II

5.3K 400 12
                                    

Baekhyun membuka matanya perlahan-lahan, semuanya terlihat gelap. Matanya tertutup lagi tidak tahan terhadap sakit yang ia hadapi di seluruh tubuhnya termasuk matanya.

Suara sirene ambulan dan mobil polisi bergantian bersahutan. Para pejalan kaki warga Seoul mengerumuni si korban, memandang prihatin.

Flashback

Chanyeol's POV

"Aku harus memenangkan pertandingan ini, harus!"

Aku pun langsung mengambil jalan pintasan dekat dengan apartemen xx. Aku melihat Jae Min yang berada didepanku.

"Oh, anak itu juga curang ya? Pantasan akhir-akhir ini dia selalu menang"

Dia berada jauh didepan dariku, aku harus mengejarnya. Aku pun menaikkan kecepatan motorku.

Dia melewati lampu lalu lintas yang berada didepan sana, padahal lampu masih menunjukkan warna merah. Mau tidak mau, aku juga harus melanggar peraturan lalu lintas.

Karena mataku selalu tertuju kepada Jaemin, aku tidak menyadari seseorang sedang menyebrang, 4m dari tempatku. Dia memakai baju bewarna hitam yang senada dengan langit malam, dan sedang menatap kosong ke arahku dengan wajah cantiknya. "Dia perempuan?"

Aku berusaha untuk menghindari motorku dari dia, tapi tidak bisa. "Akkkh"

Aku menabraknya, itu betul. Darahnya keluar dari salah satu bagian tubuhnya. Aku langsung mengambil motorku yang jatuh, lalu melesat meninggalkannya. Pengecut? Memang benar aku pengecut, kenyataan memang seperti itu. Orangtuaku selalu mengatakan seperti itu kepadaku. Mereka selalu membedakan aku dengan adikku, entah apa yang membuat kami terasa berbeda. Di umur 5 tahun, aku ditinggalkan oleh mereka, dititipkan di rumah ahjumma. Tentu saja, mereka membawa anak kesayangannya -yang tak lain, dan tak bukan- adalah adikku. Setiap bulannya, mereka mengirimkan aku beberapa juta won untuk memenuhi kebutuhanku, padahal kami tinggal di negara yang namanya sama. Tapi apa gunanya uang jika tiada kasih sayang?

Aku membawa motorku dengan keringat yang membanjiri tubuhku. Padahal malam ini, suhu mencapai 10 derajat pada saat aku mengeceknya tadi. Aku bukanlah psikopat yang tidak akan merasa bersalah walaupun sudah membunuh puluhan bahkan ratusan orang. "Mungkin ini efek dari yang tadi" batinku.

Kibaran bendera bermotif papan catur menyambut mataku. Aku mengalahkan semua orang yang mengikuti balapan ini, yang berarti aku mendapatkan peringkat pertama. Aku memarkirkan motorku, di tempat dimana seharusnya berada, lalu membuka helmku. Hyerin menyambutku dengan senyuman di wajahnya,"Chukhahae chanyeol!"

"Ahhh, gomawo hyerin"

Senyum yang tadi sempat muncul, langsung tergantikan dengan dahi yang berkerut."Kau kepanasan?"

"Hah?". Aku pun langsung mengelap keringatku dengan tangan."Iya"

Hyerin mengambil saputangan dari celana mininya, memberi chanyeol saputangan tersebut."Padahal hari ini dingin sekali loh, kau yakin tidak apa-apa? Apakah ada masalah yang terjadi?"

Chanyeol mengelap keringat yang membasahi tubuhnya."Kau cerewet sekali, aku tidak apa-apa"

"Oh, yasudah, hari ini ja-?"

"Kepada siapa aku bisa meminta hadiahnya? Aku ingin cepat-cepat kembali ke rumah"

"Lee yang memegang hadiahnya, dia sedang berada disana". Hyerin menunjuk Lee yang berada di sebuah bar yang tertutupi kaca bening, sehingga terlihat lee yang sedang berbincang dengan kerbatnya.

"Ohh, aku ambil hadiahnya dulu ya"

Chanyeol bergegas turun dari motornya dan pergi ke bar tersebut, sedangkan hyerin hanya menunggu di depan motornya. Selang beberapa menit, ia pun kembali ke motornya.

UnfairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang