Bab 3.2: Latihan (Soul Parable International Tournament)

62 8 0
                                    

Aku sebenarnya tidak begitu tertarik dengan yang namanya vila tapi saat melihat dengan mata kepalaku sendiri, bangunan bernama vila itu ternyata luar biasa indah. Entah bagaimana menjelaskannya tapi, ada tangga untuk naik ke atas dimana bangunan utama yang berbentuk kotak. Walaupun atapnya tampak sama seperti rumah pada umumnya, tapi ada perasaan suka saat meihat atap itu. Kemudian bangunan yang terbuat dari kayu terlihat luas dan berlantai dua. Jadi seperti ini vila di atas gunung?

"Jangan bengong seperti itu dong, ini hanya vila yang aku pinjam dari organisasi. Katanya aku boleh memakai yang kecil." Louise yang berdiri di paling depan menghadap kearah kami berempat yang ada di belakang sebelum kembali melihat kedepan, "Ayo. Akan ku tunjukkan kamarnya."

Kau tidak pantas ngomong seperti itu sambil berpenampila layaknya preman. Aku ingin sekali berbicara seperti itu, tapi jika aku berbicara-keras-keras dan terdengar oleh Louise, aku pastinya akan masuk ke rumah sakit lagi dan akan di catat di dalam rekor muri. Sebagai pasien yang paling sering masuk rumah sakit.

Kami berempat mulai berjalan dengan santai di jalan setapak menuju tangga yang meghubungkan dengan teras kecil yang pinggirnya di pagari kayu yang rapi. Kami masuk melalui pintu dengan dua daun pintu setinggi dua meter. Setelah melewati pintu, perasaan nyaman dan sejuk tercampur menjadi satu.

"Laki-laki di lantai dua, perempuan di lantai satu. Laki-laki bisa mandi di atas jam 9. Makannya buat sendiri."

Louise biicara seperti itu sambil berjalan lurus melewati tangga yang menuju ke atas di ikuti Risa dan Julia. Aku juga segera menuju ke tangga dan menghela nafas pelan. Aku menoleh kebelakang di mana seharusnya ada Dani tapi, ia masih berdiri di dekat pintu. Ia tampak kehilangan sesuatu.

"Oi, ayo. Aku mau tanya beberapa hal sebelum sore." Saat aku bicara seperti itu, ia tidak menunjukkan respon apapun.

"Oi. Kau kenapa?" aku bertanya sambil melepas ransel di punggungku dan menaruhnya di tangga, aku menghammiri Dani dan mengguncang pundaknya. "Dani. kau kenapa? Apa kau sakit perut?"

"Aku gak bisa melihat ketiga gadis itu mandi."

Walaupun lirih, aku sudah bisa mendengar apa yang di katakan Dani. Kemudian aku melepas tanganku di pundaknya dan pergi mengambil tas dan segera menaiki tangga. Aku mendengar suara langkah Dani yang terburu buru. Mendengar itu, aku juga mulai menambah kecepatan. Sesampainya di lantai dua, aku menemui sebuah lorong yang mengarah ke sebuah balkon dan di batasi oleh pintu kaca tertutup korden. Di sisi sebelah kanan lorong terdapat pintu, dan aku langsung masuk kesana.

"Tooru, jangan berkhianat kau. Kau juga maukan? Katakana jika kau mau."

Aku yang berhasil masuk ke dalam ruangan itu langsung menutup pintu dan mgnuncinya. Meninggalkan Dani yang masih di luar.

"Apa maksutmu? Jika kau ingin melihatnnnya, berarti kau siap mati." Aku melempar tas ke sudut ruagan.

Jika di lihatlihat. Ruangan ini mungkin kamar yang di sebut Louise. Terdapat meja kecil bundar di tengah dengan karpet di bawahya. Di sebelah kiriku terdapat tempat tidur bertingkat dua dan di sebelah tempat tidur itu tedapat lemari pakaian. Dan saat aku menatap lurus, disana terdapat jendela dengan korden putih.

"Mati adalah harga yang setimpal."

"Gak lah. Kau bisa mencari gambar yang sama di internet."

"Mereka hanya gambar. Aku ingin melihat yang asli."

"Kalau begitu pergilah tanpa ku."

Hening. Dani tidak membalas lagi. Aku juga tidak mendengar suara berisik yang di lakukan Dani dari tadi. Aku menempelkan telinga ke pintu dan sedikit konsentrasi dengan apa yang aku dengar. Aku tidak mendengar apapun. Setelah itu, aku membuka kunci dan mendorong pintu hingga terbuka. Disana aku melihat Dani terkapar dengan tas besarnya menimpat perutnya.

Soul Parable II -Return of Archer and The Fallen Angel Plan- (STOP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang