Bab 1 : Bukankah satu permulaan itu satu pengakhiran untuk satu permulaan

2.9K 51 2
                                    

Dia duduk di dalam kereta, tangan di stereng dan mata tak sudah sudah melirik jam. Waktu masih lagi jam 1047 dan dia masih lagi belum membuat keputusan untuk keluar dari kereta sekarang, atau keluar dari kereta sebentar lagi.

Well, dia boleh keluar sekarang, dan berjalan maha lambat ke arah kafe itu, pura pura sibuk di telefon sambil memberi isyarat tangan pada garcon ' table for two ' atau dia boleh duduk di dalam kereta dan menyiksa diri nya dengan melirik waktu setiap satu saat ditemani Debussy.

Arif menelefonnya tadi malam, tiba tiba, as usual , kerana rupa rupanya di zaman ini sesuatu yang tiba tiba itu lebih normal dari sesuatu yang di rancang.

' Hi babe, wachu up to ? '
Aku dengar suaranya, dalam dan tidak ber-tona, as if sentiasa ada cekodok tersangkut di tenggorokannya.
' Hey you, nothing much. Just got back from Zumba. My ass is so sore ' - aha, berdekad di dunia dating, i have perfected my art of flirting. Bersahaja, kasual tetapi ada elemen yang menjanjikan harapan. Contohnya, my ass yang di harap akan memberikannya a steamy mental image.

Dia ketawa- dan cekodok di dalam tenggorokannya sepertinya sudah sedikit longgar

' Well, can i take you and your sore ass out for coffee? '

Hmm. Coffee before midnight.
Ini bukan soal minum kopi di temani sepotong kek gluten-free di kafe ber interior industrial with a touch of Japanese aesthetics.
Ini adalah sebuah idea. A possibility.
Coffee means let's see each other and see what happens. If we like each other then ' coffee ' can mean kissing, and maybe lots of it.
Coffee can also mean let's just skip coffee altogether and go for a fast drive in the city, talk to each other with the background of loud music and end up somewhere. On our own or together.
Coffee can also mean endless smoking and some mega bitching.

So coffee is never just coffee.

Shit. 1057 pm.
Aku mengeluh.

Satu Cayman putih datang dari arah berlawanan dan parkir betul betul di hadapan kereta ku.

Arif.
Dia mengedipkan lampunya beberapa kali, knowing fully well aku akan buta temporari dari gurauan bodohnya itu.

Asshole.

Aku pura pura mengemas kan handbag, menutup air cond dan lainnya sambil menunggu dia datang ke tepi pintu ku.
Aku membiarkan dia berdiri dan senyum selama 10 saat sebelum aku buka pintunya dan sapa -

' Hellloooo '
Cipika cipiki
Cium pipi kanan cium pipi kiri

' Well hello and God that ass needs some cheering up ' kata Arif sambil memandang ke kiri dan kanan sebelum melintas, tangan kanan di pinggangku

Aku senyum dan kata
' So coffee, monsieur? '

Kopi, Pistol dan rock n' roll -Where stories live. Discover now