"Anna,tolong kau pergi ke tempat bibi Rachel" teriak ibuku yang membuyarkan lamunan ku.
"Baik bu" Aku pun beranjak menuruni kursi panjang di depan ladang dan mulai berjalan memasuki rumahku .
Hah, kursi ladang, Rumahku berada di sebuah desa yang tidak jauh dari pusat kota, New York. Rumahku adalah rumah kecil sederhana dan nyaman beserta ladang yang besar dan terdapat kandang kuda.
Tentunya diisi oleh ke 4 anggota, aku, ayah, ibuku dan daniel, adik lelaki kecilku berusia 3 tahun dibawahku, adiku kini telah lulus dari sebuah sekolah didesa dan membantu ayahku berladang, kulitnya yang putih sekarang terbakar matahari meskipun begitu ia tetap memiliki pendamping, rosse, aku pernah bertanya pada rosse satu waktu,"apa yang kau sukai tentang adikku?" dengan tertawa ia menjawab "tak ada, hanya matanya yang mampu menenggelamku" jawaban macam apa itu, akupun ikut tertawa dibuatnya, lalu ia pun bertanya "mengapa kau tanyakan itu? Kau kakaknya mengapa kau tanyakan hal seperti itu padaku?" ucapnya, aku pun bingung karena kala itu aku hanya iseng dan sendiri, ya baiklah, aku merasa iri pada adikku yang telah memiliki rosse tapi aku? Sendiri bagai bunga ditengah ladang, itu lah aku,yang kukatakan pada rosse hanyalah "tidak, aku hanya penasaran, jangan diambil hati" dan akupun pamit padanya karena takut jika ia akan menerorku dengan berbagai pertanyaan hingga ia puas dan memberitahu pada daniel dan akhirnya daniel memberitahu pada kedua orangtuaku dan akhirnya mencarikan aku jodoh. TIDAK. Bunuh aku sekarang, aku memang seseorang yang selalu berfikir kemana-mana dan jika sampai itu terjadi, tolong siapapun, arahkan senapanmu padaku.
Desaku adalah desa dengan semua orang ramah yang kebanyakan petani yang menghisap cerutu hitam dan gaun petani didalamnya, semua menyapa,semua tersenyum, semua membantu, ya itulah desaku.
Akhirnya aku sampai didepan ladang Antonie ya, antonieku, bisakan aku menyebutnya milikku? Oh ternyata tidak, dia bukan milikku, miris sekali aku harus seperti ini, dan lihat betapa panjang kakinya dan kokohnya tulangnya, kau harus melihat ketika ia membenarkan kereta kudanya ,dia bagai peri kuda, oh tuhan apa yang ku katakan, sebuah suara mengusik lamunanku dengan tangan yang melambai didepan wajahku, oh tunggu mana antonie ku? Kemana ia? Mengapa hilang? aku tak dapat menyebunyikan kegelisahanku, aku mencoba ingin mencarinya ketika sebuah tangan mencengkram pundak ku erat
"Apa yang kau lakukan, anna?" aku pun menatap wajahnya dan terperangah
"Antonnie? Ta..ta..tapi.. Tadi..ta..tadi..kau" akupun sibuk sendiri,bingung menjelaskan tadi ia berada dibawah situ dan sekarang ada disebelahku,apakah dunia tengah mempermainkanku? Seseorang tampar aku. Aku malu! Amat malu! Kubur aku sekarang!
"Ya, tadi aku disana dan aku melihatmu, oh! Aku tahu, kau menatapku kan? Aku tahu aku ini memang terlihat seksi ketika sedang bekerja tapi kau tak perlu menatapku bagai singa kelaparan hahaha" oh tunggu, apa yang dia katakan? Apa terpampang jelas tulisan itu diwajahku oh tidak, pipiku memanas, aku butuh air, kolam tolooooong!
"Tunggu, pipimu memerah hahahaha, kau bagai tomat busuk anna haha" sialan, ia mengataiku tomat busuk, sebusuk itukah aku? Seseorang tolong katakan.
"Apa maksudmu? Kau ingin ku lempar dengan keranjang ini, hah?!" teriakku tepat diwajahnya, iapun beringsut kebelakang
"Lalu, ada apa kau kemari hm?" ucapnya, OH MY GOD! kadar keseksiannya bertambah, aku tak boleh ketahuan lagi tak boleh sudah cukup aku memperlakukan diriku bodoh didepannya,cukup. "Antonie, bisa kah kau mengantarku ke tempat bibi rachel? Ibu ku menyuruhku membawakan pie ini untuknya".
Ia pun tersenyum padaku dengan senyum yang amat manis, ya Antonie pemilik senyum termanis didesa ini, bahkan semut pun kurasa ingin mengigit bibirnya itu, matanya yang biru sebiru langit dengan rambut pirangnya siapapun gadis yang melihatnya pasti akan bertekuk lutut padanya, ya, pasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Man of the Autumn
Romancededaunan mulai berguguran dari ranting-rantingnya, suara gemerisik dedaunan dan hembusan angin bagai melody indah yang tercipta sendirinya untuk menenangkan hati sang penikmat. dibangku taman itu,di musim kemarau itu,duduk seorang wanita lanjut usia...