where it all began...

53 4 3
                                    

Aku sedang menatap keluar jendela sambil menimbang-nimbang mimpi yang kualami tadi pagi saat kudengar sebuah suara yang memecahbelahkan berbagai macam hipotesis yang susah payah telah kususun.

"Thalia lovalass" suara itu berdengung di ruangan kelas XI IPA – 3 dengan nada geram. Membuatku tersadar sepenuhnya dari lamunanku yang panjang.

Pemilik suara itu adalah mrs Dian. seorang guru killer matematika di tahun kedua kehidupan SMA-ku yang membosankan. Guru SMA yang masih berusia 30-an dan memiliki paras yang elok disertai lekukan tubuh yang dipuja para lelaki dan ditatap iri setiap perempuan membuat dia dipuja-puja seantero sekolah. Bahkan banyak murid cowok yang pernah menembaknya dan dibalas dengan perkataan yang membuat gilang— nama salah satu cowok malang itu— tidak sekolah berhari-hari karna patah hati dan shock. Dia terkenal dengan "taringnya" yang tajam dan kebiasaanya yang memberikan quis kepada murid-muridnya setiap satu minggu. Bayangkan! Seminggu sekali. Dan sekarang mata setajam elang-nya tengah menatapku berang. Aku ciut.

"ini sudah ke 3 kali-nya saya menegurmu dalam kurung waktu kurang dari 30 menit. Mengapa kau terus menatap keluar jendela? Apakah ada yang lebih penting di otak kosong-mu itu dibandingkan dengan pelajaranku ya?" tudingnya kejam.

Aku tak berani menatap matanya saat aku menggumamkan kata maaf yang bahkan tak bisa didengar selly, teman sebangku-ku. Aku merasakan setiap orang yang berada diruangan menatapku iba. Muka-ku memerah dan kurasakan bulir-bulir air mata yang sepertinya sudah ada di pelupuk mata. Tahan thalia, jangan menangis!

Tepat saat itu, bell istirahat menyelamatkanku. Aku meringis bahagia.

Mrs. Dian menatapku tajam dan menghembuskan nafas.

"Baiklah anak-anak, pelajaran kita sampai disini. Jangan lupa kerjakan kegiatan 2.1 di buku cetak kalian. Minggu depan akan ada quis mengenai nilai polionominal. Dan kau –tunjukknya kepadaku— kerjakan tugas extra dengan halaman 23-24 sekaligus dan kumpulkan di ruanganku. SIANG ini." Katanya dan tersenyum –mengerikan— manis. Dan kemudian berjalan keluar kelas , meninggalkanku dan segala kekesalanku.

"wuhuuuu! Gila lo thal, apaan sihhhh? Lo kan udah tau dia itu KILLER bangettttt, ngapain coba pake acara ngelamun. Yaampun!" seru selly heboh setelah dia benar-benar meninggalkan ruangan kelas.

Aku cuma mengangguk pasrah. "ga tau nih sel, lagi badmood. Mungkin kurang tidur kali ya? gue agak capek gitu."

"yaudah deh. Gausah terlalu dipikirin deh omongan si macan itu, dia tuh emang gitu kalo ngomong. Hehehe. Eh lo tau ga? Katanya kelas kita bakalan ada murid baru loh!! Horeeeeee semoga aja cowok yahh terus ganteng uhh. kan bosen Cuma ngeliatin muka-muka kayak si rafi cs. Gaada seger-segernya! Ahahaha" serunya sambil melirik cowo culun berkacamata yang sedang menatap buku matematika dengan serius. 3 orang cowo berpenampilan cenderung sama pun datang dan menghampiri-nya sambil saling membicarakan rumus.

"tuh kan liat. Yaampun nggak banget! Apalagi kalo liat andre cs. Hu tambah ilfil gue." katanya kemudian tertawa. Yang dia maksud itu andre yang notabene-nya cowok terjorok yang jarang mandi. Sekolah 2 kali seminggu. Sering banget kena kasus dan cabul. Ya ampun, selly. Sama yang pinter benci. Eh sama yang nakal ilfil. Maunya apa? Pikirku bingung

"hush sel, jangan gitu juga kali. Yaudah ya,gue males nih pengen tidur dulu. Pergi sana gih, lo ribut banget duh" kataku malas. Selly cemberut.

"yaudah deh heheehe maaf maaf. Tapi lo penasaran kan sama si Murid baru itu? kali aja duduk disebelah lo, kan si gilang udah pindah sekolah" tanyanya santai.

"sebodo amat." Kataku mengakhiri pembicaraan. Aku memilih pura-pura mendengarkan lagu melalui sepasang headphone yang kupasang ditelingaku, agar selly berhenti bicara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DeepestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang