Kutatap diriku yang kini terlihat sangat berbeda di depan cermin besar dihadapanku. Tubuhku dilapisi dengan gaun putih yang panjang. Rambutku disanggul menampilkan leher jenjangku. Make up ku yang tidak terlalu menor sangat membuatku berbeda.
Kalian pasti sudah bisa menebak kenapa aku seperti ini? Ya.. Hari ini aku akan menikah. Bersama cowok aneh yang baru saja kukenal.
Kami dijodohkan. Dan aku tidak boleh menolak itu semua. Huh.. Egois sekali. Sejak pertama bertemu lelaki dingin itu, aku langsung tidak suka padanya.
Aku merasa bicara bersama patung ketika mencoba bicara dengannya. Ya.. Kuakui memang dia sangat tampan. Tapi...
Tiba-tiba ketukan pintu terdengar. "Masukk.." Balasku. Seseorang kemudian muncul dari balik pintu sambil tersenyum senang melihatku.
"Wahh, Prill! Lo cantik banget. Sumpah!" Aku tersenyum mendengar pujian sahabatku itu. Mila, itulah namanya. "Makasih, Mil.." Jawabku.
"Oh iya.. Kita disuruh turun kebawah sekarang. Calon mempelai pria bersama rombongannya udah datang dan siap melangsungkan ijab kabul.." Kata Mila.
Aku menghela nafasku, "kayaknya gue gak bisa deh Mil.. Gue gak siap menerima semuanya" lirihku.
"Astaga Pril. Kenapa lo jadi plin plan gini sih? Awalnya lo menerima perjodohan ini. Tapi sekarang lo ga mau. Plis deh Pril. Gue gak suka lihat sifat lo yang ini." Omel Mila kesal.
"Tapi gue benar-benar takut dengan semuanya Mil," balasku. "Pril.. Lo harus pikirkan perasaan orang tua lo juga. Lihat mereka. Mereka terlihat bahagia. Bahkan sangat bahagia melihat lo akan menikah. Apa lo tega menghancurkan kebahagiaan mereka?" Nasehat Mila.
Aku menunduk. Benar kata Mila. Selama ini, kedua orang tuaku selalu menuruti permintaanku. Apa salahnya jika sekarang akulah yang menuruti permintaan mereka? Walaupun rasanya berat, aku berusaha ikhlas dengan semua ini.
Aku kemudian beralih menatap Mila. "Makasih yah Mil.." Lirihku kemudian memeluk sahabatku. "Sama-sama Pril.." Balasnya sambil mengelus punggungku.
"Sekarang kita turun yah. Mereka semua pasti sudah pada nunggu dibawah.. Yuk.." Ajak Mila. Aku mengangguk kemudian menggandeng tangan Mila erat.
***
Aku menuruni tangga dengan kaki gemetar. Aku benar-benar sangat nervous sekarang. Apalagi ketika orang-orang disana menatapku terus. Aku dibimbing Mila untuk duduk di samping Ali yang telah siap di depan meja ijab kabul.
Aku melirik kearah Ali. Dia hanya memasang wajah datarnya seperti biasa. Kulihat sang penghulu mulai berjabat tangan dengan Ali.
Ali mengikuti kata-kata ijab kabul yang dipintahkan sang penghulu. Dan tak lama kemudian,
"Sahh??"
"SSSAAAHHH!!"
Aku kini telah resmi menjadi istri Ali.
***
Inilah awal dari semuanya. Awal dari penderitaan yang akan Prilly rasakan. Rasa cinta yang perlahan akan tumbuh nantinya akan membuat mereka saling menyatu. Namun itu tak akan berlangsung lama. Sesuatu hal membuat Prilly harus bisa mengubur perasaan cintanya dengan Ali dan mengubur impiannya untuk selalu bersama Ali selamanya. -Author
Ali Jonathan Wijaya & Prilly Kimora Rusdiantoro.