamaku sambil tersenyum penuh arti ke Tante Zetia.
"Iya Mar. Aku juga senang sekali rencana kita menjodohkan mereka berhasil juga walaupun kita tidak perlu susah payah menjodohkan mereka"
"Maksud mama apa sih?" Tanya Dareen yang tampak bingung sama sepertiku.
"Jadi perempuan yang tempo hari mama bilang ingin mama jodohkan dengan kami itu Orin"
Oh my God rasanya kepalaku pusing. Niatnya mau menghindar dari lelaki yang dijodohkan denganku malah jadi begini. Oh Tuhan panggil aku sekarang juga dan seketika pandanganku mengelap. Aku pingsan.
***
Aku pun mengerjapkan mataku, menyesuaikan dengan cahaya lampu yang masuk ke indera penglihatanku.
"Hei kamu sudah sadar?"
"Ya. Dimana ini?"
"Di kamarku. Tadi kamu pingsan dan aku membawamu kesini" seketika aku teringat dengan kejadian beberapa jam yang lalu dan membuatku meringis.
"Orin aku tau ini berat untukmu tapi rencana kita tidak bisa digagalkan. Aku tidak mau menyakiti hati mama yang sudah banyak berharap dan tadi mama sangat senang sekali"
"Iya kau benar Dareen. Aku juga tidak tega mengubur kesenangan mamaku begitu saja"
"Menikahlah denganku Orin dan aku janji akan membuatmu bahagia dengan keluarga kecil kita"
***
Hai maaf lama update karena jujur lagi gak ada ide sama sekali. Jangan luupa vote dan commentnya yaaaaa! :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beautiful Driver
Romance"Sedih adalah teman terbaik bahagia dan mereka slalu berdampingan,kamu harus mengenal sedih untuk tau apa itu kebahagiaan." seorang perempuan harus rela menjadi orang lain demi orang yang sangat ia sayangi. Menikah dengan sang mantan kekasih yang ma...