hsjs

12.7K 139 12
                                    

Sheilenne P.O.V

Aku benar-benar frustasi, laki-laki gila itu benar-benar membuka kartu yang dipegangnya kepada Angelyn. Semuanya. Ya. Semua.

Dari awal aku bertemu dengannya saat menguntit untuk yang pertama kali, hingga kejadian yang terjadi saat di Apartement nya.

Angleyn yang mendengar hal itu hanya bisa diam tercengang, wajah nya tak terbaca.

"Aku benar-benar merasa malu dengan perbuatan mu, sepupuku. Aku, aku..." Angelyn mengerang pelan, tanda bahwa dirinya merasa frustasi.

Sedangkan aku hanya diam sambil meringis pelan. Aku berjalan bersisian dengan nya, sedangkan sepupuku ini hanya menatap lurus kedepan, dan berjalan secepat mungkin menuju mobil yang ditumpangi mereka.

aku sengaja tidak membawa mobil ku, sangat tidak efektif bukan jika aku membawa mobil. Sedangkan Angelyn juga membawa mobilnya.

Saat ini aku dan Lyn sudah berada di dalam mobil McLarrent Yellow miliknya, aku hanya duduk terdiam di samping Angelyn yang sibuk dengam handphone nya.

"Kita menunggu apa sih?" Dia hanya terdiam dan terus memainkan jarinya diatas layar smarthphone berlogo apel miliknya.

Aku mendengus pelan. 'Apa kah dia marah? Tapi apa haknya dia marah pada ku? Apa dia punya hubungan dengan si fotografer brengsek itu?'

"Kau marah pada ku Lyn?"

"Pikirkan saja pada otak bodoh mu itu." Ucap nya ketus. Aku memandangnya tidak suka, dia membalasnya dengan tatapan sengit.

"Hei! Apa hak mu memang?!" Aku dapat merasakan volume suara ku meningkat. Tidak-tidak, aku seharusnya tidak marah begini pada Lyn.

"ASAL KAU TAHU YA! KELAKUAN MU INI SUNGGUH SUDAH BERADA DI BATAS YANG TAK BISA DI TOLERANSI-" Lyn meninggikan oktaf suaranya, sadar akan emosinya Lyn menarik nafas panjang dan menghembuskanya perlahan. Menahan emosi yang terpancing.

"Kau benar-benar keterlaluan, Shei!"

Lyn membanting handphone pada dasbor mobilnya dan mulai menghidupkan mobilnya.

***
Angelyn P.O.V

Sumpah. Aku bersumpah. Ini sangat memalukan. Aku tak mengerti dengan pikiran yang dimiliki oleh sepupu bodoh ku ini. Bisa-bisanya dia mempermalukan dirinya sendiri.

Bagaimana bisa dia menguntit orang seperti itu? Bahkan dia nekat mencium laki-laki yang tak dikenalnya hanya untuk merasakan ciuman nya? Sinting.

Aku memarkirkan mobil ku cepat pada garasi rumah milik Sheilenne, ban mobilku terdengar berdecit karena belokan tajam saat memasuki garasi milik Shei.

Aku turun dari mobilku, meninggalkan Sheilenne yang masih terdiam didalam mobil. Entah lah, mungkin otak bodohnya itu sedang memikirkan bagaimana caranya untuk mengehentikan aku berbicara pada ibunya.

"Haii Lyn.." Mom shei menyapa ku hangat dengan senyum penuh miliknya.

"Hai tante, Lyn kangen banget sama tante." Aku memeluknya pelan.

"Tante, Lyn pingin bicara empat mata sama tante." Aku mengalihkan pandangan ku dan menatap Shei tak kalah sengit.

"Ada apa sayang?"

Tiba-tiba Shei menarik lengan ku "biasa mom mau izin nginep" teriak shei, setelah berhasil menggiring ku menuju kamarnya.

Aku menahan tubuh ku saat hendak memasuki kamarnya. "Lyn.. please?"

"Gak."

"Gue bakal jelasin semuanya. Okay?"

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

please, kiss me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang