Bab 5 : Tak ada ratusan purnama , cuma ribuan blue tick yang tidak berbalas -

86 3 0
                                    

Aku memegang Iphone ku di satu tangan, dan mengigit jariku di tangan yang lain. Oh God. What do i do now. Arif sudah lama hilang ke mana. Entah di terbangkan angin, atau dia menerbangkan dirinya sendiri ala First Class ke destinasi bulanan majalah Expat. Jujur, kemungkinan nombor dua lebih  mungkin.

Aku terbayang bayang keratan buletin tadi. Should i start going out with thick framed glasses? Scarf warna warni silk - memberikan kesan misterius tapi ceria dan alive? 

Mmmm. Arif Arif Arif Arif. Aku scroll whatsapp contact list. Dan aku tekan di namanya. Okay profile photo nya masih sama, dia masih menggunakan foto dari zaman Belanda -- foto dia berdiri di sebelah figurine Superman raksasa sambil telunjuknya menegak ke arah celana dalam Superman. Last onlinenya 5 menit tadi. Oh dia online sekarang. 

Aku menarik nafas dalam dan menghembus dengan kuat. Sedikit terlalu kuat sampai Kathy yang duduk di meja berhadapanku mengangkat kepala dan memandangku.

Aku hembus lagi. Perlahan menaip. Taip, delete, taip, delete. Sadar sadar aku lihat Arif sedang typing....

Aku panik tapi belum sempat aku send duluan, aku mendapat text dari Arif --

" So finally, somebody misses me " Emoticon monyet cokelat menutup mata. " Hi " aku jawab, pendek. " Hi gorgeous. " dia balas. " What's up? " tanya dia. " Mmm... have you read the papers? " aku tanya.

" Which one, exactly? "
Aku gigit bibir dan tidak menjawab.
God... Apa patut aku buat ni?

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 15, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kopi, Pistol dan rock n' roll -Where stories live. Discover now