"Aku tidak akan kembali lagi"
"Kenapa? Karena aku?"
"Bukan urusanmu"
"Tapi kau belum membelinya"
"Aku tidak tahu kau, dan kau tidak tahu aku"
"Kita bisa berkenalan"
Lalu aku pergi tanpa menyahutinya lagi.
Aku menarik selimut hingga kain ringan itu menutupi seluruh wajahku. Helaan napas muncul seiiring ingatanku pada malam kemarin.
Berkenalan? Aku lupa kapan terakhir orang mengajakku berkenalan. Mungkin lima tahun terakhir ini, tidak sampai sepuluh orang yang mengenalku. Dan tidak sampai dua orang yang mempedulikanku. Seorang pria yang tak kukenal itu mungkin orang yang berusaha mengusik kehidupanku. Ia mungkin orang jahat berwajah baik yang ingin menusukku pelan-pelan. Rasa curiga dan takut kembali menghampiri. Aku memperdalam wajahku dibalik selimut.Mata kelabunya.
Pancaran matanya melewati benakku, seolah langsung menghapus segala kecurigaanku. Ia memperlihatkan kesungguhan dan-sesuatu yang lain, sesuatu yang tidak dapat kumengerti.
Sekarang pukul delapan malam, biasanya aku sudah berdiri di depan Plein d'Amour dan meratapi gaun dari luar toko. Namun hari ini berbeda. Aku sudah berkata padanya bahawa aku tidak akan kembali lagi, dan aku ingin membuktikannya. Belum sampai satu hari, aku sudah merindukan gaun itu. Gaun pertengahan klasik dan modern, tanpa pernik glamor. Sederhana tapi cantik. Bagian bawahnya berbahan tule menjuntai lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAYS WITH YOU | √
Short StoryHari demi hari, mereka menghitung saat-saat mereka bersama. Hari demi hari, keadaan berbeda, berbagai kenangan tercipta. Hari demi hari, tangis dan tawa menyertai wajah polos keduanya. Hari demi hari, mereka mulai lebih banyak belajar tentang kehidu...