Lagi.
Aku memempikannya lagi.
"mengapa selalu mimpi yang sama?" tanyaku termenung.
***
aku berlari begitu mendengar suara terompet yang menggema memekakkan telinga. Kututup kedua telingaku dengan kedua tanganku.
Aku berada di sebuah hutan yang dikelilingi oleh kabut yang tebal. Kulirik sekelilingku dengan panik, ada sebuah gua yang kelihatan kumuh
Dikelilingi oleh tumbuhan hijau yang menggantung tampak tidak terawat selama ribuan tahun terlihat begitu mengerikan ditambah dengan mulut gua yang gelap. aku merinding
Kudengar suara sahut- menyahut yang diikuti oleh teriakan seorang pria.
Kulangkahkan kakiku mendekat agar bisa mendengar lebih jelas.
Sebuah hantaman. Teriakkan. Tangisan. Diikuti suara tawa yang mengerikan. Kemudian lenyap.
Sepertinya mereka telah pergi, tapi apa yang terjadi didalamnya?
"rozifel?" Tanya sebuah suara didalamnya
Hm, seorang pria. Apakah dia bisa merasakan kehadiranku?
Kuputuskan untuk melangkah lebih dekat.
"siapa diluar?" Tanyanya lagi, suaranya berat seperti suara seorang yang tidak memiliki kekuatan. Tapi indah.
"apakah itu kau, Rozifel? tolonglah, aku sekarat. Datanglah, aku mohon..." Pinta sebuah suara didalamnya dengan nada memelas.
Apa yang kaupikirkan, bodoh? Kau akan masuk dan mengeceknya? Idiot! Lagipula siapa itu Rozifel? pikirku dalam hati.
"Rozifel, mengapa kau meninggalkanku? Aku men—" sebuah bunyi gedebuk meredam suaranya; seketika kurasakkan tubuhku merinding, keringatku bercucuran.
Kewaspadaanku meningkat, tapi rasa penasaranku mendobrak habis semua ketakutanku.
Demi Tuhan thalia, apa yang kau pikirkan? didalam ada seseorang yang membutuhkan pertolongan dan kau berdiri disini seperti seorang pengecut?
Dengan penuh keyakinan kulangkahkan kakiku mendekati gua tersebut dengan tekad bulad; menyelamatkan si entah-siapa-yang-didalamnya
Aku melirik sebuah balok kayu yang ada didekatku tanpa pikir panjang kuambil kayu tersebut.
Mungkin aku bisa menghajar siapapun didalamya; pikirku spontan.
Aku memasuki gua tersebut dengan perlahan. Kegelapan menelanku. aku terus berjalan hingga kulihat sebuah lorong yang diterangi sebuah lentera
Aku melangkah masuk dan langsung terkejut dengan bau besi dan pemandangan didepan mataku.
Sebuah ruangan yang anehnya —beton— rapi. Ada sebuah tiang besi yang dibawahnya terdapat seorang lelaki terikat ditiangnya.
dia terduduk dengan rantai dikedua tangannya. Kakinya diikat dengan besi yang sangat ketat sehingga kakinya nyaris terkelupas sampai ke tulang dan matanya ditutup oleh sebuah kain. Darah ada hampir disekujur tubuhnya. Tulangnya patah. Bajunya terkoyak. Begitu mengenaskan dan mengerikan sehingga membuatku mengernyit saat melihat semuanya.
Aku membeku. Tanpa sadar kujatuhkan balok kayu yang sedari tadi kupegang.
Dia spontan menengadah seolah menyadari keberadaanku.