PART 2

79 7 0
                                    

"Tidakkah kalian menyadarinya? Akhir-akhir kelas ini jadi damai sekali," Howoon berujar sengaja dengan suara keras agar sepasang murid yang sedang konstentrasi di pojok belakang kelas itu mendengar. "Kalau saja mereka begini dari dulu, bukankah terasa aman tentram damai sejahtera?"

"Jangan-jangan benci jadi cinta! Hahaha!" Sahut yang lain, lalu terdengar gelak tawa dan siulan jahil. Hyunra, yang dengan jelas merasa dirinya yang sedang disinggung, hanya berusaha menjaga suasana emosionalnya agar tidak meledak.

"Bukankah mereka tampak cocok bersama?"

"Kalau begini terus, mereka mungkin bisa pacaran," Hyunra langsung mendongak mendengar lontaran pernyataan yang terakhir ia dengar. Ia menatap Myungsoo, namun nampaknya cowok itu sama sekali tenang dan nampak tak peduli. Dia nampak biasa saja dan menghiraukan gosip yang disebar dengan suara lebih dari 5000 Hz itu. Hyunra menarik napas, lalu meletakkan ballpoint-nya.

"Kau sudah selesai?" Tiba-tiba Myungsoo berujar tenang, membuat Hyunra melonjak kaget dan langsung menatap Myungsoo. "Kalau sudah duluan saja, nanti aku menyusul,"

"Oke. Jangan lupa, nanti aku tagih. Aku harus segera ke percetakan dan sebaiknya kau tidak cerewet,"

"Baiklah," jawab Myungsoo sekenanya, sementara Hyunra mulai membereskan peralatan kerjanya dan beranjak dari sisi Myungsoo.

Saat ia melewati Howoon, ia hanya menyenggol bahu pria itu. "Itu pengorbanan untuk nilai, tolong," bisiknya tajam sebelum berlalu kembali ke bangkunya.

Namun cengiran Howoon semakin lebar. Ia mengikuti Hyunra ke bangkunya lalu berbisik kecil, "Harusnya kau mengerti kenapa akhir-akhir ini Myungsoo sering mengajakmu keluar,"

Dugeun!

Hyunra menengok cepat sambil memelototi Howoon yang melenggang pergi.

Memang akhir-akhir ini Myungsoo sering mengajaknya pergi ke tempat-tempat aneh, akuarium, kafe, taman, restoran, atau bioskop. Tentu saja semua itu tempat aneh bagi sepasang musuh, kan?! Apa Myungsoo... Suka padanya? Astaga, itu tidak mungkin!

Malamnya Hyunra benar-benar tidak bisa tidur. Dia tahu dia harusnya mengerjakan PR kimia yang bejibun itu, tapi otaknya tidak ingin bekerja. Sedari tadi ia hanya membolak-balikan tubuhnya di atas kasur sambil memikirkan hal yang sama.

Apa yang ia benci dari seorang Kim Myungsoo?

Gayanya yang cool membuat semua cewek menatap Myungsoo seakan cowok itu adalah cowok paling keren abad ini. Ekspresinya, apalagi saat ia tersenyum miring hingga lesung pipitnya setengah terlihat. Cewek-cewek langsung menarik napas menatap betapa gorgeous-nya cowok ini. Sikapnya pada cewek-cewek itu berbeda seratus delapan puluh derajat dari sikap Myungsoo pada Hyunra, dan Hyunra sangat benci itu.

Suaranya. Hyunra benci suara Myungsoo yang terkadang membuat bulu romanya berdiri. Suaranya yang terkadang seperti memerintah dan Hyunra tidak bisa melakukan apapun selain mengikutinya. Tatapannya, Hyunra juga benci itu. Dimana sering kali Hyunra kesulitan melepasan tatapan yang mengintimidasi dan seakan menyedotnya ke dalam itu. Dan wangi tubuhnya. Hyunra selalu pusing jika berada di dekat cowok itu, karena hanya Myungsoo yang punya wangi seperti itu.

Ketika Hyunra berpikir lagi, ia mengerang. Dia baru sadar betapa ia menyukai Kim Myungsoo.

Gayanya cool dan Hyunra tidak bisa melepas pandangan daripadanya. Setiap gerakan yang dibuat Myungsoo selalu membuat Hyunra melirik, ingin melihatnya.

Ekspresinya, Hyunra tidak tahu kenapa ia juga jadi menahan napas setiap menatap Myungsoo dengan berbagai ekspresinya. He's so f*cking damn handsome. Dan sialnya, lesung pipit di satu pipinya itu yang selalu membuat jantung Hyunra selalu hampir copot!

The Words that Haven't Spoken YetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang