PART 1

218 10 1
                                    

"Aku tidak mau tahu. Kerja dengannya sama saja dengan mengerjakan sendiri! Pokoknya tidak, aku tidak mau naik darah gara-gara si es sialan itu!" Hyunra mendesis tegas sambil menunjuk-nunjuk kertas yang berisi daftar pasangan makalah pelajaran literatur selama satu tahun ajaran. "Howoon-ah, kau kan ketua kelasnya. Tolonglah minta pada Mr. Kim—"

"Yahh, Park Hyunra. Masalahnya ini bukan Mr. Kim yang menyusun, tapi wali kelas kita, Ms. Jung. Kau tahu kan galaknya seperti apa, aku saja tidak berani," sahut Howoon lancar, membenahi kacamatanya lalu kembali mengerjakan soal latihan. "Kalau kau bersikeras, coba saja sendiri minta ke Ms. Jung. Aku tak bisa bantu,"

"Ayolah, Hyunra. Mau sampai kapan perang dingin terus? Cobalah bekerja sama. Dia tak sebegitunya kok," bujuk Naeun, gadis berparas manis yang sangat populer dikalangan kaum Adam. Hyunra mendengus lalu melirik ke sudut kelas. Lihat, betapa menyebalkannya gaya cowok itu!

"Sekali-sekalilah, anggap saja amal," ujar Howoon lagi, sambil tersenyum manis. "Lakukanlah demi nilai akhir nanti,"

Hyunra menatap Howoon tajam, sebelum kembali melirik sosok yang duduk di pojok belakang kelas dan sekarang tengah tertidur. "Baiklah, baiklah, baiklah! Sekali dalam seumur hidup. Ergh, tahun ini aku benar-benar sial!"

__

Myungsoo menatap lembaran kerja di atas mejanya dengan diam. Haruskah dimulai hari ini? Benar-benar hari ini? Myungsoo bukan penyuka pelajaran literatur. Dan dipartnerkan dengan Park Hyunra benar-benar suatu ujian berat. Suara melengking cewek itu sering membuatnya sakit kepala, jadi dia tak pernah menanggap setiap kata dan nada yang keluar dari mulut eksotisnya. Dan mungkin itu salah satu faktor yang membuat cewek penyuka dodge ball itu benci setengah mati padanya. Mungkin bukan benci, tapi kesal.

Tapi sungguh, Myungsoo tidak membenci cewek itu. Hyunra nya saja yang memang sensian. Jadi Myungsoo juga sering kesal dengan tingkah laku Hyunra yang memang sering membuat orang sebal. Dia benar-benar tidak membencinya, meskipun mereka memang sedang perang dingin. Dan yang membuatnya makin malas dengan Hyunra, dia sendiri tidak tahu apa induk permasalahannya hingga harus berperang dingin dengan Hyunra selama beberapa tahun belakangan.

"Jadi bagaimana?" Suara Hyunra datar dan terdengar malas, mulai membuka agendanya dan mengambil pensil. "Kau mau temanya apa?"

Myungsoo mendongak cepat dan terkaget melihat Hyunra yang sudah duduk di depannya sambil membalikkan kursi. "Maksudmu?"

Hyunra berdecak keras, lalu menulis cepat di atas agendanya. "Literatur, bodoh. Kau pikir apa lagi?" Sahutnya sebelum menarik napas dalam-dalam, mengusahakan emosinya masih berada di bawah batas kondisi gawat. "Aku ingin temanya astronomi. Menurutmu?"

"Itu mau membuat karya ilmiah fisika?" Sindir Myungsoo tenang, membuat Hyunra membulatkan matanya menahan marah. Astaga pria ini! Ia sudah berusaha membuat suasana yang kondusif untuk mereka berdua dan pria ini mau cari mati?! "Lebih baik membuat pembiakan ulat sutra,"

WHAAAATT?! Hyunra makin menekan emosinya yang mau meledak. "Itu sama saja dengan biologi, bodoh!" Semburnya dengan geraman tertahan. "Riset tentang perang dunia saja! Kau bisa membahas sistem perang, senjata dan bla bla bla-nya, sedangkan aku bisa membahas dari segi politik dan sosial," putusnya dengan nada final.

Myungsoo hanya mendengus di tempat duduknya. Itulah perempuan. Mereka yang mengajak berdiskusi tapi hasil keputusannya dari mereka sendiri. "Kalau begitu untuk apa kau datang kesini?"

Dan sekarang Hyunra benar-benar melongo. "Kim Myungsoo, kau benar-benar!" Desisnya marah sebelum bangkit dan pergi dari area itu secepatnya.

Menurutmu, siapa yang lebih menyebalkan, sih?

The Words that Haven't Spoken YetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang