Chapter 1

21.4K 1.2K 97
                                    

WARNING : Chapter ini mengandung(?) sedikit, um, harsh scene? (LOL) Still bearable tho for 16+. Enjoy!


.

.

.

Hidup itu aneh, dan tidak adil.

-x-


Semua orang yang mengenal Kim Jongin dengan baik tahu, jika laki-laki itu duduk bersandar dengan tangan bersedekap di dada, alis bertaut, dan sepasang matanya menatap tajam pada satu titik di kejauhan yang hanya dirinya sendiri yang bisa melihatnya, sebaiknya jangan mengusiknya selama beberapa waktu, karena itu berarti perasaannya sedang buruk. Sangat buruk. Tapi orang-orang yang mengaku teman-temannya tentu saja tidak repot-repot mematuhi peraturan ini.

Misalnya Park Chanyeol, yang langsung mengenyakkan diri di sofa empuk bar di hadapan Jongin dan menyilang kakinya penuh gaya. "Aku sudah melihat beritanya. Man, kau benar-benar membuat kekacauan."

Jongin mendengus. Ia tidak perlu diingatkan tentang hal itu. Pagi ini ayahnya sudah membanting koran keras-keras ke atas meja makan, tepat di halaman yang memuat kebohongan besar itu dalam kolom setengah halaman, dan melontarkan sejuta makian ke depan mukanya.

CALON PEWARIS TUNGGAL KJ GROUP TERLIBAT KASUS PELECEHAN SEKSUAL, begitu judul raksasa beritanya.

"Seumur hidupku, aku tidak pernah dipermalukan sampai seperti ini!" sembur ayahnya, suaranya menggelegar di seluruh ruang makan keluarga. "Putraku satu-satunya kubesarkan dengan susah payah hanya untuk melempar wajahku dengan kotoran!"

Tidak, kau tidak melakukan apa-apa untuk membesarkanku, batin Jongin seketika. Tapi melihat pembuluh darah di leher ayahnya yang berkedut-kedut karena marah, ia memutuskan lebih bijaksana untuk diam saja.

"Sebelumnya kau berkelahi di kelab malam, lalu mabuk-mabukan di hotel, dan sekarang ini. Sampai kapan kau akan terus bermain-main, hah? Berapa banyak lagi masalah yang ingin kau bawa ke rumah ini?!"

Koran di atas meja melayang ke dada Jongin yang berdiri mematung dengan lemparan penuh kemarahan, kemudian terbang berserakan di lantai.

"Apa yang bisa menghentikanmu?" seru ayahnya. "Kematian? Benar? Kau ingin aku mati lebih cepat, baru kau akan berhenti mencoreng nama baik keluarga ini?"

Chanyeol membuyarkan kilas balik singkat di dalam kepala Jongin dengan berkata, "Yah, kau memang membuat kehebohan besar kali ini."

"Aku sudah lelah memberitahu semua orang, berita itu melebih-lebihkan segalanya," kata Jongin malas.

Chanyeol mengangkat satu alisnya, tertarik. "Jadi, laporan si Miss X yang malang itu bohong?"

Jongin memutar bola matanya mendengar kata malang. "Apanya yang pelecehan seksual kalau dia benar-benar menikmati?" ia mencibir, teringat bagaimana perempuan yang melaporkannya ke polisi itu mengentak-entak bergairah di ranjang tepat tiga malam yang lalu. Kalau ada yang dilecehkan di sini, seharusnya itu Jongin. Percaya atau tidak, ia masih punya bekas-bekas cakaran kuku di punggungnya.

Chanyeol tertawa terbahak-bahak tanpa memedulikan perasaan temannya. Jongin harap lehernya patah saja sekalian, si brengsek itu.

"Hey, Brother." Satu lagi orang yang tidak diundang datang dan menghempaskan tubuhnya di sofa sebelah Chanyeol. "Kuharap aku belum ketinggalan banyak. Omong-omong, aku sempat melihat beritamu tadi siang di televisi. Hebat sekali."

Loveless CovenantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang