Part 1 (My Piano)

187 2 0
                                    

Ku termenung dalam suara alunan melodi yang menurutku hal tabu, namun alunannya indah bergemercik dalam hatiku. Hari ini adalah hari ke-Seminggu usiaku yang baru beranjak 7tahun atau kelas 2 sd.
***
Aku melihatinya dengan penuh hati hati, dan aku mulai menjentikkan jemari jemari ku mencoba mengikuti ibuku yang hobinya ialah bermain piano. Dan seakan akan jemariku menari nari di atas not not nada yang berwarna putih dan hitam. Semenjak dari situ aku mulai membiasakkan bermain musik piano dengan wajah gembiraku dan aku sangat menghayati tiap tiap lagu yang ibu ajarkan padaku. 10 tahun silam.
***
Kini alunan lagu lagu yang diajarkan ibu padaku hanyalah menjadi cerita, ingatan, maupun kenangan yang hanya membekas dalam pikiran yang abadi. Setiap ku bermain alat musik kegemaranku, seakan akan ibuku bermain bersamaku. Ia seperti mengiringiku dalam bermusik. Aku memainkannya dengan penuh penghayatan dan selalu saja di benakku terdapat gambaran gambaran ibu. Mulai dari melatihku bermain piano, bersabar ketika ku selalu mengulang bagian yang sukar, dan lain lain. Kali ini aku memainkan lagu karya ibuku.. 'Keluargaku' tak ragu ragu aku mengeluarkan penghayatan dan disertai bayangan2 ibu ketika ia masih di dunia.
Tanpa ku sadari bulir bulir air mata ku pun jatuh begitu saja mengenai not not piano yang bernada lembut dan harmonis.
***
Aku tak kuasa menahan tangis karna ingatanku bersama ibuku. Aku sangat sangat lah merindukannya. Aku ingin sekali bertemu dengannya walau hanya satu kali, namun apa daya itu hanyalah harapan yang tidak akan pernah terjadi. Ibuku sudah meninggalkan dunia yang megah ini kurang lebih 6 tahun yang lalu, dari situ aku sangat sering berlatih dalam bermain piano. Kelak cita citaku yaitu menjadi seorang Pianis layaknya ibuku yang terkenal pada jamannya saat itu.
Pintu studio musik di sekolah pun terbuka, dengan terburu buru aku pun menghapus air mataku kasar dan mencoba mengatur nafasku lalu ku lihat seseorang yang telah mengagetkanku dalam bermain musik kesayanganku yang membuat ku berhenti bermain.
***
"Kenapa sendirian aja?"
Sambil berlari kecil, salah seorang siswi perempuan itu pun duduk disampingku di kursi kecil untuk bermain piano dan menatap lurus ke arahku. Untung saja air mataku sudah berhenti mengalir.
Sebelum ia menghampiriku, aku dengan cepat membersihkan sisa sisa air mataku. Aku pun menoleh kepadanya dengan tatapan hampa tersirat di benakku.
"Ada apa?" Ku tanya dengan singkat
"Ras, lo jangan sok sokan nyembunyiin perasaan deh. Kayak baru kenal sama gue aja"
Laras itulah nama panggilanku pemberian ibuku yang sudah tiada.
"Ya udah sih lagian lo ngapain coba kesini"
"Laras liat gue"
"Nggak"
"Laras!" Bentaknya sambil menghadapku
Dengan angotnya ku menoleh kepadanya.
"Astaga! Lo abis nangis?!"
Ucapnya sambil menepok-nepok pipiku yang masih lebam.
Aku terdiam dan menatapnya sendu, tak bisa aku menyangkal nya ataupun membohongnya.
Karna Mimi sahabatku semenjak ku kecil dan ia tahu persis seluk belukku seperti apa.
To be continued..

My PianoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang