Chapter 4

1.4K 104 21
                                    

Raburetā

Chara selalu milik Masashi Kishimoto Sensei.

Raburetā milik MetamorphoQueen.

Warning : AU, OOC, Sho-Ai (BL), Typo's, alur lompat-lompat dan monoton.

Pairing : SasuNaru

Don't like, don't read. Risiko ditanggung para pembaca.

Selamat membaca ...

.

.

.

Sebutlah ini semua terlalu berlebihan, Namikaze Naruto memanglah kurang cocok bila harus disandingkan dengan yang namanya keramaian. Bagaikan sesosok makhluk asing yang tak jelas asal usul dan jenis spesiesnya, pemuda berambut pirang jabrik tersebut positif menjadi titik sorotan puluhan pasang mata yang menatapnya penuh makna.

Sebisa mungkin menepiskan rasa tidak nyaman yang bergelayut dalam dirinya, dengan gerakan seelegan mungkin sang Namikaze tengah itu menyumpitkan mie dari dalam mangkuk dan kemudian memasukkannya ke dalam mulut. Melakukan gerakan mengunyah dan menelan—yang tanpa disadarinya sukses menuai tegukkan ludah para pemerhatinya, Naruto pun mengarahkan kedua iris mata sapphire-nya kepada salah satu siswa berseragam sama yang duduk semeja dengannya.

"Apa ada yang salah dengan wajahku?"

Bertanya dengan nada kalem, siswa kelas dua SMA itu meraih tisu yang tersedia di atas meja dan kemudian mengusap mulutnya pelan.

Seolah tersadar dari lamunan, Kiba Inuzuka—sosok pemuda berambut cokelat jabrik— yang sedari tadi terdiam dan hanya menatap pemuda yang duduk di seberangnya dengan pandangan takjub pun akhirnya membuka suara, "Astaga, Naruto ... kau yakin tidak kerasukkan, kan?"

Mengangkat naik sebelas alis pirangnya, Naruto menatap skeptis. "Apa maksudmu dengan aku kerasukkan, Kiba?"

"Tentu saja karena tingkahmu yang tak biasa dan terbilang tidak normal, Naruto," jawab Kiba tanpa segan sedikit pun. Kedua iris cokelatnya berbinar ganjil.

"Tidak normal, huh?" Naruto mendengus, senyum datar pun nampak.

Mengangguk penuh antusias, pemuda pencinta anjing itu menunjuk semangkuk mie ramen yang berada tepat di hadapan sang sahabat. "Lihatlah makanan yang kau pesan ... kau membuatku takjub. Ini kali pertamanya aku melihatmu memakan makanan berlemak seperti ini. Lagi pula, kalau memang kau bukan sedang kerasukkan, angin apa yang membuatmu hingga akhirnya menampakkan diri di kantin?"

"Apa itu artinya, aku tidak boleh ke kantin?" tanya Naruto dengan mata menyipit. Ekspresi wajah yang ditampakkannya seperti orang yang tengah dilanda rasa tersinggung.

Menggelengkan kepalanya cepat, Kiba mengibas-ngibaskan kedua tangannya, gelagapan. "Bu—bukan begitu maksudku, Naruto. Maksudku adalah ka—"

"Naruto-kun ...," Naruto mengarahkan pandangan ke arah pemuda berkulit putih pucat yang duduk tepat di sampingnya. Senyum kalem setia terkulum pada bibir pemuda pencinta seni lukis tersebut. "Kiba-kun hanya ingin tahu alasan yang membuat Naruto-kun akhirnya bersedia bergabung dengan kami di kantin. Hanya saja, Kiba-kun memang terlalu payah dalam mengungkapkan rasa penasarannya."

"Hey, kau berniat membela atau menghinaku, Sai?!" pekik Kiba, merasa tersinggung dengan penuturan sosok berkulit pucat yang sedari tadi tampak anteng menggambar harimau pada buku sketsa kesayangan bersampul hitamnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RaburetāTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang