[A] for Angel

29 4 1
                                    

[A] for Angel

Peri-peri berterbangan di atas bunga-bunga mekar berwarna-warni sambil cekikikan, pakaian yang di pakai mereka hampir semuanya terbuat dari daun dan kelopak bunga sepatu. Cuaca sedang cerah, atau memang selalu begitu, para peri mulai menyirami bunga dengan sihir aneh yang keluar dari telapak tangan mungilnya. Sambil cekikikan kecil, para peri melihat Diaval berjalan melewati mereka.

Sebagian peri-peri terpukau dengan sosok Diaval yang benar-benar sempurna dan tampan, ototnya menyembul di balik pakaian putihnya, kulitnya secoklat pasir gurun yang tandus, matanya berwarna biru terang, dan rambut coklatnya berkilauan.

Peri-peri mulai ribut, dan beceloteh panjang tentang Davial. Tidak lama lagi, cowok itu akan meninggalkan heaven untuk melaksanakan tugasnya di bumi. Seorang peri dengan gaun panjang berwarna biru muda terbang dengan sayap kecilnya menghampiri Diaval, peri biru itu duduk di pundaknya, dan tidak sedikit peri-peri yang mulai cemberut tidak suka.

Davial menoleh dan terseyum, dan memamerkan deretan gigi-giginya yang seputih susu, dan bau mulutnya benar-benar menenangkan. "Hey, Peri kecil."

Peri biru itu terseyum lebar dan mengendus-endus pakaian Davial. Cowok itu tertawa, dan berkata dengan ramah, "hey, peri kecil, aku harus pergi. Sebaiknya kau bergabung dengan teman-temanmu."

Spontan peri itu langsung menggeleng, dan terus mengendus-endus bau tubuh Davial, hingga peri yang lainnya berwarna oranye cerah menarik sayap si peri biru sampai dia berteriak dengan nada peri yang tidak di mengerti. Si peri oranye terus memaksanya sampai mereka terpental cukup jauh keatas kelopak bunga tulip karena angin menerbangkan keduanya.

"Sampai jumpa," Diaval melambai.

Dan para peri membalasnya dengan lambaian perpisahan.

***

Portal menuju bumi masih terbuka lebar, beberapa lulusan heaven mulai mengantre untuk di pasangi gelang peringatan sebelum pergi ke bumi. Mereka mulai menjalani tugasnya untuk membantu para manusia, atau menjadi penegak kebenaran sampai suatu hari nanti heaven menariknya untuk di ganti dengan generasi yang baru.

Jangka hidup malaikat relatif dan tidak menentu, tidak semua lulusan akan berhasil bertahan hidup hingga tua di bumi, sebelum masa pergantian itu tiba. Dan raga malaikat mereka telah di ganti menjadi raga manusia, raga yang fana, yang artinya; para malaikat akan mengalami phase tua dan sakit, tidak abadi. Itu yang terkadang membuat para malaikat resah, khususnya para perempuan lulusan heaven yang  mementingkan ruang rias dan mentimun.

Kedengarannya memang cukup mudah dan tidak terlalu banyak risiko, tapi mereka punya ancaman besar dari para iblis. Yeah, mereka punya lulusan dari jahanam, dan rata-rata di tunjuk untuk menjadi pembuat dosa. Para iblis terkadang bisa sangat menyakinkan dengan kostum ala-ala anak baik, dan tidak mengumpat kasar. Tapi itu salah satu tantangan tersulit, mereka ada di mana saja, dan para malaikat sudah bersumpah untuk tidak berhubungan secuil apapun mereka.

"Diaval!"

Dia menoleh kebelakang, gadis dengan kunciran kuda mengahampirinya, dan memeluknya erat, "aku akan merindukanmu!" lirihnya. Cewek itu adalah Sophia, teman Diaval di sekolah heaven, dan Soph masih harus mengikuti tahun ketiganya sebelum pergi kebumi. Cowok itu tahu, Sophia sangat baik padanya, dia satu-satunya yang membuat Diaval merasa nyaman. Tentunya selain para peri genit yang sering menggodanya.

"Soph, sungguh, aku pun pasti merasakan hal yang sama." jawabnya, dan membalas pelukkan Sophia yang erat. "Tapi, hey, kita masih
bisa bertemu di bumi. Ingat?"

Sophia terseyum di balik kesedihannya, "benar, tahun depan." dia memberikan seyum kecilnya. "Kita akan bertemu nantikan?" lalu air matanya jatuh.

Diaval merasa dirinya adalah malaikat terbodoh yang pernah ada, membuat seorang gadis menangis, sangat tidak di benarkan. "Sophia-ku, berhenti menangis. Aku janji akan menemuimu tahun depan, setuju?"

Lalu mereka sepakat.

Barisan mulai berkurang seiring waktu, dan Diaval melemparkan seyum terakhirnya sebelum di pasangi gelang peringatan, kemudian menghilang di dalam portal pastel.

***

Matanya menjuling, dan Evalyn merasa seorang cewek jelek dengan kutil besar di pipinya memang sangat keras kepala. Dan Evalyn tidak boleh mempercayai niat terselubungnya, jahanam bukan akhir yang baik untuk iblis yang sebentar lagi keluar dari neraka. Rasa berat hati menjalar di nadinya, "Sungguh, Dot-ku sayang, aku benar-benar gugup."

Dot, cewek itu berdengus seperti kuda. Bau nafasnya benar-benar mengerikkan, "yang benar saja, Ev. Jangan bertingkah seolah kau seorang yang polos, tugas kita hanya menggoda, ingat? Para malaikat itu terlalu lemah, jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan." kemudian Dot berhasil mencukil serangga kecil dari kukunya yang hitam, lalu memakannya dengan santai.

Evalyn, si cewek tukang mendesah, dan sedikit lebih baik dari penghuni-penghuni neraka, memandang Dot penuh kengerian. Bahkan, perut kecilnya masih tidak biasa dengan kecebong-kecebong menjijikkan saat makan malam tadi. Rasanya, Dot lebih menjijikan dari kutilnya sendiri. Sangat memprihatinkan.

"Terkadang otakmu bisa di andalkan." celotehnya, sambil berdiri dari kursi hitam yang bau kentut dan apak di mana-mana. Dot, dan Jester sering kentut di sofa hitamnya, atau dengan segaja memhuat kucing peliharan Jes mengompol di sana, untungnya tidak pernah di kotori dengan kotorannya.

"Hey, portalnya baru di buka jam sembilan, santai saja, say. Jangan terburu-buru," pinta Dot yang hanya di balas decihan dari cewek pirang itu. "Haha, say, aku punya sesuatu yang lebih keren dari pertunjukkan serangga-di-kuku-hitam-Dot. Jadi jangan melarangku,"

Cewek itu hanya menarik sudut bibirnya tidak peduli, "terseralah, kau terlalu keras kepala."

***

Dimana-mana hanya di dominani dengan warna hitam, pekat, dan asap magma yang mengepul di udara. Evalyn berusaha menelan kegugupannya yang benar-benar belum dirasakannya selama lima tahun terakhir, saat kakaknya Fester pergi ke bumi. Dan kali ini gilirannya.

Evalyn punya kelaianan di saat dia gugup, tangannya mulai bergetar, dan dia betul-betul tidak menyukai hal ini. Dia mengigit pipi dalamnya, sambil mondar-mandir tampa tujuan, bau darah kering di tanah hitam gelap, memenuhi hidungnya seperti biasa—bau kematian. Dan hutan kegelapan yang di hiasi tengkorak yang menumpuk menjadi tumpukkan bukit kecil yang mengerikkan, seolah seperti permandangan indah yang tersaji di neraka. Larva panas dan api memenuhi sebagaian danaunya, dan hutan itu sebagai pulau dengan tepian panas yang membuih, lalu Evalyn sadar, hell lebih keren dari yang di duga.

"Evalyn Underred, kau telalu berlebih." mulutnya mulai mengsugesti, lalu cewek itu menunjuk-nunjuk kobaran api kecil di atas tanah hitam kelam yang sama sekali tidak subur. "Jangan gugup, jangan gugup, jangan gugup jangan gugup jangan gugup."

Lalu Jes berteriak kencang, bahwa portal sudah di buka. Mengakhiri adegan kegugupan yang lebih keren dari serangga-dikuku Dot.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When Good Meet EvilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang