Lucian duduk terpaku di kursinya, mencoba mencerna semua informasi yang baru saja ia dengar dari Ella. Keluarga Bell berencana membunuh Katie untuk mendapatkan uang asuransi? Ini gila. Lebih gila lagi, ibu Katie sendiri setuju dengan rencana itu. Lucian mengepalkan tangannya, berusaha menahan kemarahan yang membakar dadanya.
"Ella, kau yakin dengan semua ini?" tanya Lucian dengan suara rendah namun penuh ketegangan.
Ella mengangguk lemah. "Aku mendengar mereka berbicara semalam di ruang kerja. Aku bahkan melihat ibu Katie mencampurkan sesuatu ke dalam makanan yang dikirim untuknya. Aku ingin menghentikannya, tapi aku terlalu takut. Aku hanya bisa memastikan bahwa aku tidak ikut memakannya."
Lucian menghembuskan napas panjang. Ia harus memberitahu Terence secepatnya. Namun, ia juga tahu bahwa kemarahan Terence bisa berujung pada hal-hal yang tidak terkendali.
"Ella, kita harus hati-hati. Jika mereka tahu kau membocorkan ini, mereka bisa mencoba menyakitimu juga. Kita harus mencari bukti lebih banyak sebelum memberi tahu Terence," kata Lucian.
Ella menatap Lucian dengan ketakutan. "Tapi bagaimana caranya, Kak? Jika kita terlalu lama, mereka bisa mencoba hal lain lagi. Aku takut Katie dalam bahaya."
Lucian menggigit bibirnya, berpikir cepat. "Aku akan mencoba berbicara dengan beberapa kenalanku di kementerian. Kita harus mencari cara untuk melindungi Katie tanpa membuat keluarga Bell curiga. Untuk sekarang, tetaplah di sini dan jangan memberitahu siapa pun tentang ini. Aku akan memastikan bahwa Terence tidak bertindak gegabah."
Ella mengangguk patuh, meskipun ia masih terlihat cemas. Lucian pun berdiri, merapikan jaketnya, dan berjalan kembali ke rumah sakit.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Di dalam kamar rumah sakit, Terence masih duduk di sisi ranjang Katie, menggenggam tangannya dengan erat. Tatapannya kosong, penuh dengan berbagai pikiran yang bercampur aduk. Ia merasa bersalah karena tidak tahu apa yang terjadi pada tunangannya. Bagaimana mungkin Katie menanggung semua ini sendirian?
Perlahan, Katie membuka matanya. Ia terlihat lemah, tapi begitu menyadari keberadaan Terence di sampingnya, senyum kecil muncul di wajahnya. "Hey Sayang" suaranya terdengar serak.
"Hey, Kitten..." Terence menggenggam tangannya lebih erat. "sudah merasa lebih baik?"
Katie mengangguk pelan. "Ya, hanya sedikit pusing. Apa yang terjadi?"
Terence menghela napas panjang. "Kau pingsan, dan dokter bilang kau mengalami kontraksi palsu. Aku sangat khawatir, Kitten. Kenapa kau tidak memberitahuku jika ada sesuatu yang mengganggumu?"
Katie menggigit bibirnya, terlihat ragu. Ia tidak ingin membebani Terence dengan masalah keluarganya. "Aku hanya tidak ingin membuatmu khawatir... dan aku pikir aku bisa mengatasinya sendiri."
Terence menggelengkan kepala. "Kau tidak sendirian, Katie. Aku tunanganmu, ayah dari anak kita. Aku akan selalu ada untukmu, apa pun yang terjadi."
Katie tersenyum lemah, tapi sebelum ia sempat berbicara, pintu kamar terbuka dan Lucian masuk dengan ekspresi serius di wajahnya.
"Terence, kita perlu bicara. Sekarang," kata Lucian tegas.
Terence menoleh ke arah sahabatnya. "Ada apa?"
Lucian melirik Katie sejenak, lalu kembali menatap Terence. "Bukan di sini. Kita harus bicara berdua. Ini penting!."
Terence bisa merasakan ketegangan dalam suara Lucian. Ia menoleh ke Katie yang masih tampak lemah, lalu mengecup keningnya dengan lembut. "Aku akan kembali sebentar, oke? Istirahatlah."

KAMU SEDANG MEMBACA
GRUP GOSSIP HOGWARTS
Diversosapa pemersatu bangsa yang tercepat ?? GOSSIP DAN RUMOR (ide dari reader tapi thor coba buat jadi another story yang bisa menghibur kita semua)