.
.
.
Apa yang tidak kau ingat tidak akan melukaimu.
-x-
Jongin mendorong pintu kamar Jaeyeon dengan satu kaki sebelum melangkah masuk, lalu sehati-hati mungkin menempatkan gadis itu dari gendongannya ke atas tempat tidur. Tubuhnya langsung bergelung dengan nyaman. Jongin menarik selimut menutupi sampai lehernya. Ia senang melihat Jaeyeon tertidur. Pulas. Tenang.
Jongin duduk di lantai yang dingin, menyandarkan pundak pada tempat tidur, memeluk kedua kakinya dan meletakkan dagu di atas lutut. Mendadak ia merasa sangat lelah.
Ciuman beberapa menit lalu masih menyisakan hangat di bibirnya. Tidak ada lanjutannya. Jongin belum seputus asa itu untuk mengambil kesempatan dengan seorang gadis mabuk. Meski begitu, ciuman itu saja sudah memunculkan perasaan-perasaan janggal. Cemas. Sedih. Rapuh. Kehilangan. Bersalah. Takut. Sayang. Tapi ia tidak ingin mengusir rasa itu jauh-jauh.
Ini bukan cinta, Jongin menenangkan diri. Ia menoleh pada Jaeyeon yang menggeliat pelan, menarik selimut sampai ke hidung dan berbalik memunggungi Jongin. Ini bukan cinta. Barangkali dalam tidurnya gadis itu sadar sedang ditatap. Ini bukan cinta.
Suara hela napasnya mengisi udara dingin yang kosong.
Jongin masih bermimpi buruk walaupun bertahun-tahun sudah berlalu. Sejak masuk ke rumah keluarga Kim, ia bermimpi buruk ketika tidur maupun sadar. Bekas luka di sekujur tubuhnya memudar bersama waktu, tapi rasa sakitnya tidak pernah hilang. Sampai Han Jaeyeon muncul. Gadis itu membuat emosinya tidak stabil nyaris sepanjang waktu, tapi kehadirannya membuat Jongin sejenak lupa bahwa pada dasarnya ia membenci segalanya.
Kulakukan ini karena kau putraku. Kulakukan ini karena aku menyayangimu. Kami mencintaimu. Appa mencintaimu. Aku mencintaimu.
Semua mimpi buruk bermula dari sana. Jongin tidak menginginkan cinta terkutuk itu dalam hidupnya.
Sedangkan untuk Jaeyeon... Jongin akan memastikan segalanya berjalan sesuai rencana demi gadis itu. Setelah masa enam bulan perjanjian berakhir, mereka harus berpisah, dan Jaeyeon bisa kembali melanjutkan hidupnya. Mereka mungkin bisa tetap berhubungan sebagai teman. Atau rekan? Suatu saat, Jongin ingin melihat gadis itu memakai gaun pengantin pada hari pernikahan sungguhannya, mungkin dengan Si Maskoki pujaannya itu. Karena selera Jaeyeon payah, Jongin tidak bisa memikirkan orang yang lebih baik.
Tapi tidak masalah. Han Jaeyeon akan aman dan bahagia, mencintai dan dicintai, asal bukan oleh dirinya.
Jongin menoleh pada gadis itu yang masih memunggunginya, lelap dan tidak tahu apa-apa.
"Tidurlah," ia bergumam. "Tidur dan lupakan semuanya. Apa yang tidak kau ingat tidak akan melukaimu. Dengan begitu kau akan baik-baik saja."
Tidak satu pun harapan Jongin dalam hidupnya pernah dikabulkan, tapi sekali ini, semoga Tuhan, kalau Dia memang ada, atau mungkin takdir, yang tidak ia percaya, berbaik hati padanya. Sekali ini saja.
.:.
Sooo, ini adalah scene yang kudelete dari chapter 8 karena entah kenapa suasana feel-nya terasa nggak sesuai(?) dan kupertimbangkan apakah harus dipublish atau nggak, dan akhirnya kuputuskan untuk dipublish saja. Hehe. Oh ya, Chapter 9 nanti mungkin akan kupublish lebih awal sehari, karena Jumat depan sepertinya jadwalku penuh *LOL*
See ya~ <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Loveless Covenant
Fanfiction[trilo(ve)gy 1--for you who are scared of love] Han Jaeyeon punya masalah; hidupnya terikat utang dalam jumlah besar yang tidak bisa dilunasinya. Kemudian ia bertemu Kim Jongin, pewaris perusahaan besar yang terkenal dengan reputasi buruk skala na...