.
.
.Tak ada yang benar-benar tahu sejak kapan Alucard dan Gusion selalu berselisih. Yang orang tahu, mereka tidak pernah akur.
Setiap misi bersama pasti berakhir dengan pertengkaran. Setiap latihan bersama pasti berubah jadi adu ego. Dan setiap pertemuan mereka selalu dipenuhi dengan sindiran yang lebih tajam dari belati Gusion atau pedang besar Alucard.
Seperti malam ini.
“Kalau kau tidak mengulur waktu di perbatasan tadi, misinya sudah selesai lebih cepat,” ujar Gusion dengan nada dingin, menuang anggur ke dalam gelasnya.
Alucard mendengus, menyandarkan tubuhnya di kursi. “Kalau kau tidak terlalu terburu-buru dan bertingkah seolah kau lebih tahu segalanya, mungkin aku bisa bekerja lebih nyaman.”
Tatapan mereka bertemu, penuh percikan api.
Di sekeliling mereka, para ksatria yang sedang berpesta sudah terbiasa dengan momen ini. Mereka hanya bertukar tatapan seolah berkata, "Oh, mereka mulai lagi."
“Kurasa yang bodoh tetap akan lambat meskipun sudah diberikan arahan,” balas Gusion santai.
Alucard tersenyum miring. “Dan kurasa yang sombong tetap akan mengacaukan strategi hanya karena terlalu sibuk ingin terlihat hebat.”
Gusion meletakkan gelasnya sedikit terlalu keras. Alucard mengangkat alis, menunggu ledakan kemarahan. Tapi sebelum ada yang sempat berbicara, seseorang berseru, “Baiklah! Daripada kalian berdua terus bertengkar, ayo main truth or dare! Apa kalian takut?!”
Sorakan setuju terdengar dari berbagai sudut ruangan. Alucard mendengus. “Permainan kekanak-kanakan.”
“Tapi kau tidak akan menolak, kan?” Gusion menyeringai, ada nada tantangan di suaranya.
Dan tentu saja, Alucard tidak bisa menolak tantangan dari Gusion. Jika menyangkut Gusion harga dirinya di pertaruhkan.
Mereka duduk dalam lingkaran, saling bersebrangan, permainan pun dimulai.
Beberapa ksatria mendapat giliran lebih dulu. Ada yang disuruh minum tiga gelas anggur sekaligus, ada yang harus berteriak menyatakan cintanya kepada orang asing di luar ruangan. Semua penuh tawa, sampai giliran Alucard tiba.
Seorang Ksatria di samping Alucard langsung menanyai keinginan pria itu, ”Kau pilih mana alu? Truth or dare?”
Alucard dengan lantang menjawab, ”Dare! beri aku tantangan yang menantang!”. Tatapannya memandang remeh Gusion.
Lalu kemudian seseorang yang sudah mabuk berat berteriak, "Cium! cium seseorang yang ada di sini!"
Tawa riuh menggema, semua orang setuju dengan tantangan itu, apalagi mereka belum pernah melihat Alucard mencium seseorang. Alucard mengangkat bahu santai, lalu berdiri. Dengan langkah santai, ia mendekati Miya—elf cantik yang duduk di sudut ruangan—dan dengan ringan mencium pipinya.
Sorakan pecah. Miya tertawa kecil, pipinya sedikit bersemu merah dan mendorong bahu Alucard dengan geli. “Kau terlalu lembut untuk seorang pemburu iblis.”
Alucard hanya menyeringai. “Aku tak ingin membuat seorang wanita suci marah.”
Gusion yang awalnya tersenyum menantang mendadak diam. Tangannya yang menggenggam gelas menegang sedikit, tapi ia tetap berusaha terlihat tenang.
Matanya menatap Alucard dengan ekspresi yang sulit dibaca. Ada sesuatu yang bergejolak dalam dirinya, sesuatu yang tak ingin ia akui.
Permainan berlanjut, Alucard sudah kembali ke tempat duduknya. Ia menatap Gusion, tapi aneh kenapa Gusion seakan membenci nya? ya memang sudah biasa bagi Alucard untuk Gusion yang membencinya. Tapi kali ini tatapan Gusion sangat berbeda, tidak ada tatapan meremehkan di dalamnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALÉATOIRE [MLBB BL| one-shot]
Short Storybagaimana kalau ini adalah cerita belakang layar para pembuat lore hero land of down ? hahaha sesuai judulnya , isi dalam cerita ini random, hanya satu chapter (bisa lebih bila harus). isinya pasangan yang ku shipperin 👍 semuanya murni pemikiran s...