Baekhyun membuka matanya, mengerjap-ngerjapkannya dengan gerakan slo-mo, karena dia tidak menerima perkembangan dari kedua mata kecilnya.
"Eomma, eodiseo?"
Eomma Baekhyun langsung tersentak kaget dari sofa yang tadi ia tempati untuk tidur. Begitu juga, dengan suaminya yang beberapa menit yang lalu, langsung berjalan cepat dari arah dapur kecil yang berada disana.
"Baekhyun, kau sudah tersadar?"
Suara berat dari appa baekhyun, membuatnya mengernyitkan dahinya sendiri. "Appa?"
"Ne, aku baru saja datang"
"Dimana eomma?"
"Disampingmu, baekhyun" ucap eomma baekhyun sambil mengusap tangan baekhyun untuk memperjelas dimana keberadaannya sekarang.
"Eomma, kenapa tidak ada yang berubah?"
Bibir eomma baekhyun melengkung ke bawah. Sorot matanya berubah menjadi prihatin. Ia mengela nafasnya berat.
"Eomma ingin menjelaskannya tapi-"
"Biar appa saja yang menjelaskannya". Appa baekhyun menyuruh istrinya untuk kembali duduk di sofa kembali, mengingat ada cabang bayi yang sedang berada di perut itu.
"Baek, kau mengalami kebutaan dan patah kaki"
Baekhyun tercengang, nampak dari mulutnya yang menganga. Sungguh ia sangat sangat tidak mempercayainya. Tapi suara tangisan eommanya membuat ia mempercayai kata-kata yang baru saja dilontarkan dari mulut appanya.
"Hiks". Suara tangisan baekhyun menambah suasana kesedihan di ruangan itu, disusul dengan tetes demi tetes air mata yang berjatuhan dari matanya, membasahi selimut rumah sakit yang ia pakai untuk tidur tadi.
Eomma baekhyun berhambur untuk memeluk baekhyun untuk menenangkannya, walaupun hatinya sendiri belum bisa tenang. Sementara, suaminya hanya melihat mereka, tidak bisa menangis.
"BAGAIMANA AKU BISA MENGIKUTI PELAJARAN NANTI! AKU TIDAK BISA MELIHAT! ITU BERARTI AKU TIDAK BISA MEMBACA!". Baekhyun berteriak memberontak, masih tidak menerima kenyataan.
Baekhyun tidak bisa lagi untuk berfikiran jernih, memikirkan hal-hal negatif yang akan dialaminya.
Apakah sahabatnya masih akan menerima dia yang tidak bisa melihat lagi?
Apakah ia masih bisa menjadi peraih peringkat pertama?
Apakah akan ada yang menyukainya jika ia buta seperti ini?
Sekelabat pertanyaan itu membuat baekhyun semakin ingin memberontak, menyesali ia tidak memanfaatkan matanya untuk merekam semua kejadian yang ia alami dan memasukkannya ke dalam otaknya.
"Baek, besok aku akan menelfon wali kelasmu untuk menyatakan bahwa kau tidak akan masuk 14 hari"
Baekhyun mengangguk kecil, mengiyakan pernyataan tersebut. Eommanya mengelus punggung baekhyun,"Kau harus bersabar, baekhyun, Tuhan tidak akan memberikan cobaan yang tidak bisa kau lalui"
Appa baekhyun menepuk pundak baekhyun, mencoba untuk menenangkannya, sebagai seorang laki-laki.
***
Chanyeol menjinjitkan kakinya seperti maling agar tidak terdengar oleh si pemilik rumah. Tidak terhitung sudah beberapa kali chanyeol melakukan ini. Ia menghidupkan saklar lampu yang berada di sekitar pandangan matanya.
"Ekhm". Suara tersebut muncul setelah ia menyalakan lampu itu dengan hati-hati. Ia melihat ke depan -dimana asal suara itu-.
"Sudah jam berapa ini? Darimana saja kau?" tanya suara itu, yang kita tak duga-duga itu adalah bodyguardnya.
Chanyeol tidak menjawab. "Masih mau mendapat hukuman?"
Bodyguard itu mengendus-ngendus baju Chanyeol,"Alkohol? Sudah berapa kali kau melakukan ini?" mengucapkannya dengan tenang, tetapi menakutkan.
Memang sebelummya, chanyeol mampir dulu ke bar yang berada tidak terlalu jauh dari rumahnya, hitung-hitung untuk menghilangkan masalahnya sementara.
"Bukan urusanmu!" ucap Chanyeol, sengaja menghentak-hentakkan kakinya dengan keras agar membuat bodyguard itu takut.
Tapi bukannya takut yang ia dapatkan, malah bodyguard itu mencengkram tangannya dengan erat.
"Kau kira, kau bisa kabur?"
"Memangnya kau siapa yang bisa mengaturku? Appaku lah yang membayar kau sehingga bisa bekerja disini"
"Lalu? Yang menggajiku kan ayahmu, bukan kau!"
"Jika aku mau kau berhenti, aku bisa-"
"Dia tidak mau memberhentikanku, chanyeol, aku tidak peduli dengan ancamanmu!"
"Sebentar". Bodyguard itu mengambil ponsel dari saku kemejanya dengan satu tangan, menekan layar sentuhnya.
"Yeoboseyo, sajangnim! Maaf mengganggumu, aku tahu ini masih terlalu pagi untuk menelfonmu"
"Gwaenchanha, apa ada sesuatu?"
"Hukuman apa yang tepat untuk Chanyeol?"
"Apa yang ia lakukan?"
"Ia baru saja pulang beberapa menit yang lalu dan meminum alkohol"
"Serahkan ponselmu kepadanya" ujar appa chanyeol yang diikuti dengan bodyguard yanh menjalankan perintahnya.
"Chanyeol"
30 detik...
60 detik...
90 detik...
"Aku tahu kau sedang memandang layar hp ini/tidak mendengarkannya di telingamu, tapi kau tidak menjawab pertanyaanku seakan-akan kau tidak mendengarkannya"
"Minggu lalu, appa memberikan kau hukuman dengan menyita kendaraanmu yang bisa kau pakai setelah sebulan lagi"
"Tadinya appa ingin mengurangi waktunya, berharap kau tidak akan mengulanginya lagi, ternyata baru beberapa hari saja, kau sudah berbuat ulah lagi"
"Sebelumnya, minwoo -bodyguard tersebut-, kau dengarkan ini baik-baik dan catat dalam pikiranmu"
"Jadi untuk hukumanmu minggu ini, appa akan mencabut fasilitas yang kau gunakan, kendaraan, kartu kredit, playstation, wifi, laptop dan ponsel, juga pulang harus jam 10 tepat paling lama, kalau kau tidak menaatinya, kau akan menerima konsekuensinya nanti.
Chanyeol's POV
"Apa?! Ponsel, kartu kredit, playstation?!!". Aku geram, semuanya yang ia sita? Sementara dia bersenang-senang disana?"
"Kenapa appa tidak mengurus sekretaris barumu itu saja? Kenapa lebih mementingkan aku?" bentakku sambil memutus sambungan telepon.
Tut. Tut. Tut.
***
Hello! Author disini!!!
Sorry for typo(s) and voment guys!!!
Saranghae readers!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfair
FanfictionGenre: Romance, Angst, Yaoi Rate: T Cast: -Byun Baekhyun -Xi Luhan -Park Chanyeol -Oh Sehun -and others Summary: Chanyeol mempunyai masa lalu kelam yang tidak baekhyun ketahui, mungkinkah baekhyun akan menerimanya? Disclaimer: Semua cast milik Tuha...