Part 6

45 2 0
                                    

Kini aku tengah berbaring di kasur dan terpengarah kepada tempelan bintang bintang yang indah menghiasi langit langit kamarku disaat gelap mendatang.
Aku pun bersenandung mengikuti alunan lagi yang ku nyalakan di earphone ku.
Entah mengapa lagi lagi bayangan ibu bertengger manis di tengah tengah hamparan bintang itu. Akhirnya.. Aku tak kuasa menahan tangisku. Air mataku pun jatuh menyamping.
"Mah kenapa harus pergi?"
Ku mengangkat tanganku seolah olah akan ku gapai bintang itu dan ku gapai wajah ibuku yang cantik jelita.
Tiba tiba di benakku, aku bisa terpikirkan sesuatu yang muncul
Aku harus memenangkan kompetisi itu demi membuat ibuku disana tersenyum dan bangga melihatku dibawah sini. Batinku seraya berkata. Aku mengelap air mata ku kasar dan kucoba untuk memejamkan mata sambil ku berbalik badanku.
***
Pagi mendatang, aku sudah siap dengan seragamku dan buku musikku yang kugenggam erat di depan dadaku sambil ku dengarkan alunan musik yang indah di telingaku.
Aku tetap terus menunduk hingga ku tak sadari tubuhku menubruk seseorang yang tinggi dan aku kenal parfum ini.
Aku pun mendongak dengan pasti dan..
"Arvi? Kamu ngapain disini?"
"Loh emang kenapa? Aku salah kalo ngeliat sekolah kamu?"
"Ck! Kamu kan ke jakarta buat liburan. Jangan buang waktu kamu sia sia" Aku berdecak kesal
Ia mencolek daguku supaya kembali menatapnya.
"Aku kan pengen nonton kamu berkompetisi. Lupa?"
Aku merenungkan kata kata tersebut dannn
"DOOOORRRRR!!!"
Aku didorong seperti dikagetkan oleh seseorang, hampir saja badanku terjatuh segera arvi menangkapku dan mengembalikan posisi ku kembali semula. Buku musik yang kugenggam erat kini jatuh. Aku pun kesal dan menoleh kebelakang, ku lihat gadis itu penuh senyum jail.
"Mimi jangan ngagetin gue deh!" Aku bergumam
"Hahahahha abisnya gue bete sih jadi gue ngagetin lo aja."
Mimi pun membungkuk dan mengambil buku musikku lalu memberikannya padaku
"Semangat latihannya sahabatku"
Ia mengibas kan rambutnya yang sedikit hitam kecoklatan seraya meledekku dan mengenai wajahku kasar
"Ck! Dasar"
***
Aku memang diizinkan untuk belajar atau tidak belajar, karna kompetisi ini makin mendekat jadi ku harus kejar dengan berlatih bermain piano secara sungguh sungguh. Guru piano ku juga tak kunjung datang. Aku pun bisa belajar sendiri. Karna berlatih sendiri, hati terasa sepi namun nyaman untuk merasakan dan aku bebas menghayatinya semauku.
Kini aku sudah duduk manis di kursi piano, ku taruh buku ku tepat di tempat khusus menaruh buku disana.
Ku mulai menjentikkan jemariku dengan lembut ke not not piano sambil ku setel di telingaku.
Arvi duduk manis disebelahku dan memakai earphone ku yang satu lagi, hmm kita memakai 1 earphone namun berdua hehe. Ia mendengarkan lagu yang akan ku mainkan nanti saat kompetisi 'Moonlight Sonata' karya Ludwig Van Beethoven.
***
Jam istirahat tiba, Arvi sudah pulang daritadi dan aku sudah duduk di salah satu meja kantin dan masih ku pasang earphone di telingaku, karna memang itu sudah menjadi ciri khasku. Aku lebih suka sendirian, dibanding beramai ramai membicarakan gossip yang tidak jelas.
Aku pun menyuap sendok demi sendok makanan Nasi putih. Serta lauknya itu Rolade, Balado kentang, dan bakwan jagung. Makanan yang selalu ku makan tiap jam istirahat tiba.
"Hey sendirian aja?"
Aku mendongak dan ku lihat ke arah suara yang langsung duduk persis tepat di depanku.
To be continued..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 22, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My PianoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang