It's You (Bagian B)

126 4 1
                                    

Hari minggu, hari bermalas - malasan bagi Hana. Gadis itu masih tertidur cantik di atas tempat tidurnya. Ponselnya sejak tadi terus berbunyi meninggalkan beberapa telepon tak terjawab dan pesan masuk. Namun gadis itu mengacuhkannya.

Hana ingin terbebas hari ini. Dari apapun. Setelah mengingat seharian kemarin di sekolah, membuat kepalanya pusing bukan main memikirkan tingkah aneh murid baru itu. Terlebih saat pulang sekolah, Kyu Hyun dengan santainya pria itu benar ikut pulang bersama dengannya.

"Sayaang, cepat bangun! Mau sampai kapan kau tidur terus seperti itu, eoh?!" Teriak ibunya dari tangga. Kamar Hana yang terletak di lantai atas membuat ibunya malas untuk naik, terkadang punggungnya sudah tidak kuat untuk menaiki tangga. Jadi ia lebih memilih berteriak, lebih efektif, pikirnya.

Namun, Hana justru sama sekali tidak merasa terusik. Gadis itu masih betah di sana dengan selimut tebal yang membungkus tubuhnya.

Ponselnya kembali berbunyi, lebih sering dari sebelumnya dan itu sukses membuat Hana membuka mata. Dengan kesal ia melihat layar ponselnya, matanya yang masih setengah terpejam berusaha ia buka untuk melihat dengan jelas sederet angka yang ada di layar ponselnya.

"Halo?" Ucapnya dengan suara serak.

"Kau baru bangun, eoh?"

Hana diam. Suara siapa ini?

"Hei!" Tegur seseorang di sebrang teleponnya.

"Kau?" Tebaknya. Dan tepat. Pria aneh dan seenaknya. Cho Kyu Hyun.

"Waah, anak gadis macam apa baru bangun?"

"Dari mana kau dapat nomorku?" Tanyanya.

Kyu Hyun terkikik. "Itu gampang, Hana-ya."

Hana mendengus sebal. "Ya ya ya, aku tidak perduli kau mendapatkan dari mana. Yang pasti aku tidak mau diganggu, mengerti?" Gadis itu mematikan ponselnya. Dan menaruhnya di bawah bantal. Ponselnya kembali terdengar namun Hana membiarkannya.

***

"Kau tidak keluar?" Tanya Ahra pada Kyu Hyun. Pria itu terus tersenyum memandangi ponselnya.

"Kau baru mendapatkan lotre?" Tanya Ahra kemudian duduk di samping Kyu Hyun. "Kau terus saja tersenyum dengan ponselmu. Atau, kau tidak waras?"

"Enak saja," protes Kyu Hyun. Pria itu mengambil biskuit yang baru saja di bawa Ahra dan memakannya. "Aku tidak menyesal pindah sekolah, noona." Lanjutnya membuat Ahra memandangnya heran. Pasalnya, sebelum Kyu Hyun menyetujui untuk dipindahkan sekolahnya, pria itu mati - matian menolaknya. Sekarang? Pria itu justru menikmatinya.

Ahra menghembuskan napasnya secara berlebihan kemudian berkata, "Kau sudah benar - benar tidak waras rupanya, Kyu." Ucap Ahra.

"Terserah kau saja." Kyu Hyun mendelik kesal pada Ahra.

"Kenapa?"

"Apanya?"

"Kenapa kau tidak menyesal?" Tanya Ahra kemudian, ia meraih remot tv kemudian menyalakannya.

Kyu Hyun berpikir sejenak sebelum berkata, "Sepertinya saja aku akan betah di sana."

"Ada gadis yang kau incar?" Ahra menatapnya galak. Kyu Hyun memang terkenal play boy. Ahra tahu betul itu.

"Jangan macam - macam dengan anak gadis orang, Kyu!" Ahra memperingati.

"Siapa yang macam - macam? Aku hanya satu macam."

Ahra melempar bantal sofa ke arah Kyu Hyu. "Kau ini! Terserah saja. Aku sudah memperingatimu."

****
"Lihat rambutmu. Seperti singa."

Hana mengabaikan perkataan ibunya dan ia hanya memeletkan mulutnya. "Meskipun begitu aku tetap cantik, bukan?" Ia duduk di kursi sebelah sang ibu.

"Iya iya, sampai - sampai Myung Soo betah bersamamu, begitu?"

"Aiish, eomma. Myung Soo kan memang seperti itu, dia paling tidak bisa jauh dariku."

Lee Eun Kyo, ibunya Hana itu menggelengkan kepalanya. Ia mengambilkan nasi kemudian diberikan pada Hana.

"Gomawo, Eomma."

"Jangan membuatnya menunggu terlalu lama, Hana-ya."

Hana mendesah pelan. " Dia nyaman bersamaku sebagai teman. Itu yang selalu dia katakan padaku."

"Sepertinya ada yang sedang membicarakan ku?!" Teriak seseorang dari depan. Membuat Hana dan Ibunya menoleh secara bersama.

Diambang pintu berdiri seorang pria dengan celana pendek dan kaos hitam kebesarannya. Pria itu berjalan perlahan menghampiri Hana.

"Oh, kau rupanya. Kebetulan, kita sedang sarapan."

"Aku memang selalu datang tepat waktu. Iya kan Eomeoni?"

Mendengar itu mulut Hana komat kamit tidak jelas. Myung Soo yang melihatnya tak kuasa untuk tidak tersenyum.

"Duduk dan makan saja. Jangan banyak berkomentar."

"Uuuu, galak sekali." Myung Soo kemudian duduk disamping Hana. Pria itu sudah merasa tidak asing lagi, baginya orang tua Hana sudah seperti orang tuanya sendiri.

"Tidak bersepeda?" Tanya Hana. Ia tahu betul Myung Soo. Pria itu tidak pernah absen olahraga pagi setiap hari minggu seperti ini.

Myung Soo menunjuk jam dinding yang berada di depannya. "Kau lihat pukul berapa sekarang?" Tanyanya. Hana melirik jam dinding kemudian mendesah pelan. Paham maksud pria itu. "Aku bahkan sudah berlari keliling 5 kali." Sambungnya.

"Sudah sudah, makan dulu. Debatnya dilanjut nanti saja. Oke?" Sang ibu menengahi.

Setengah jam kemudian, Myung Soo dan Hana sudah berada di balkon atap rumah Hana. Pria itu terlihat sedang membolak balikan majalah pashion milik Hana. Myung Soo sesekali melirik Hana yang sibuk dengan ponselnya.

Pria itu mengambil ponsel miliknya lalu mengetikkan sesuatu di sana.

Tidak berselang lama. Hana mendelik tajam ke arahnya. "Aku tidak gendut!" Omelnya. Myung Soo senang sekali memanggil Hana seperti itu, meski pada kenyataannya gadis itu memang tidak gendut. Tapi, Myung Soo menyukainya.

"Kau memang tidak gendut. Tapi, wajahmu... hahahaha." Myung Soo lagi - lagi mengejeknya.

Baru saja Hana akan membalas ejekan Myung Soo, ponselnya bergetar.

"Halo?"

"Hai, Park Hana." Suara bernada bass itu terdengar.

"Wae?"

"Kau di rumah?" Tanya Kyu Hyun.

"Wae wae wae?" Hana malah kesal sendiri mendengar suara Kyu Hyun. Ia melirik Myung Soo yang sejak tadi memperhatikannya.

"Tidak. Hanya memastikan saja kalau kau memang sedang di rumahmu. Hehe." Jawab Kyu Hyun sekenanya. Pria itu merasa gila mendadak karena sikapnya yang seperti itu.

"Kau memang selalu tidak jelas." Kemudian Hana mematikan ponselnya.

"Kenapa?" Tanya Hana pada Myung Soo, pria itu terus menatapnya penuh tanya.

"Siapa?"

Hana melirik ponselnya. "Oh, ini?" Ia mengacungkan ponselnya. "Pria yang kau temui di sekolah kemarin."

Myung Soo mengerutkan keningnya, mencoba mengingat. "Oh, anak baru itu?" Tanyanya lagi. Hana mengangguk. "Kenapa dia?"

"Kenapa?"

"Kenapa dia menelponmu?"

Hana mengedikkan bahunya. "Tidak tahu. Sepertinya dia usil sekali."

Myung Soo menggumam tidak jelas. Raut wajahnya tiba - tiba berubah muram. Tentu tanpa Hana sadari.

****

It's You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang